Bab 2

12.8K 1.6K 33
                                    


"Lama banget sih, habis ngapain aja?" gerutu Yaya begitu Guntur duduk di depannya. "Jam istirahatku udah mau abis tau gak," lanjutnya dengan senantiasa mengomel.

"Sorry, tadi ada pekerjaan tambahan yang harus dikerjain." Guntur langsung mengambil gelas Yaya berisi jus mangga dan langsung menghabiskannya.

"Pesan sendiri dong, datang-datang bikin kesal aja sih."

Kemudian Guntur memanggil pelayan untuk mulai memesan makanan dan minuman pengganti untuk Yaya.

"Proyek perumahan yang waktu itu jadi?" tanya Yaya begitu pelayan meninggalkan mereka.

Guntur mengangguk. "Aku sama tim udah nyelesain desain bangunan yang udah final."

"Pasti mahal ya harga perumahan di sana?"

"Kenapa? Mau beli rumah di sana?"

"Nggak lah, anjir." Yaya tertawa pelan. "Duit dari mana? Ngutil?"

Guntur mengedikkan kedua bahunya. "Ya ... siapa tau."

Yaya kemudian memukul meja begitu teringat akan sesuatu. "Maretha," ucapnya tiba-tiba.

Guntur mengerutkan keningnya bingung. "Maretha? Mantan gebetanku?"

Yaya langsung memasang tampang galak. "Iyalah, Maretha siapa lagi yang kamu kenal," selerohnya kesal.

"Kenapa sama dia?" tanya Guntur cuek.

"Kenapa dia WA ke aku dan ngatain aku pelakor?" tanya Yaya kesal. "Emang kamu itu ya, kalo cari cewek gak ada yang pernah benar."

"Oh itu, aku bilang aja kalo aku udah ada pengganti dia."

"Gila! Terus kenapa dia malah salah sasaran kirim WA-nya ke aku?" tanya Yaya kesal. "Habis sama Maretha kamu kan jalannya sama Zeina."

"Habisnya sih Maretha pakai ngaku-ngaku hamil segala." Guntur melipat kedua tangannya dan menyandarkan tubuhnya ke kursi.

Yaya mencondongkan badannya ke depan dan berbisik pelan ke Guntur. "Kamu pernah nyentuh Maretha?"

Guntur menggeleng.

"Yakin?" tanya Yaya tak percaya. "Atau jangan-jangan pas kamu mabuk, kamu gituan kali sama Maretha," lanjutnya dengan spekulasi asalnya.

"Sejak kapan aku pernah mabuk?" Guntur balas bertanya.

Yaya mengedikkan bahunya acuh. "Yaaaa ... siapa tau." Kata-kata yang tadi Guntur ucapkan, dibalikkan oleh Yaya.

"Boro-boro sampai hamil, lah wong cuma grepe-grepe doang."

Yaya memandang Guntur dengan pandangan jijik. "Iyuh ... Gak usah diceritain detailnya bisa gak?"

"Punya Maretha gak seasli yang aku bayangin. Implan semua. Mana orangnya jorok banget pula," ucap Guntur. "Yaudah aku tinggalin aja."

"Terus berpalingnya ke Zeina?" Guntur mengangguk membenarkan. "Dan si Maretha nerornya ke aku."

"Karena kelihatannya kamu kayak cewek baruku karena kamu suka ngintilin aku kemana pun," balas Guntur. "Aku sama Zeina kan emang jarang ketemu waktu itu. Eh, gak sampai sebulan aku udah malas berhubungan sama si Zeina lagi."

"Dasar brengsek!" umpat Yaya. "Selesain masalahmu sama Maretha dan Zeina. Jangan sampai namaku keseret terus sama mantan-mantanmu itu. Kesal banget selalu dapat pesan gak mutu dari mantan-mantanmu."

Obrolan mereka terhenti karena pelayan datang mengantar pesanan mereka. Setelah menata semua makanan di atas meja, pelayan meninggalkan mereka berdua.

"Habisnya, mereka yang gak terima aku tinggalin," ucap Guntur dengan pongah.

Lucky to Have You [Completed]Where stories live. Discover now