Bab 3

11.3K 1.5K 22
                                    

Begitu menyelesaikan pekerjaanya, Yaya cepat-cepat membereskan barang-barang miliknya. Ia sempat menyapa Ana dan beberapa kerja yang lain sebelum pulang.

"Pulang sama siapa, Mbak?" tanya Martin, rekan kerja paling junior.

"Paling dijemput sama pacarnya," sahut Ana sembari memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Yaya berdecak pelan. "Aku udah putus, Mbak."

"Balik lagi dong sopirnya?" tanya Ana.

Yaya mengkerutkan keningnya, nampak kebingungan. "Emang siapa?"

"Gunturlah, siapa lagi?"

Yaya tertawa keras. "Kalo dia sih sopir abadi."

Ana berdecak pelan. "Dasar."

"Turun bareng yuk, Mbak!" ajak Yaya.

"Oke, wait ya." Ana segera merapikan barang-barang miliknya dan menghampiri Yaya yang menunggunya. "Duluan ya semuanya." Ana melambai pada beberapa rekan kerjanya yang juga bersiap untuk pulang.

"Di luar lagi hujan ya, Mbak?" tanya Yaya begitu di dalam lift.

"Kayaknya sih, iya," jawab Ana.

Yaya menghela napas pelan.

Ana menoleh ke Yaya. "Kenapa? Gak suka ya kalo hujan?" tanyanya.

Yaya mengangguk. "Jalanan jadi macet. Lama sampai rumahnya."

Benar saja, begitu sampai di lobby kantor, pemandangan hujan deras langsung tersaji di depan mata. Ana yang ternyata sudah dijemput oleh tunangannya langsung berpamitan dan menerjang hujan ke parkiran.

"Guntur mana sih? Lama banget," dumel Yaya kesal. Baru saja ia akan mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, mobil yang biasa ia lihat nampak berhenti di depan lobby. Yaya langsung berjalan menghampiri dan masuk ke dalamnya.

"Maaf, lama ya?" sambut Guntur begitu Yaya masuk ke dalam mobil.

Yaya hendak mengomel, tapi ia tahan karena Guntur sudah lebih dulu meminta maaf. Ia langsung menyalakan radio dan suara musik langsung terdengar. Jalanan cukup macet, dan hujan semakin deras. Begitu melihat arah mobil tidak menuju ke rumah, Yaya menoleh ke Guntur dengan pandangan bingung.

"Jemput Ilmi dulu," ucap Guntur sebelum Yaya bertanya.

"Ilmi ke kampus gak naik motor?" tanya Yaya heran.

"Motornya lagi di bengkel," jawab Guntur.

"Perasaan kemarin motornya baik-baik aja," gumam Yaya pelan. "Emang dia udah selesai kelas?"

Guntur menoleh sekilas pada Yaya kemudian memgangguk. "Tadi sih bilangnya mau pulang bareng temannya."

"Lah, terus ngapain kamu jemput bego?"

"Gak aku bolehin, aku suruh nunggu aja."

"Aneh banget, orang Ilmi mau pulang bareng temannya, malah kamu jemput," gerutu Yaya.

Guntur membelokkan kemudinya memasuki area kampus Ilmi. "Karena dia mau pulang bareng sama teman cowoknya."

"Astaga Guntur! Ilmi itu udah gedhe, bukan anak kecil lagi," ucap Yaya setengah kesal. Guntur selalu memiliki kekhawatiran yang berlebihan ke Ilmi. Padahal Yaya tahu betul Ilmi sudah besar dan bisa menjaga diri sendiri dengan baik.

Begitu mobil berhenti, Guntur langsung menelepon Ilmi untuk memberitahu bahwa dirinya sudah sampai di kampus. Tak sampai sepuluh menit, Ilmi terlihat berjalan ke arah mobil dengan memegang payung di tangan kanannya.

Lucky to Have You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang