05

5 1 0
                                    

Flashback on

"Kasus darurat! Seorang anak sekitar berusia 8 tahun mengalami kecelakaan. Segara dapatkan bantuan! Segera dapatkan bantuan!"

Suara sirine merisak satu kota. Mengarah pada tempat kecelakaan mobil beruntun yang terjadi saat pukul 19.30 malam, yang menewaskan sekitar 8 orang dewasa, dan 1 anak perempuan.

"Ana? Ana!" teriak Liana yang berusia 15 tahun saat itu. "Ana! Bangunlah, Ana! Huhu ...," tangisnya yang berada di samping adik perempuannya yang tergeletak di tanah.

"Permisi, apakah anda keluarga pasien? Mohon beri kami ruang, kami akan segera membawa pasien ke rumah sakit!" ucap seorang perawat yang mengangkat adik perempuan Liana ke atas kasur.

"Sus, apakah adikku akan baik-baik saja?" tanya Liana yang mencemaskan adiknya.

"Tentu saja, ada seseorang yang bisa membantunya. Dia adalah dokter jenius di dunia ini," ucap sang perawat yang membuat hati Liana merasa lega mendengarnya.

"Aku mohon Ana, tetaplah hidup!" gumam Liana yang memegang tangan adiknya.

Ruang Operasi, Rumah Sakit M.

Jam telah berlalu dengan cepat. Liana yang terus saja duduk di depan ruang operasi, merasakan cemasnya kepada sang adik.

'Sret' (Pintu terbuka).

"Dok, bagaimana keadaan adikku? Apakah ia baik-baik saja? Tolong katakan bahwa ia baik-baik saja, Dok!" tanya Liana dengan suara gemetar yang membuat sang dokter merasa kasihan melihatnya. Dokter pun menggelengkan kepalanya, hal itu membuat kaki Liana lemas dan terjatuh.

"Maaf, kami sudah berusaha. Adikmu telah tiada," jawab sang dokter yang menunduk menepuk bahu Liana.

"Tidak ... Ini tidak mungkin, Ana!" Liana menangis di depan ruang operasi.

"Tenanglah, Nak. Apakah kau punya anggota keluarga lain yang bisa kau hubungi?" tanya dokter itu pada Liana.

"Tidak, selama ini hanya ada aku dan adikku saja. Tetapi ... Ini berakhir dengan hanya aku sendiri saja."

Sang dokter yang tidak tahan melihat Liana terpuruk karna kematian adiknya, akhirnya mengadopsi Liana sebagai anak angkatnya. Liana pun akhirnya menjadi seorang dokter jenius seperti ayah angkatnya.

10 tahun kemudian.

Di Laboratorium Kesehatan Pusat.

"Sudah 10 tahun berlalu, sejak kepergianmu Ana," gumam Liana yang sedang memegang foto adiknya yang telah tiada.

"Liana, apakah kau sudah memeriksa para korban?" tanya ayah angkat Liana, Dr. Joe.

"Sudah, ayah. Aku sudah menyelidiki para korban, dan hasilnya sesuai dugaan kita," jawab Liana sambil menatap para pasiennya.

"Apakah mungkin ...."

"Ya, ini sesuai dugaan kita. Senyawa dan beberapa kandungan yang kita kenal terdeteksi di sana.”

***

"Sesuai dugaanku in–“ gumaman Liana terhenti ketika ketukan di pintu terdengar nyaring.

'Tok tok tok'

"Dokter Liana, anda mendapatkan perintah untuk melakukan autopsi di kediaman Satifa Haleya," panggil seseorang dari arah pintu lab.

"Oh, baiklah. Aku akan pergi," jawab Liana yang mengambil tas berisi peralatan medisnya.

Setelah beberapa waktu telah berlalu, Liana sampai di kediaman Satifa. Tempat TKP berada, dan juga tempat yang menjadi petunjuk atas misteri yang terjadi saat ini.

"Di mana para korban?" tanya Liana pada salah satu staf medis.

"Mereka berada di lantai dua, dokter," jawab mereka. Liana pun bergegas pergi ke lantai dua. Setelah tiba, Liana langsung mengeluarkan stetoskopnya dari tas perlengkapannya.

"Bagaimana keadaan mereka? Sudah sejak kapan ini terjadi?" tanya Liana yang memeriksa denyut nadi mereka.

"Kami tidak tau, sejak kapan hal ini terjadi. Tetapi kami tidak membunuh mereka Dok, kami bersumpah," ucap salah seseorang yang langsung menyatakan bahwa mereka tidak bersalah.

"Sesuai dugaanku ...," gumam Liana yang berhenti sejenak.

"Ada apa, Dok?" tanya staf magang.

"Ini adalah Gastroenteritis," ujar Liana dengan wajah terkejut.

"Gastroenteritis?"

"Ya, penyakit yang disebabkan oleh racun zat yang tidak diketahui asalnya dan mengakibatkan kehilangan radar oksigen,” ujar Liana sambil menjelaskan keadaan salah satu korban.

"Dan ini, Cardiac Arrest. Ketika racun sudah menyebar maka pembuluh darah akan tersumbat, dan menyebabkan kepala merasa pusing dan mual-mual." "Ini ..." ujar Liana yang berhenti seperti terkejut melihat kondisi korban ketiga.

"Ada apa?"

"Ini adalah Endema Paru. Penyakit keracunan makanan yang menjadi pemicu kematian. Ketika kedua paru-paru berisi cairan dan zat asing, maka akan meregut nyawa siapapun," ucap Liana yang membuat semua orang terkejut.

"Ya ampun! Bagaimana itu bisa terjadi?"

"Apa maksud pertanyaan polosmu itu? Kan kau yang membuatnya seperti itu."

"Hey, kau jangan sembarangam menuduh orang!"

"Apa kau bilang?!"

Setelah mendengar penjelasan tentang para korban, suasana di TKP menjadi panas. Dan itu membuat, para staf medis kebingungan.

"Cukup! Kalian semua hentikan! Kita harus pergi ke laboratorium untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, bawa mereka!" suruh Liana pada staf medis, dan pergi ke laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut..

Ketika Liana datang di Lab, ia bertemu dengan Kepala lab serta rombongannya.

"Selamat siang bu, apakah anda sedang berkeliling?" tanya Liana pada Kepala lab.

"Betul sekali, Lia. Ngomong-ngomong apa yang  baru saja kembali dari kediaman Satifa untuk melakukan autopsi lebih lanjut. Kalau begitu saya permisi," ujar Liana.

"Ah, baiklah."

***

"Saatnya untuk bekerja ...," gumam Liana yang langsung berkerja menyelidiki para korban.

Beberapa jam telah berlalu, dan Liana masih belum menemukan hal yang mengganjal dari para korban kali ini. Awalnya ia merasa bahwa korban kali ini akan membawakan petunjuk yang jelas namun masih kurang.

"Sebenarnya apa yang terjadi!" geram Liana yang menggertakkan meja lab-nya.

"Aku harus mencari jalan lain untuk mencari petunjuk, aku pasti akan mendapatkan kebenarannya,” ucap Liana dengan penuh ambisi.

"Liana!" Suara teriakan datang dari arah pintu lab yang memanggil nama Liana dengan keras.

"Ayah? Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Liana yang kaget karna Dr. Joe yang datang tiba-tiba dengan penuh ekspresi panik di wajahnya.

"Lihat ini ... lihat ini!" ucap Dr. Joe yang memberikan selembaran kertas berisi data angka, pada Liana.

"Apa ini ayah? Apakah ini benar?" tanya Liana dengan penuh gembira setelah membaca lembaran kertas itu.

"Ya. Beberapa hari yang lalu, ayah meminta teman ayah untuk menganalisis zat yang kau analisis. Dan hasilnya sudah keluar, mungkin ini bisa menjadi petunjuk untuk kita," ujar Dr. Joe dengan riang.

"Ayah, terima kasih banyak! Berkat ayah aku mendapatkan petunjuk lain ...." senangnya sambil melihat ke arah para korban.

The Humans LifeWhere stories live. Discover now