Sebelas

1 0 0
                                    

Hari terus berlalu, gue juga belum dapet info apapun terkait nasib gue. Tapi kayaknya emang berat deh. Kepala UPT masih diem-diem aja. Sodara gue yang bawa gue kesini juga masih diem. Katanya si masih di usahakan. Balik lagi ke masalah cuan, segalanya bermuara ke cuan. Sebenernya dari pihak gue gak masalah kalau emang harus "setor rekening" dulu, tapi ya itu ada jaminan masuk PNS atau P3K dong. Secara udah bayar 2 digit masa gak di prioritaskan.

Kondisi keuangan gue makin buruk, mana kondisi kesehatan juga pada lagi ga fit, jadi kayak rentan gitu. Kasus omicron juga lagi banyak banget. Di daerah gue penyakit sakit tenggorokan lagi rame banget, mungkin kalau di tes itu yang namanya positif omicron kali ya hehe.

Walaupun diluar itu semua gue tetep optimis, setidaknya semua akan baik-baik saja. Pelan-pelan gue dan keluarga gue bisa keluar dari semua masalah ini. Kita bisa bangkit dari keterpurukan ini.

-

Kondisi pacar gue R baik, cuma secara detil keluarga di jarang banget cerita. Termasuk keuangan dia, yang gue tau dia juga lagi berjuang. Gue juga gak mau jadi cewek yang apa-apa minta ke pacar. Walau kalau diliat kondisi keluarga dia jauh diatas gue. 

Kalau R cerita si dia kayak di anak tirikan gitu, dia gak merasa dekat dengan keluarganya. Dia  ngrasa keluarganya ga butuh dia, bahkan kayak dia bukan bagian dari keluarga itu. Beda sama gue yang bagi gue itu keluarga nomor 1. Itu si yang gue tangkep kalau dia lagi cerita tentang keluarga dia. Entah dia yang mungkin dulu punya kesalahan apa terhadap keluarganya, sampai-sampai ibu nya kayak kurang care sama dia. Padahal R ini anak pertama dan laki-laki loh, biasanya tuh deket sama keluarga untuk kayak dijadikan panutan, calon pemimpin keluarga setelah ayahnya gitu kan.

Kalaupun iya R ini punya kesalahan atau mungkin tindak tanduk dia yang gak baik di mata keluarganya, bukan kah orangtua sudah sepatutnya untuk memaafkan anak-anaknya dan membimbing agar anak kembali ke jalan yang benar? Kenapa R ini sampai merasa tidak diperlukan dalam keluarga, tidak di inginkan dalam rumah.

Mungkin karena ibunya merasa R ini adalah anak yang gagal, karena dia tidak pintar, tidak penurut, pendidikan cuma setara SMA. Padahal menurut pandangan gue gak ada yang namanya anak yang gagal. Anak jangan di anggap sebuah produk yang bagus nih, oh ini anak punya nilai tinggi nih. Karena setiap anak kan punya karakternya sendiri-sendiri, kan menurut gue ada yang beruntung dan ada yang kurang beruntung. Beda sama 2 adiknya R ini yang dianggap akan punya masa depan yang cemerlang. Adik cewek nya kuliah di UNY dan adik satunya yang cowok kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Semarang or Surakarta gitu gue juga gak begitu paham terkait kuliah si adik bontot ini. 

Dulu waktu adiknya R yang cewek mau kuliah gue masih lumayan sering main ke rumah R. Bokap nya R cerita kalo anak ceweknya lagi coba daftar di universitas ini, di kota ini lah itu lah. Terus lagi bingung katanya mau pilih yang mana, prodi yang apa. Banyak cerita kalo sama bokap nya R. Lumayan banyak lah ngobrol sama bokap nya si R. Bokapnya R ini baik, cuma suaranya agak kurang jelas setelah operasi di sekitar area leher atau belakang telinga. Beliau cukup dekat sama gue, tanya-tanya jaman gue masih kuliah, beliau juga cerita jaman dulu beliau kuliah di Salatiga hingga ketemu sama istrinya (ibunya R). Intinya beliau baik dan aku emang lebih deket ke bapaknya R daripada ibunya R.

kisahkuWhere stories live. Discover now