7. Sudut Pandang Hussein

15 3 0
                                    

.

.

.

"Tidak akan mungkin tertukar 

Apa yang sudah Allah takar"

.

.

.


****


Hampir dua jam berlalu, seperti acara reunian mendadak, Hussein senang dapat mampir lagi ke kantor itu setelah 5 tahun terakhir berada di Mesir.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, Hussein berpamitan dengan para pegawai disana, lalu  segera ingin pulang kerumah sebelum hari semakin gelap.

Saat berjalan menuju mobil, Hussein baru ingat bahwa ada Naureen di dalam mobil nya. Hussein dengan panik segera berlari dan langsung membuka pintu mobil lalu mengecek keadaan Naureen, kepanikan Hussein menghilang saat melihat Naureen ternyata sedang tertidur dengan menekuk kedua kaki  seperti bayi. Posisi tidur Naureen terlihat sangat tidak nyaman.

Perdana dan pertama kali nya, Hussein menatap wajah Naureen dengan seksama serta detail, inci demi inci bagian wajah Naureen sangat diperhatikan oleh Hussein dengan pandangan terpesona. Wajah Naureen yang sedang tidur saat ini membuat hati Hussein seketika menjadi tenang dan damai. Entah mendapat sihir apa, Hussein merasakan detak jantung nya berdetak dengan cepat saat memandangi wajah calon istri nya itu.

Sejujurnya, Hussein tau betul bagaimana seluk beluk wajah Naureen walaupun hanya sekilas, karena tak sengaja ia melihat wajah Naureen saat ia berpamitan pulang dari acara lamaran hari itu.

Hussein juga mengingat bagaimana lembut nya suara Naureen, serta bagaimana postur tubuh serta tinggi badan Naureen. Walau hanya sekilas, Hussein berusaha mengingat apapun yang berhubungan dengan Naureen sejak di tetapkan nya keputusan dari Ayah mereka berdua untuk segera menikah pada acara lamaran hari itu.

Masih memandangi wajah calon istri nya itu, Hussein terlarut dalam pemandangan indah di depan nya ini.

'Calon istriku ini ternyata memiliki bulu mata yang lebat, lentik dan panjang, lekukan alis yang bagus, bentuk hidung nya juga lancip dan simetris, ia juga memiliki bibir yang sehat, MasyAllah..' gumam Hussein dalam hati. Secara tak sadar, senyuman tipis terukir dari sudut bibir nya saat memandangi wajah Naureen.

Beberapa detik kemudian, Hussein tersadar bahwa ia tengah digoda dan dibisiki oleh syaitan

"Astaghfirullah.."

Hussein segera mengusap wajah nya dengan kasar untuk meyadarkan kembali akal sehat nya yang menghilang beberapa saat yg lalu. Hussein langsung  mengambil sebuah kain scarft di kursi belakang, lalu menutupi sebagian tubuh Naureen yang mungkin terbuka jika Naureen mengubah posisi tidur nya. 

Tidak lupa, Hussein juga memundurkan kursi milik Naureen serta menurunkan sandaran nya agar Naureen bisa tidur lebih nyaman.

Selesai menyelimuti calon istri nya itu, Hussein berencana akan mengantar Naureen ke rumah.

Hussein tidak perduli dan tidak mau mendengarkan apapun ucapan Naureen yang meminta nya untuk membatalkan pernikahan mereka, karena dari awal mereka bertemu dan berbicara pada saat lamaran hari  itu, Hussein merasakan rasa hangat di hati nya yang beku saat mendengar Naureen berbicara pada nya, walaupun Naureen sangat cuek dan mengabaikan dirinya, Hussein tetap bisa merasakan rasa hangat yang belum pernah ia rasakan dari wanita manapun yang pernah ia temui dan ajak bicara sebelumnya.

Dear Imamku, HusseinDonde viven las historias. Descúbrelo ahora