P.T [Chapter 32]

15.9K 1.3K 17
                                    

Sudah dua minggu lamanya tubuh Zanna masih terbaring di ranjang rumah sakit dan belum juga sadar dari komanya. Hal itu membuat keluarga-keluarganya bersedih. Nemun, mereka tetap senantiasa menjaga gadis itu di sana. Siapa yang tahu, jika tiba-tiba gadis itu nanti sudah sadar dari komanya.

Karena hari ini adalah hari selasa, Kevin, Zerfan, dan Zena, harus bersekolah. Sementara anggota inti yang lain itu pulang sebentar. Ada yang sedang mengurus perusahaan Zanna, dan ada juga yang sedang istirahat.

Sekarang ini, dokter kembali datang dan akan memeriksa lagi bagaimana keadaan Zanna. Cukup lama berada di ruangan itu, kini pintu perlahan terbuka menampilkan sosok berjas putih itu.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Tanya Anita

"Iya dok bagaimana keadaan anak saya?" Sahut Miranda tak sabaran. Dokter itu awalnya bingung, kenapa ada dua ibu yang mengaku pasien di dalam anak? Apa pasien memiliki dua ibu? Tapi, dia segera menepis pikirannya, dia tak harus memikirkan ini kan.

"Keadaan anak ibu sudah kian membaik, dan sekarang pun akan kami pindahkan ke ruang rawat, permisi." Ujar dokter itu.

"Vip." Ujar Pradipta singkat sebelum doktee itu benar-benar pergi dari sana.

Dokter itu memahami apa yang diucapkannya dan mengangguk. "Baik, kalau gitu saya permisi.." Setelah itu pun baru pergi dari sana. "Terima kasih, dok."

"Alhamdulillah, hiks akhirnya Rea bisa sadar juga hiks kan pa?" Pradipta mengangguk sambil mengecup dahi istrinya itu singkat.

"Yaudah kabarin aja Zena sama yang lain dulu, biar mereka nggak khawatir dan sekolahnya bisa fokus." Ujar Pradipta, Miranda mengangguk lalu mengabari Zena dkk.

Pandangan Miranda langsung bertemu dengan Anita.

"Ini mamanya Zanna, ya?" Tanyanya. Anita mengangguk canggung. "Benar mbak." Balasnya.

"Kamu pasti udah tau ya dari Rea sendiri?" Anita kembali mengangguk begitu paham apa yang dimaksudkan Miranda.

"Kamu yang sabar ya, dan saya mohon jaga anak saya, eh tapi kalau nggak dijagain juga nggak papa kan dia kayak kita, ya kan pa? Eh tapi tetep jagain deh, kalau kenapa-kenapa juga kan hm..." ujar Miranda. Mereka terkekeh pelan.

"Iya mbak, saya bakalan jagain Rea karena dia juga anak saya, makasih ya mbak." Balas Anita.

Miranda mengelus pelan punggung Anita.

•••

3 hari kemudian...

Sejuknya angin malam...

Di rumah sakit, terdapat beberapa orang yang sedang menunggu Zanna siuman. Kata dokter, sebentar lagi gadis itu akan sadar.

Dan benar saja, jari-jari indah gadis itu mulai bergerak, dan juga matanya pun perlahan tapi pasti mulai terbuka.

Eungh

Gadis itu mengerjab pelan dan menatap ke sekelilingnya.

"Gue masih idup? Rumah sakit kah?"

"Pengen minum, hausss" batinnya.

Pandangannya jatuh tepat ke bawah, dimana ada keluarga Zanna (Anita, Agra) yang tengah tertidur di kasur empuk. Dan di sofa yang terdapat Zerfan dan Kevin di sana.

Sementara keluarga Rea sendiri pulang dari kemarin setelah menjaganya tiga hari lamanya. Mereka pulang istirahat dan harus mengecek perusahaan sebentar.

Zanna menatap kearah jam dinding yanh menunjukkan pukul 00.00 tepat tengah malam. Zanna melihat di nakas ada segelas air putih, ia pun segera mengambilnya dan meneguknya.

Ia mengelus lehernya, "hum... segernya.." ujarnya pelan agar tidak membuat mereka bangun.

Hoam...

Zanna terus menguap, baru saja bangun dari koma, langsung ngantuk saja, pikirnya.

"Tidur deh." Ujarnya pelan.

Ia pun segera menarik selimutnya sampai ke batas dada dan langsung masuk ke alam mimpinya.

•••

K

eesokan harinya...

Zanna sudah bangun dari satu jam yang lalu, ia tengah menonton tv sekarang. Sementara keluarga Zanna masih tertidur.

Namun, tak lama kemudian mereka bangun, lebih tepatnya kedua orang tuanya saja. Kalau Zerfan dan Kevin masih saja tidur, mungkin mereka juga kelelahan sebab menjaganya.

"Sayang kamu udah sadar nak? Hiks syukur Alhamdulillah, bunda kangen tau sama kamu." ujar Anita lalu memeluk Zanna.

"Iya bun, aku juga kangen sama kalian." Balas Zanna.

"Btw yang lain mana bun?" Tanyanya.

"Oh, mama, papa kamu kemarin pulang mau istirahat dulu, dan gantian bunda yang jaga kamu." Jawab Anita.

"Oh gitu ya, kalau Zena?"

Anita berpikir sebentar, "Zena, Zena, oh Zena yang sahabat kamu itu?" Zanna mengangguk.

"Dia setiap hari kesini kok, waktu siang sampe sore. Mungkin nanti habis sekolah kalik ya?" Zanna mangut-mangut.

Kini, giliran Agra yang memeluk Zanna.

"Huaaa sayanggg..." rengek Zerfan, namun matanya masih memejam, mimpikah dia? Sayang apa?

Mereka kemudian menatap kearah Zerfan  dan Kevin yang masih memejamkan matanya.

"Aaaa sayangg jangan pergiii," kali ini, Zerfan beralih memeluk Kevin yang tidur di sampingnya, membuat Kevin pun langsung bangun dan membelalakkan matanya. Ia langsung menghempaskan tangan Zerfan dari tubuhnya.

"Lepas, lo ngimpi paan sih nggak jelas! Main peluk-peluk aja, hiuh," gerutu Kevin begitu Zerfan membuka matanya. Lelaki itu hanya cengengesan dan menggaruk rambutnya yang tak gatal.

Mereka langsung menatap Anita, Agra, dan Zanna yang tengah menahan tawanya agar tidak pecah. Namun, Zanna tidak bisa.

"HAHAHAHA HUAAAHAHA pliss bang lo ngimpi paan sih ah, ngakaks!" Tawanya. Zerfan menatap adiknya dengan pandangan datar dan menghampirinya lalu memeluknya.

"Huaaa biarin gue seneng lo dah sadar dek," ujarnya. Kevin pun langsung memeluk Zanna begitu Zerfan melepas pelukan.

"Kok nggak sekolah kalian?" Tanya Zanna.

"Nggak deh, libur dulu aja kita, ya nggak?" Kevin mengangguk singkat.

Mereka pun mengobrol lebih lama.

Psycho TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang