7. 🕊️Kiriman Paket🕊️

34 3 2
                                    

بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

🕊️🕊️🕊️

Jika takdir enggan mempersatukan kita, lantas kenapa takdir dengan sengaja mempertemukan kita?

🕊️🕊️🕊️

Saudah lebih selama satu minggu Alea dirawat di rumah sakit. Kini, kondisinya semakin membaik dan sudah diperbolehkan untuk rawat jalan.

Selama di rumah sakit, Arka sama sekali tidak pernah meninggalkan Alea. Hal itu menyadarkan Alea betapa beruntungnya dia memiliki seorang sahabat seperti Arka. Bagi Alea, Arka adalah sosok pelindungnya. Sejak dari kecil Arka selalu ada dan tidak pernah sekalipun meninggalkannya.

Alea ingat, sewaktu SD dulu dia pernah tidak membawa buku PR yang tertinggal di rumah sehingga harus membuatnya menerima hukuman untuk berdiri di depan kelas hingga jam pelajaran berakhir.

Melihat Alea yang dihukum sendirian, Arka justru berbohong dan mengatakan bahwa buku PR-nya juga tertinggal di rumah sehingga akhirnya Arka mendapat hukuman yang sama seperti Alea. Padahal, Alea tau bahwa buku Arka tidak tertinggal sama sekali.

Bibir Alea mengukir senyum saat mengingat moments itu.

"Hari ini aku pulang, aku terpaksa nggak ke kampus dulu. Pasti aku bosen di rumah. Biasanya kita selalu berangkat bareng. Sekarang suasananya beda banget ya, Ar. Gimana kalau kamu nemuin sahabat lain di luar sana, kamu pasti ninggalin aku, kan?"

Alea menatap Arka dengan intens, wajahnya mendadak berubah memancarkan kesedihan. Sekarang dia sudah diperbolehkan pulang, seharusnya Alea senang, tapi dia justru merasa sedih karena harus kembali menyadari bahwa sekarang teman sejatinya hanyalah kursi roda.

"Kata siapa? Nanti 24 jam nonstop video call aja sama aku. Sampai baterai ponsel kita jadi buncit, biar kamu nggak sepi. Atau saran lain juga ada sih Al. Pasang foto aku di setiap penjuru ruangan di rumah kamu juga bisa kok."

"Dih pede banget. Siapa juga yang mau pasang foto kamu. Orang jelek cuma bikin mata sakit tau gak."

"Dih, ngapain tadi kamu liat aku? Sok bijak kata-katanya, aku dapat teman baru nangis, gitu aja terus sampai lebaran kecebong beranak rusa!" Bibir Arka bergerak-gerak mengejek Alea.

"Arka! Jangan gitu deh. Kamu becandain Alea terus!" kata Nessa mengingatkan anak laki-lakinya itu.

"Kamu mending angkat Alea, pindahin ke kursi roda."

"Mamaku sayang, beda rasanya kalau nggak becandain Nona ferguso yang maha agung ini. Udah deh, besok kita main konsol game di rumah kamu, oke?"

"Terserah, terserah, oke! Terserah!"

Arka tersenyum penuh kemenangan, dia berjalan mendekati Alea, mengangkat tubuh gadis itu dan memindahkan ke kursi roda.

"Gitu dong!"

Arka mendorong kursi roda Alea menyusuri koridor rumah sakit. Alea hanya diam, kedua orang tua Alea sedang menemui dokter untuk mengambil berkas pemeriksaan terakhirnya.

Nessa dan Ridwan mengikuti keduanya dari belakang. Sejak tadi, Nessa terus memperhatikan gerak-gerik anaknya.

"Pa, sepertinya Arka sayang banget ya sama Alea." kata Nessa pelan.

Sejak dulu, Nessa selalu melihat Arka melakukan hal apa pun untuk Alea. Nessa menyadari anaknya itu pasti sangat menyayangi Alea.

"Sepertinya begitu. Apa Arka menyukai Alea?"

METAMORFOSAWhere stories live. Discover now