1. 🕊️Terbaik🕊️

1.9K 98 0
                                    


بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

🕊🕊🕊

Setangkai bunga yang tumbuh di tanah dan tempat yang sama kemudian dengan tangkai yang sama bisa mekar secara tidak bersamaan, apalagi sifat manusia yang mustahil untuk serupa.

🕊🕊🕊

"Alea, Bangun sayang. Ini udah jam berapa? Kamu nggak mau berangkat kuliah? Kasian Arka kalau nungguin kamu dia juga telat datang ke kampusnya."

Alea menarik selimut hingga leher. Entah kenapa bangun pagi-pagi benar-benar mengujinya. Jiwa rebahan nya begitu sulit untuk dihilangkan.

"Kamu mau nanti dimarahin papa lagi?"

Alea bangun, bibirnya cemberut.

"Bukannya marah-marah itu adalah hobinya papa?"

"Hussh, jangan gitu. Dia marah itu untuk kebaikan kamu, dia sayang sama kamu. Kalau papa nggak peduli dia nggak bakal negur kamu, sayang."

"Mama, aku bukan anak kecil lagi yang bisa mama bohongin. Kalau papa emang sayang sama aku, mana mungkin aku tiap hari dimarahin terus. Liat, apa yang aku lakuin salah terus, pas libur aku keluar salah, tidur terus dalam kamar juga salah."

Protes Alea kesal. Tapi bagaimana pun perkataan yang keluar dari mulut Alea tentang papanya itu, tidak menghilangkan rasa sayang pada sang papa. Ya meskipun dia suka kesal dengan sikap papanya yang terlihat lebih galak dari mamanya.

"Buruan siap-siap. Arka udah nungguin kamu. Ingat, ini pertama kamu masuk kuliah, yakin kamu mau datang telat? Nanti dihukum sama senior kamu loh?"

Alea menjadi mulas secara tiba-tiba. Tidak disangka-sangka sekarang di resmi menjadi mahasiswi di salah satu Universitas di Jakarta. Dia akan bertemu dengan orang-orang yang baru. Beruntung sekali ada Arka, superhero nya sejak kecil yang selalu menjaga dan membuatnya tidak takut pada dunia baru.

Setelah selesai siap-siap, Alea langsung berlari menuruni anak tangga. Di bawah masih ada Arka yang setia menunggu.

"Astaga, hati-hati Lea, nanti kamu jatuh!" Kata Naumi mewanti-wanti. Alea duduk di atas sofa, memasang sepatu yang tadi dia jinjing.

"Makanya, kalau bangun itu pagi. Biar nggak buru-buru dan nyusahin orang yang nungguin kamu!" Terlihat Martin semakin kesal. Dia sangat tidak suka dengan Alea yang hanya bisa membuang-buang waktu. Padahal bagi Martin, waktu itu adalah segalanya.

"Udahlah, Mas, jangan marah-marah terus. Punya hobi kok marah-marah."

"Belain aja tuh anak kamu!"

Arka hanya tertawa pelan. Setiap pagi dia selalu melihat pemandangan seperti ini. Alea yang terburu-buru dan papanya yang selalu marah-marah. Seakan-akan papanya itu adalah ibu-ibu tetangga yang banyak mulut.

Martin sendiri juga tidak habis pikir. Alea selalu pemalas, jika terus-terusan seperti ini, apa yang harus menjadi pegangan bagi dia nanti? Segalanya dianggap enteng dan mudah. Itu semua juga terjadi karena Naumi terlalu memanjakan Alea.

"Yaudah yuk Arka berangkat. Mama, Papa aku sama Arka pergi dulu, dada."

Alea berlalu begitu saja, menarik tangan Arka dengan kuat, membuat lelaki itu mau tidak mau harus mengikutinya.

"Lea, kamu itu gimana sih. Harusnya pamit dulu sama orang tua kamu."

"Tadi kan udah pamit?"

"Iya, maksud aku itu salam gitu, kalem sedikit lah kamu."

METAMORFOSAWhere stories live. Discover now