2. 🕊️Tetaplah Bersyukur 🕊️

1.3K 70 0
                                    

بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

🕊🕊🕊️

~•Tuhan menciptakan rasa penyesalan biar kita tahu bahwa tidak semua hal bisa diulang kembali•~

🕊️🕊️🕊️

Sepasang kaki menyusuri lorong rumah sakit dengan langkah cepat dan jantung yang berdebar. Sesekali dia juga berlari. Sesampainya di ruangan operasi, dia melihat Naumi yang sedang menangis di dalam pelukan Martin. Segera Arka menghampirinya.

Air muka Arka memancarkan kecemasan yang luar biasa. Arka sangat takut setengah mati, saat dia mendengar kabar bahwa Alea mengalami kecelakaan yang membuatnya harus menjalani operasi karena adanya cidera di kepala.

"Om, Tante, gimana keadaan Alea? Kenapa dia bisa kecelakaan?" tanya Arka. Sungguh Arka merasa bersalah karena tadi dia tidak pulang bersama Alea. Seandainya saja mereka tetap pulang bersama pasti Alea tidak akan mengalami kecelakaan seperti ini.

Naumi belum menjawab apa pun. Dia masih terpukul atas apa yang sudah menimpa putrinya. Jangankan melihat putrinya harus dioperasi, saat Alea demam saja Naumi sudah sangat cemas.

Sekarang yang ada di dalam pikirannya adalah, bagaimana jika operasinya gagal? Naumi tidak ingin kehilangan anak sematawayang nya itu.

Tidak lama setelah itu pandangan Arka beralih pada lelaki yang sedang duduk di kursi tunggu.

"Dia siapa, Om?"

Pandangan Martin pun ikut mengarah pada anak lelaki itu. Jika bukan dia yang mendonorkan darah kepada Alea, maka Martin tidak akan memaafkannya. Mungkin saja Martin akan menyuruh orang suruhannya untuk menghabisi nyawa anak laki-laki itu.

Dia, dialah yang sudah menyebabkan Alea kecelakaan. Dia yang sudah tega menabrak Alea hingga Alea seperti sekarang ini. Akibat ulahnya yang balapan liar, Alea harus menanggung akibatnya.

"Dia yang sudah menabrak Alea." kata Martin pelan. Meski pun Martin sering kesal dengan Alea, tetap saja Alea adalah putrinya. Martin pasti tidak ingin kehilangan anaknya.

Air mata Arka jatuh. Dipandangnya lelaki itu dengan penuh amarah yang luar biasa. Arka berjalan mendekatinya, kemudian menarik kerah bajunya hingga lelaki itu berdiri secara paksa.

"Brengsek, Lo! Lo nggak liat kalau ada orang sampai Lo harus nabrak?!"

"Gue nggak tau! Dia tiba-tiba muncul pakai motornya! Dia yang nggak liat kiri kanan, gue nggak bisa hindari itu semua terjadi! Gue nggak sengaja dan gue juga nggak ada niatan nabrak dia!"

"Nggak sengaja? Secepat apa Lo bawa mobil sampai Lo nggak bisa injak rem?"

"Sudah, Arka. Bagaimana pun dia sudah tanggung jawab, dia sudah mendonorkan darah untuk Alea." Kata Martin pelan. Meskipun dalam hatinya sangat ingin memukuli anak laki-laki itu.

Mendengar apa yang dikatakan Martin, tetap saja, Arka tidak terima atas apa yang sudah di lakukan lelaki itu padanya.

"Avta."

Avta memandang Martin.

"Kamu memang sudah mendonorkan darahmu untuk putri saya. Tapi jika nanti terjadi hal buruk padanya, saya tidak akan melepaskan-mu!"

Seandainya Martin diberikan izin untuk mendonorkan darahnya pada Alea, pasti sekarang ini dia sudah bisa menghajar Avta habis-habisan. Sayangnya dokter melarangnya untuk menjadi pendonor dikarenakan kondisi kesehatannya sekarang ini sedang kurang baik.

METAMORFOSAWhere stories live. Discover now