Divorced

1.6K 355 3
                                    


Aku muak.

Mereka berdua palsu.

Keduanya sok baik di depanku saja, namun tidak dengan di belakang. Orang-orang bodoh, mereka pikir aku tuli?

Prang!!!!

"SUDAH KUBILANG BERAPA KALI?! BERHENTI MENGURUSI HIDUP ORANG!"

"KAU ISTRIKU!"

"PERNIKAHAN DI ATAS KERTAS, KAU ANGGAP AKU SEORANG ISTRI?! SERIUS KIM?"

Kusambar bolpoin merah di atas meja lalu berjalan keluar melalui pintu kamar, tepat saat pintu terbuka suara ribut itu berhenti, aku menaikkan alis sebelah kiri seolah bertanya-tanya tentang apa yang terjadi baru saja. Perabotan rumah yang semula tertata rapi kini hancur dan berantakan, berserakan di atas lantai, merusak pemandangan.

"Anakku, kau belum tidur?" orang yang sangat amat kukenal berjalan pelan mendekatiku, kemudian tersenyum gugup, mengambil bolpoin merah dari tangan kiriku. Ibuku.

"Ini sudah malam, tidak baik begadang!"

Kulirik seorang pria yang merupakan ayahku lalu menggeleng, "Kalian berdua berisik." Kurebut kembali bolpoin merahku dari tangan ibu, lalu dengan cuek melengos.

Berjalan santai kearah pintu utama keluar rumah, panggilan menyebut namaku terdengar, namun tak kuhiraukan. Aku sudah sangat dan benar-benar muak, drama sekali! Aku keluar dari rumah, tidak kabur. Sambil membawa bolpoin merah kesayanganku, ah! Sangat tak sabar bermain lagi setelah dua hari diam saja di rumah.

Klek-!

"Kim Jung Goo! Kembali-"

"Mati saja kalian."

BLAM!

Tatapan sinis dilemparkan pada sang pria, "Ini semua salahmu!" ujarnya sambil menunjuk pria itu dengan kuku lancipnya.

•••

Angin lembut menyapu sisi wajah si pemilik surai hitam, kedua tangannya saling bertaut erat, matanya memejam erat, mulutnya samar-samar mengeluarkan suara. Ia sedang berdoa dengan sangat khusyuk di samping makam kedua orang tuanya.

[Father's Name]

♦R I P♦

[Mother's Name]

♦R I P♦

"Maaf, [Name] baru datang sekarang.."

[Name] mengusap setitik air mata yang turun dari kedua kelopak matanya.

"Ibu.."

"Ayah.."

"Sebenarnya apa yang telah terjadi?" [Name] mengelus nisan ibunya sambil menatap lekat tanah kuburnya.

"Aku benar-benar tidak tahu apapun.."

[Name] menghelakan nafas panjang, "Aku diadopsi orang tua Goo. Tapi- aku tidak ingat."

"Yang kuingat hanya kecelakaan itu.." lirihnya.

[Name] tertawa lirih, "Jangan khawatir, aku baik-baik saja." Ucapnya seolah tahu kedua orang tuanya kini sedang mengkhawatirkan dirinya.

"Aku adik sahabatku. Meski hanya angkat," [Name] ganti mengelus nisan ayahnya, "Buat apa bocah itu menutupinya?"

[Name] berpikir, benaknya terasa berat. Kian lama ia memikirkan hal ini yang sepertinya tak ada habisnya, kesehatannya terasa menurun.

Gadis berpakaian serba hitam itu bangkit dari jongkoknya lalu berjalan pelan keluar dari area pemakaman. Kedua tangannya mengepal erat, ia menggenggam erat ambisi untuk mengetahui fakta.

'Aku harus tahu apa yang sebenarnya telah terjadi!'

•••

"Ayo bercerai!"

Srak!

"Kau pikir setelah kita bercerai, kau mau kemana?" menatap remeh lawan bicara.

"Aku akan ke jerman dan tinggal bersama kekasihku di sana!"

Mulutnya membentuk garis tipis mendengar penuturan istrinya, "Lalu, Goo?"

Raut yang semula menunjukkan tekad bulat untuk bercerai, sedikit luntur, namun kembali menegakkan bahunya ia menyangkal.

"Dia ikut ibunya!"

"Dengan kekasihmu si pecandu narkoba itu?"

Mengingat hal buruk akan terjadi jika ia melakukannya, "Selemah itu kekuatanmu untuk menahanku agar tidak bercerai, lalu menggunakan anak sebagai penahan?" terkekeh sinis di akhir kalimat.

"Menahanmu?" menaikkan sebelah alis lalu dengan raut bosan ia mengeluarkan sebuah bolpoin hitam dari saku kemeja, tanpa ada rasa ragu, pria bersurai pirang itu menandatangani surat cerai di atas meja tanpa menatap wajah sang wanita.

Sret!

"Puas?"

Senyum puas mengambang di wajah sang wanita.

"Iya-"

"Goo, tetap bersamaku." Telunjuknya menunjuk dahi sang wanita, lalu melempar tatapan tajam.

"Terserah."

Be Mine! [Jung Goo X Reader]Where stories live. Discover now