die, i want it.

1.5K 306 64
                                    


"Cari siapa?"

Kedua sejoli itu saling bertatapan bingung, lalu salah satunya menjawab pertanyaan barusan.

"[Name]."

Alis sebelah kirinya terangkat, dengan enteng ia mengucapkan, "[Name] sedang istirahat, dia sakit."

"Ah? Jadi, dia sakit?" Camilla, wanita itu menutup mulutnya, "Astaga.. dia sakit apa?"

"Deman dan flu ringan." Netranya mengedar kesekitar sejenak, "Dia sekarang sudah baik-baik saja."

Camilla menghembuskan nafas lega, pikiran buruk serta perasaan tak nyaman kini pudar setelah mengetahui kabar rekan kerjanya itu baik-baik saja.

Netranya bergulir menatap pria di sampingnya yang mengeryitkan dahinya tajam seolah tak percaya, namun mulutnya diam saja.

"Baiklah kalau begitu, sepertinya [Name] sedang tidak bisa diganggu.. kami pamit, titip salam ya, Tuan? Selamat malam! Ayo, Edward!" Camilla sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Hm, selamat malam."

•••

Hening.

Kemudian, terdengar deru nafas terburu-buru seseorang, seolah sebentar lagi ia akan ditarik kembali ke dasar palung Mariana untuk ditenggelamkan.

"J-jangan.."

Keringat mengalir melalui pelipis, membasahi bantal yang dijadikan penumpu kepala.

Tangan mencengkeram erat kain sprei erat-erat.

Mulutnya semakin kuat mengeluarkan suara pilu, meminta ampun.

"A-ampun..! Jangan..!"

"Aku mohon..! Ampuni.. ampuni aku!"

Kini, ia sedang berada di ambang antara mimpi dan dunia nyata. Mengalami untuk yang kedua kalinya peristiwa mengerikan itu di alam bawah sadarnya.

Seolah sedang disiksa, tanpa sadar kedua tangannya merayap mencakar lengannya sendiri yang sedang dalam proses pemulihan.

Bekas kemerahan serta beberapa cakaran yang menimbulkan luka dalam mengeluarkan darah. Mengotori sprei putih itu.

"Ibu.. tolong aku..!"

Cklek!

"Berhenti.. sakit.."

"Ibu.."

"Kumohon.. ibu.. tolong aku..!"

"Sayang, hei? Ada apa?"

"Ibu.."

Sebuah usapan lembut dilancarkan, upaya menenangkan dirinya pada mimpi buruk.

Netra coklat itu menangkap cairan merah telah mengotori sprei, dengan hati-hati ia membaringkan sang gadis ke sisi ranjang yang lebih bersih. Tak memperdulikan wajahnya yang beberapa kali terkena cakaran sang empu yang masih belum tenang.

Kemudian secara telaten ia membersihkan luka yang timbul di lengan penuh bekas sayatan itu secara pelan. Tanpa membangunkan.

Kotak P3K terbuka, tergeletak begitu di atas selimut yang hampir jatuh dari pinggiran ranjang.

Perban tidak membalut terlalu kencang kedua tangan yang perlahan kehilangan nutrisi itu karna takut menyakiti. Diteteskan beberapa kali obat merah agar luka cepat mengering.

Sambil sesekali menghelakan nafas, ia tersenyum tipis. Memandang wajah cantik itu tanpa bosan.

'Maafkan aku..'

Bulan semula tertutup awan hitam yang begitu tebal, gemuruh sesekali terdengar, namun kini hilang begitu saja.

Para bintang tiba-tiba muncul entah dari mana muasalnya.

Cup!

"I love you more than my life, [Name]."

•••

[Name]'s POV

Kepalaku pusing.

Aku ingin jatuh.

Kubuka mataku, lalu kuedarkan pandanganku kesekitar.

'Di mana ini?'

Gelap.

Tak terlihat apapun.

Ini bukan kamarku, aku sangat mengenal betul kamarku.

Kedua tanganku terlipat di atas perut, terbalut perban, entah dari mana asalnya benda itu. Aku tidak peduli. Rasanya mati rasa, kedua tanganku tak terasa.

Mulutku mendesis pelan, merasa kepalaku terkantuk sesuatu di atas sana saat sedang berbaring.

Kucoba untuk duduk, namun begitu sulit. Aku tak punya tenaga.

Kepalaku seolah berputar-putar.

Aku menarik nafas dalam-dalam.

Mencoba menetralisir rasa sakit yang makin mendera di lengan dan kepalaku.

"Sudah bangun?"

DEG!

Oh Tuhan..

Nafasku mulai tak beraturan. Sesak sekali rasanya.

"Maaf ya aku memindahkanmu diam-diam, kau tertidur lelap sekali tadi, aku tak tega membangunkanmu."

Astaga! Astaga! Jangan mendekat!

Dia berjongkok tepat di samping tubuhku yang terbaring lemas tak dapat bergerak, gemetar hebat.

Aku takut.

Sangat takut.

Tangan kanannya terulur.

"T-tidak!" Kukerahkan semua keberanianku menepis tangannya.

"Ah.. aku membelikanmu bubur."

Aku tak nafsu makan.

"Kau pasti bosan makan nasi lembek terus-menerus." Aku ingin menangis, aku ingin lari seajuh-jauhnya dari psikopat ini.

"Cepatlah sembuh, jadi kau tidak akan memakan bubur lagi."

"Makan ya, sayang?"

Aku ingin mati saja.

[Name]'s POV END

•••














Serius! Aku bingung mau namatin ini kek mana.

Kalian mau Happy End ato Sad? Tapi kalo Happy, happynya nggak 100% tetep bakal sad.

Kalo Sad, +sadddddddd.

:'D hehe

Be Mine! [Jung Goo X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang