khawatir

3.6K 297 7
                                    

Disinilah Keenan bersama kedua temannya berada

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Disinilah Keenan bersama kedua temannya berada. Kantin sekolah.

"Tumben lo ngajak kita bolos Nan, kalo papa lo tau gimana? Marah nanti dia,"

Keenan berdecak, "Gak akan, santai aja. Lagian, gua males di kelas, pelajaran fisika bikin pusing. Udah enak disini, perut kenyang."

Kedua temannya menggeleng, beginilah Keenan.

"Nan, sorry, selama lo di rumah sakit kemarin gua gak bisa jenguk. Biasa, doi gue kalo lagi pms ribet. "

Keenan tersenyum miring, "Santai lah Vin, lagian, lo kok mau sih pacaran sama cewek ribet kaya dia? Kalo gua jadi lo, ogah gue."

Marvin, teman Keenan itu tertawa kecil. "Kalo sudah cinta, buta Nan. "

"Btw, kok bisa alergi lo kambuh Nan?" Bukan, itu bukan suara Marvin melainkan suara temannya yang lain. Naren. Mendengar itu Keenan tersenyum.

"Dih, gila lo. Di tanya malah senyam-senyum."

Keenan semakin melebarkan senyumannya.

"Wahh, Vin, nih anak kesambit kayaknya. Kudu di ruqiyah," Naren bangkit, hendak memegang kening Keenan. Namun buru-buru Keenan tepis.

"Apaan sih lo, gua gak kesambit."

"Ya terus?"

"Sebenarnya gua sengaja makan martabak kacang itu," cerita Keenan membuat kedua temannya mendelik. Benar-benar gila.

"Iya lo gak kesambit, tapi lo gila. Mana ada orang yang nyelakai dirinya sendiri. Obat lo abis Nan?"

Keenan berdecih, "Lo yang gila, gua belum selesai cerita."

Hening.

Hingga suara Keenan kembali terdengar setelah beberapa detik terdiam.

"Gua sengaja makan martabak itu, yaa dengan maksud biar anak itu seakan-akan terpojok. Dan rencana gue berhasil, biarlah gua sedikit menderita karena alergi itu, yang penting gua seneng karena anak itu semakin menjauh dan semakin terpojok. Gua gak suka anak itu terus-terusan mencoba mendekati mama."

Marvin dan Naren sedikit terkejut, namun setelahnya sama-sama tersenyum. Ini hal bodoh, tapi mereka menyukainya.

"Tapi lo hampir mati bodoh, kenapa coba lo makan martabak itu. Kenapa lo gak pura-pura aja?"

"Tadinya sih, kepengen begitu. Cuma gua mikir lagi, kesannya gak real banget. Yang ada ketahuan kalo gue bohong. Bukan dia yang terpojok malah gue yang terpojok."

"Iya juga sih, terus setelah ini apalagi yang lo rencanain.. ya enggak, maksudnya tuh. Gua kenal lo udah dari jaman SMP dan gua yakin lo gak bakal puas akan hal ini."

Keenan tersenyum, "Tau aja lo, ya ikuti aja si kedepannya bakal kaya gimana. Tapi yang jelas, gua pengen banget ngelihat dia, hidup segan mati pun tak mau." Senyum Keenan berubah smirk.

HELP [Tamat]Where stories live. Discover now