mulai mencari?

5.7K 424 67
                                    

Halo.

Selamat malam:)
.
.
.

"Kanker darah,"

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.


"Kanker darah,"

Mereka di buat terdiam dengan ucapan Farris.

Apa katanya? Kanker darah?

"Enggak mungkin, anda jangan asal bicara. Anda tau, ucapan itu adalah Do'a!" Suara Arya terdengar. Namun setelahnya Arya di buat merasa De Javu.

'Gua akan selalu berdoa, semoga orang busuk kaya lo terkena karma nya. Sakit kanker misalnya?'

Arya menggelengkan kepalanya pelan. Teringat dengan ucapannya waktu itu. Ah, sungguh. Jika di ingat-ingat ucapannya begitu menyakitkan.

Apa ucapannya waktu itu terkabul? Arya semakin menggelengkan kepalanya kuat. Sekarang ia berdo'a, meminta kepada tuhan agar ucapannya tidak terkabul.

'Satu pinta gua ke tuhan, semoga tuhan cepet-cepet cabut nyawa lo. '

"Tuhan, aku tarik semua ucapan aku waktu itu. Jangan kau ambil nyawa nya. Tolong berikan aku kesempatan untuk menebus semua kesalahan-kesalahan yang pernah aku perbuat tuhan." batin Arya. Teringat jelas di ingatan, bayangan wajah Aksa saat itu. Saat dimana, Arya menyumpahi Aksa mati.

"Saya tidak asal berbicara. Dami memang benar-benar sakit. Dami di vonis sakit kanker darah jauh sebelum Rayyan di vonis sakit kanker hati." ucap Farris, matanya sedikit berkaca-kaca.

Ah--dimana Dami nya sekarang? Pasti Dami nya sedang kesakitan di luar sana. Farris ingat, terkahir kali, sebelum Rio mengusir Dami, kondisi Dami jauh dari kata baik.

Mona terisak keras. Bagaimana tidak. Anaknya selama ini kesakitan. Tetapi dirinya malah menambah kesakitan itu.

"Hanya memiliki satu ginjal, k-kanker darah...sesakit itu kamu nak?" lirih Mona. Ia kembali menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

'Tapi...sebelum Aksa pergi, boleh gak Aksa peluk ibu sebentar? Satu meniiit aja.'

ucapan Aksa waktu dirinya mengusir Aksa kembali terngiang. Dan itu semakin menambah sesak dada Mona. "Maaf, maaf, maaf." ucap Mona dalam hati.

"Saya tidak percaya, A-aksa itu sehat, selama ini dia gak pernah nunjukkin rasa sakitnya. Jadi, saya tidak mau percaya." ucap Dika, jujur saja, Dika tidak percaya. Bukannya tidak percaya, hanya saja, Dika berusaha meyakinkan hatinya, bahwa Aksa baik-baik saja. Aksa tidak sakit. Ya, Dika berharap itu.

"Kenapa? Seharusnya kalian semua senang karena anak yang kalian anggap beban, akan segera mati. Benar apa yang di bilang kamu Mona. Dami sekarat, Anakmu sekarat." ucap Farris.

"Berhenti berbicara yang tidak-tidak Farris. Anakku sehat, dia baik-baik saja." teriak Dika, wajahnya memerah, air mata mengalir perlahan dari matanya. Ia sampai berdiri. Berusaha meyakinkan diri, bahwa ucapan Farris hanya lah kebohongan.

HELP [Tamat]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz