yang selalu ada

3.1K 325 32
                                    

HALO.

SELAMAT MALAM.

.
.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan tertatih, kaki Aksa melangkah memasuki area pemakaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dengan tertatih, kaki Aksa melangkah memasuki area pemakaman. Tubuhnya meluruh tepat di pusara sang nenek.

Tangannya mengelus nisan yang bertuliskan 'Sarah Adelicia' itu. Ia rindu, rindu serindu-rindunya dengan sosok Sarah. Oma, sekaligus ibu dan ayah untuk dirinya.

"Oma, apa kabar?" suara Aksa bergetar, bibirnya berusaha tersenyum. Ia tak mau terlihat lemah di hadapan nisan sang Oma. Walau tak bisa di pungkiri, air mata terus mengalir membasahi pipi.

"Aksa datang, udah lama ya Aksa gak kesini? Aksa kangen..."

Kepalanya menggeleng-geleng pelan, "Tidak, Aksa tidak apa-apa Oma. Aksa nangis hanya karena Aksa rindu sama Oma."

Aksa menggigit bibir bawahnya dari dalam, bahunya bergetar hebat. Kepalanya tertunduk, menatap tepat ke arah gundukan tanah yang sudah di gandrungi banyak rumput.

Tangisnya pecah, Aksa mengaku kalah. Ia sudah tidak tahan, ini terlalu menyakitkan.

"Omaa..hiks, Oma. Aksa gak tau harus kemana, mereka mengusir Aksa. Aksa harus kemana Oma? Aksa bingung hiks."

"Aksa ingin sama Oma, Aksa udah gak kuat disini. Aksa mengaku kalah," ia memeluk nisan Sarah dengan sangat erat.

"Apa yang harus Aksa lakukan? Aksa sendirian, Aksa takut Oma. Aksa gak suka, Aksa gak suka kalau Aksa sendirian...Aksa butuh Oma, butuh ibu, butuh ayah. Hiks,"

Hening beberapa saat, perlahan tapi pasti, Aksa membaringkan tubuhnya di samping makam Sarah, memeluk makam Sarah dengan air mata yang masih mengalir.

"Izinin Aksa istirahat sebentar disini ya Oma? Tubuh Aksa lemas sekali. Tapi Oma tidak perlu khawatir, Aksa baik-baik saja."

Sebelah tangan Aksa, membekap kuat mulutnya. Sudah, sudah cukup ia terisak di makam Sarah. Jangan lagi, jadi sekuat tenaga ia menahan isakkan.

"Oma...apa Oma tahu, ayah Aksa dimana? Aksa ingin bertemu ayah. Bantu Aksa Oma, bantu Aksa dari sana, doain Aksa supaya Aksa cepet-cepet ketemu sama ayah. Aksa kangen ayah, Aksa ingin di peluk ayah, seperti bang Arya dan bang Arka yang sering di peluk ayah Dika."  lirihnya dengan suara bergetar, menahan tangis.

HELP [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang