#4. "Tapi naksir?"

348 92 9
                                    

Hari itu minggu pagi, Aril sudah di rumahku. Emang gak tau malu. Udah jangan nanya kenapa aku sama Aril terus, aku gak ada temen lagi! (yang paling dekat memang cuma Aril, yang bisa tau kondisi muka gantengku ini dari pagi sampai pagi besoknya)

"Den,"

"Hm," sahutku tanpa menengok soalnya lagi ganti oli motor.

"Kamu deket, ya? Sama si April."

"Hah?" baru aku menengok.

"Nu karek pindah." katanya
Yang baru pindah.

"Juni!" koreksiku.

"Wih, semangat nyebut namanya juga."

"Aing ngebenerin!"

"Tapi deket?" tanya Aril lagi, duh banyak nanya!

"Temenan."

"Tapi naksir?"

Aku diam.

"Tapi naksir?" tanya Aril lagi.

Aku masih diam. Bagaimana bilangnya ya, aku memang senang kalau lagi sama Juni, tapi kalau dibilang naksir sepertinya enggak juga.

"Gak tau."

"Hah?"

"Enggak!" jawabku pasti.

Aku berdiri setelah selesai menutup tangki oli. Kemudian duduk di teras, bersebrangan dengan Aril.

"Korek." pintaku.

Eh, baru kunyalakan rokok, Juni lewat. Aku terus menatapnya dari arah kanan ke kiri seiring langkahnya berjalan diluar pagar rumahku. Eh! Dia ternyata mau masuk kedalam rumahku.

"Den,"

"Shhht!" panggilan Aril gak aku hiraukan karena yang mencuri seluruh fokusku saat itu cuma Juni yang kelihatan begitu cantik dengan setelan kebaya dan rok batik, rambutnya dicepol sederhana tapi dia kelihatan anggun dan beda dari biasanya.

"Bukain atuh pagernya!"

Tersadar dari lamunan, aku buru-buru berdiri dan membuka kunci pagar.

"Lama! Geus asak yeuh kapoé!"
Lama! Udah mateng nih dijemur!

"Maaf atuh." gitu aja kataku. "Kamu mau kemana?"

"Mau nemenin Bu Dida ke ondangan*." jawab Juni.
nikahan*

Aku gak tau kalau hari itu Ambu mau ke nikahan seseorang. Langsung saja aku berbalik namun Aril sudah berdiri sambil pakai sendalnya. Aku masih terdiam, memproses yang terjadi baru saja soal kenapa Aril bisa tau maksud aku!

Aril kemudian berbalik dan mengangkat dua alisnya sambil tersenyum tipis. Kemudian sambil berjalan ke arahku dia menepuk bahuku sekali.

Asik! Terima kasih Aril!!!

PANASEA 1997Where stories live. Discover now