#7. Agustusan (2)

102 17 3
                                    

Blekok! Aku lupa kalau tadi siang aku bilang ke Juni;
"Iya, aku moal kamamana da."
Iya, aku gak akan kemana-mana kok.

Aku agak gas lagi sedikit motorku.

"Aduh!" kata Teh Widi karena aku gak rem waktu melewati polisi tidur.

Sesampainya di dekat lapang, tepatnya didepan pos kamling, panitia yang berkumpul di situ malah,

"Adeuuuhhh..."

"Asikkkkk."

"Widih Deden..."

"Wah, kapiheulaan aing ku si Deden."
Wah, keduluan gua sama si Deden.

Teh Widi cuma tertawa kecil. Aku lupa kalau sekarang jamnya istirahat, dan waktu kulihat ke tenda jualan, beberapa laki-laki ada di sana dan laki-laki yang diomongin Juni juga ada di sana! Aku yakin dia gak beli es teh manis, dia cuma mau godain Juni!

Aku buru-buru turun dari motor dan lari ke lapang, tapi sesampainya di sana ternyata ada Aril diantara mereka.

"Ril?"

"Den, ieu hayang kenalan ceunah jeung Juni."
Den, ini pengen kenalan katanya sama Juni.

"Teu." kataku.
Gak.

"Hah?" sahut Aril.

"Teu meunang," aku bingung harus gimana, "Tanya heula atuh daekeun teu diajak kenalan."
Gak boleh. Tanya dulu lah mau gak orangnya diajak kenalan.

Dari situ hening, tapi terpecahkan karena suara panitia yang sedang tes mic. Salah satu dari mereka bayar dan sebelum Juni yang terima, aku sudah terima uangnya duluan dan kasih kembaliannya tanpa bicara tapi sambil lihat matanya.

Kemudian mereka bubar. Aku takut Juni kenapa-kenapa. Aku takut Juni makin ingat kejadian pahitnya di masa lalu. Aku kaget bukan main tadi siang, tapi aneh juga Juni bisa sesantai dan sekuat ini menjalani sehari-harinya (kelihatannya).

Juni keren.

#

Sudah gelap, lapang sudah dibersihkan, peralatan juga sudah dibereskan. Panitia mau rapat dulu untuk hasil hari ini, tapi Juni langsung pulang karena katanya gak boleh kemaleman. Perasaan waktu itu pernah keluar sampe jam 9 malam sama aku biasa aja dia.

"Pasea, Den?" tanya Doni.
Berantem, Den?

"Jeung saha?"
Sama siapa?

"Juni."

"Henteu, naha kunaon?"
Enggak, emang kenapa?

"Tadi siga nu ambek pedah gara-gara urang nanyakeun maneh kamana pas nganteur Teh Widi." lanjutnya.
Tadi kayak yang marah waktu gua nanyain lu kemana waktu lagi nganterin Teh Widi.

"Hah?" aku gak ngerti.

"Ngajawabna 'teuing' ceunah, terus ku urang jawab deui 'naha teu apal kabogoh sorangan kamana?' Si Juni ngajawab deui 'emang saha nu bobogohan?' jawab deui ku urang, 'ceuk si Deden'." jelas temanku.
Ngejawabnya 'gak tau' katanya, terus gua tanya lagi 'kenapa gak tau pacar sendiri kemana?' Si Juni jawab lagi 'emang siapa yang pacaran?' gue jawab lagi 'lah Deden bilang'.

Aduh.

PANASEA 1997Where stories live. Discover now