Saya akan merawat luka anda

1K 185 107
                                    

Chapter 20

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 20

***

Kegelapan masih menjulang di sisi barat langit sementara cahaya mulai bersinar melalui sisi timur.

Jimin berpakaian dan mengikat rambutnya seadanya. Diam-diam berjalan menuju kuda yang diikat ke pohon. Itu adalah kuda kesayangannya, Bob. Kuda yang selalu menemaninya saat dia terjun ke dalam peperangan. Bob memberi pekikan yang gembira saat Jimin membuka ikatannya.

Dia menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada yang melihatnya. Pagi-pagi sekali biasanya tidak banyak orang-orang yang berkeliaran di Istana, itu hanya meninggalkan penjaga yang terkantuk-kantuk.

"Bob, jangan membuat terlalu banyak suara atau mereka akan menangkap kita." Dia berkata saat dia melompat diatas kudanya.

Setiap hentakan kuku kuda membuatnya mengernyit, Bob tidak mampu menahan hentakan kakinya menimbulkan suara, itu hanya suara alami kaki kuda.

"Yang Mulia Putra Mahkota!"

Seseorang berteriak memanggilnya, suaranya memecah keheningan, itu membuat orang-orang lainnya yang berada disekitar mendekat.

"Yang Mulia Putra Mahkota! Kemana anda akan pergi?!"

Seorang kasim berlari mengejar kudanya.

"Aku bukan Putra Mahkota!" Jimin berteriak dengan sebal, dia mempercepat laju kudanya, "Jangan mengejarku, aku hanyalah kasim rendahan!"

"Saya mengenali suara anda Yang Mulia, anda tidak bisa berpura-pura!"

Baik, dia adalah kasim yang selalu berjaga didepan kamarnya bagaimana dia bisa tidak mengenalinya.

Dia membawa kudanya semakin cepat saat dia melihat tiga orang kasim mengejarnya dengan terus meneriakkan gelarnya yang agung.

Berapa banyak lagi orang yang akan mereka bangunkan?

Jimin berdecak dengan kesal.

Kenapa sangat susah hanya untuk bermain-main sebentar, dia hanya Putra Mahkota, bukan Kaisar!

"Kenapa Istana ini sangat luas?"

Dia menggerutu, masih tidak melihat bahkan setitik pintu gerbang didepannya.

Beberapa meter di depannya seseorang berdiri dengan sebuah keranjang ditangannya, dia menatapnya dalam diam.

Cahaya pagi menerpa wajahnya, membuatnya pucat pasi. Rambut peraknya bahkan memiliki kilauan yang lebih cemerlang dari cahaya pagi.

WDZA (Wo De Zui Ai) | kookv ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang