Bagian 17

1.9K 208 1
                                    

"Jilan!"

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Jilan!"

Jilan menoleh kebelakang saat mendengar ada seseorang yang memanggilnya.

"Hai Fani," sapa Jilan.

Fani datang dengan seragamnya. Sepertinya sepulang sekolah dia langsung kesini, pikir Jilan.

"Gimana keadaannya? Sorry baru jenguk," ucap Fani.

"Udah lebih baik kok, buktinya gue bisa jalan-jalan," ujar Jilan.

"Untunglah... oh ya, nih gue bawain brownies coklat buat lo."

"Makasih Fan, mau ditaman atau dikamar rawat?"

"Taman aja," jawab Fani.

Saat di taman, mereka duduk di bangku sembari memperhatikan sekitar. Jilan sudah menyantap satu brownies pemberian Fani.

"Rasanya masih sama ya," ujar Jilan.

Fani menoleh, "gue selalu beli di tempat yang sama meski untuk orang yang berbeda."

Jilan tersenyum.

"Sorry, kalau bukan karena gue... saat ini lo pasti bakal punya pasangan," ucap Jilan.

"Jil... lupain hal itu. Gue ga masalah, lagipula itu cuman cinta monyet," kata Fani.

"Gue udah ikhlas kok..."

Jilan berusaha untuk tersenyum. Meski dalam hatinya rasa bersalah terus menyeruak.

Flashback On

"Jil...nanti abang mau nembak cewek."

"Mati dong," ujar Jilan polos.

"Bukan nembak gitu astaga, nembak nyatain perasaan gitu loh," ucap Jinan.

Jilan terkekeh.

"Masih SMP! masih kecil ga boleh pacaran," peringat Jilan.

"Iya tahu, tapi rasa suka tuh ga bisa ditahan Jil...apalagi abang udah deket banget sama cewek ini."

"Siapa? Perasaan semua cewek di sekolah deket deh sama abang."

"Kepo!" Jinan menarik game bot milik Jilan.

"Ih balikin! Jilan belum selesai main!"

"Bang!"

Jinan tidak mendengar dia terus berlari. Dan Jilan terus mengejar Jinan.

"Jinan!"

Lampu kuning untuk Jinan, karena saat Jilan memanggilan tanpa embel-embel 'abang'. Maka perang di rumah akan terjadi.

"Jinan! Jilan! Astaga ini rumah kaya kapal pecah!" ujar Adila yang baru saja pulang dari butik mengantar Bila, sahabatnya.

Jilan dan Jinan saling bertatapan, bunda nya sudah pulang. Ini lebih bahaya lagi, mereka mungkin akan terkena ceramah sepanjang waktu.

Jilan Minta Maaf, AyahDonde viven las historias. Descúbrelo ahora