Bagian 49

2.3K 187 36
                                    

Setelah kejadian malam itu, Jilan benar-benar menghilang

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Setelah kejadian malam itu, Jilan benar-benar menghilang. Jafar sudah melaporkan kasus ini ke polisi.

"Rina, bisa batalkan jadwal hari ini juga? Kalau perlu untuk seminggu ke depan juga," ucap Jafar.

"Pak... jika terus seperti ini kemungkinan akan banyak klien yang membatalkan kontrak dengan perusahaan," jelas Rina.

"Saya tidak peduli, Jilan lebih penting dari para klien itu," tegas Jafar.

Rina sedikit terkejut dengan perubahan Jafar pada Jilan. Tapi sepertinya dia juga harus bersyukur karena akhirnya bosnya itu bisa berdamai dengan masa lalunya.

"Apa sudah ada perkembangan pak?" tanya Rina.

Jafar menggeleng, "polisi bahkan sudah mengepung rumah Wijaya. Tapi tidak ada tanda-tanda dia berada disana."

"Apa... mungkin pak Wijaya yang menculik Jilan? Bukankah saat Jilan hilang, pak Wijaya juga menghilang di acara itu?"

Jafar terdiam, kenapa baru terpikirkan sekarang?

"Rina...terima kasih," ucap Jafar lalu pergi.

Sementara Rina menatap Jafar yang pergi menjauh.

Jafar langsung menghubung inspektur yang mengurus kasus ini.

"Halo pak? Saya mohon maaf, untuk pencarian anak bapak kami masih belum bis-

"Kita harus mencari Wijaya juga? Dia dalang dari hilangnya putra saya, jadikan dia sebagai buronan..."

"Pak? A-apa anda yakin? Kemarin kita sudah mengepung kediaman keluarga Wijaya."

"Saya yakin!"

"Baik pak!"

Jafar meremat stir mobilnya, "ayah bakal nemuin dan nyelamatin kamu Jilan..."

✧✧

"Shh," pemuda itu meringis, dia mengerjapkan matanya. Menatap asing ruangan itu, dia mencoba menggerakkan tangannya tapi sayangnya kedua tangannya diikat kebelakang.

"Dimana ini?" gumamnya. Yang dia ingat terakhir kali dirinya berada di toilet hotel, lalu tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang dan setelah itu dia tidak ingat apapun.

"Sepertinya kamu tidur dengan nyenyak, Jilan," ucap seorang pria.

Ya, pemuda itu adalah Jilan. Dia yang masuk dalam kasus pencarian orang. Jilan mendongak menatap pria itu.

"2 hari...sepertinya cukup untuk kamu beristirahat..."

"O-om..."

"Masih ingat ya? Jadi saya tidak perlu mengenalkan diri lagi..."

"Apa mau om?! Om udah berhasil buat bunda dan Jinan pergi! Apalagi yang om mau?! Om...bahkan udah ngeracunin istri om sendiri dan udah nyiksa anak om sendiri!" cibir Jilan. Dia sebenernya takut pada pria dihadapannya ini, tapi dia tidak boleh terlihat lemah untuk kedua kalinya.

Jilan Minta Maaf, AyahDonde viven las historias. Descúbrelo ahora