Tinggal Bareng

132 13 1
                                    

POV : Nando Fernando

Setelah Nanda setuju akan ide gua yang cemerlang tapi agak rada sedikit gila itu, Gua pun tanpa berpikir panjang, bersama Nanda langsung menuju salah satu hotel yang berada agak jauh dari daerah kampus Nanda, maupun dari kampus dan rumah gua.

Semua itu kami lakuin agar gak ada satupun yang mengenali kami berdua. Karena bisa repot kalo sampai ada salah satu dari temen gua atau pun Nanda yang ngeliat gua sama Nanda berduaan di hotel.

Setelah sampai di hotel, Gua pun menyuruh Nanda untuk menyewa kamar dengan kurun waktu 1 minggu, dan dibayar dengan uang tabungan gua tentunya. Yang mana sebetulnya dengan berat hati gua harus meralakan uang yang sudah susah payah gua kumpulkan cuma buat tinggal di hotel doangan!

Bye-bye action figure idamanku... hiks, mau nangis aku tuh.

Agar tidak ada menimbulkan kecurigaan, jadi sebetulnya gua menunggu di luar hotel terlebih dahulu, sedangkan Nanda yang pergi menyewa hotelnya.

Setelah Nanda sudah berada di kamar, barulah gua menanyakan kamarnya yang mana, dan langsung menyusulnya ke sana.

Pas ketika Gua masuk ke dalam kamar hotelnya, baru aja gua ngebuka pintu----

Ngeeeek.

Tiba-tiba udah disambut tatapan wajah yang gak mengenakan dari Nanda.

"And..., now what?" cetus Nanda jutek.

Setelah gua masuk kamar hotel, gua langsung duduk di kasur, lebih tepatnya duduk di sebelah kanannya Nanda. "Ya... jujur gua juga sekarang bingung mau ngapain," ucap gua dengan wajah penuh kebingungan.

Terus Nanda tiba-tiba ngeliatin gua heran gitu, dan ya... otomatis gua juga jadi ngeliatin dia dong... tapi pas gua liatin dia, eh dia malah melototin gua, yang mana itu semakin ngebuat gua tertekan. Alhasil gua coba ungkapin apa yang ada di otak gua aja dulu, biar ada sedikit pembicaraan.

"Tapi menurut gua sekarang kayaknya cocok buat kita saling mengenal satu sama lain, sebelum menghadapi hal-hal yang lebih menyulitkan dari ini selanjutnya," ucap Gua yang kemudian langsung membaringkan tubuh Gua ke kasur, karna saat itu badan gua bener-bener pegel.

Nanda pun cukup merasa kesal melihat gua yang baru dateng langsung tiduran di kasur, "Kok Lo malah tiduran sih Nan?!" tegur Nanda dengan nada agak sedikit tinggi.

"Ya... habisnya badan gua pegel-pegel banget Nan, entah kenapa bener-bener terasa pegel, emangnya lo gak pegel juga?"

Seketika Nanda pun langsung melirik kearah gua dan berkata, "Pegel juga sih...." Lalu kemudian ia pun juga ikut tiduran tepat di sebelah gua.

"Jadi... siapa yang mau cerita duluan?" tanya Nanda sembaring kemudian ia melihat ke arah gua.

"Okey gua duluan," jawab gua sembaring melihat langit-langit kamar hotel.

Lalu gua pun mulai menceritakan ke Nanda secara mendetail tentang gua. Mulai dari background gua dan keluarga gua, terus kampus dan teman-teman gua, bahkan sampai hobby dan kebiasaan gua. Intinya gua menceritakan semua secara mendetail kepada Nanda saat itu, dan Nanda pun mendegarkannya dengan sungguh-sungguh.

"Lucu juga ya prinsip lo," ucap Nanda sembaring mentertawai prinsip Gua.

Gua pun heran, kenapa bisa dia anggap itu lucu? Ya meski sebetulnya gua juga merasa sedikit tersinggung sih ketika dia bilang kalo prinsip gua lucu, maka dari itu guapun tanya sama dia, "Kenapa emangnya?"

"Ya lucu aja... gak mau nikah dan gak mau punya anak... padahal hampir semua orang mau menikah dan mau punya anak, tapi... kayaknya mulai sekarang gua juga bakalan memakai prinsip lo deh," ucap Gaby sambil sedikit tersenyum.

Loh Kok Ketuker?!Where stories live. Discover now