BERHARAP ADA KABAR

40 0 0
                                    


Hugo berharap ada kabar dari mal yang mencari gadis tanpa nama apalagi identitas. Sepeninggalan Hugo minta asisten mencari tahu mengamankan cctv di sana. Ia ingin tahu semua yang terjadi hari kemarin. 

Asistennya dengan cepat memberi kabar juga bukti yang di dapat dari tempat kejadian. Ia memutar video yang dikirimkan lewat surel ke ponsenya. 

Sesaat menghela napas kesal rahangnya mengeras. Ia masih tidak percaya dengan isi rekaman itu. Ditontonnya lagi sampai menarik kesimpulan ada unsur kesengajaan teman gadis itu meninggalkannya. 

Hugo Xavier Ridwan kembali memutar takut penglihatannya kali ini yang salah. Isi video itu menampikan hal yang sama.

Sungguh ia tak habis pikir seorang teman tega berbuat jahat. Hugo belum percaya dia datang bersama temannya. Setelah masuk kemudian berpisah terlihat di cctv. Temannya mengendap-ngedap meninggalkan area. Sedang gadis itu sibuk mencarinya. 

Ya, tuhan ... sahabat macam apa dia?

Sengaja gadis itu ditinggalkan apa motifnya, Hugo sendiri belum bisa mencera semua yang di lihatnya. Sebaiknya ia tanyakan dulu padanya setelah Ia sadar. 

Jam sudah menujukan pukul satu malam, matanya belum mau terpejam. Rasa lelah pikiran melayang-layang memikirkan kejadian hari itu. Segera Ia merahi kunci meninggalkan rumah menuju rumah sakit. 

Rumah sakit tampak sepi. Hugo melihat ibunya tidur sambil duduk merasa tak tega, Ia memesan kamar untuknya.  Kamar hotel yang dibangun atas rumah sakit itu.

Hugo membangunkan ibunya setengah berbisik. "Bu, bangun pindah saya sudah pesan kamar untuk ibu," katanya.

"Tidak usah ibu mau di sini. Ibu mau liat dia bangun Hugo. Sebenarnya apa yang terjadi, sih?" tanya ibu sambil menggosok matanya. 

"Besok kita bicarakan semuanya, Bu. Ibu tidur aja di sini biar saya tidur sofa sana, ya."

"Baiklah ...," ucap ibu mendesahkan napas. "kamu cepat tidur, besok kan harus kerja."  

"Kalau dia belum sadar saya tidak mau kerja, Bu. Daripada kepikiran terus lebih baik nunggu di sini," sahut Hugo. 

"Ini sudah dua hari loh, kamu sampai kucel gini." 

Hugo menudukan kepala menarik napas panjang. Dilihat kantung matanya mulai menghitam, rambut acak-acakan. Ditatapnya lekat dari kaki sampai ujung kepala putra ke dua Ridwan Xavier yang tak ubahnya gelandangan. 

Hugo mendesah tidak ingin harinya enak-enakan sementara gadis itu Ia tak mengenal keluarganya. Ahh baru kali ini dirinya bersikap bodoh ini semua gara-gara perempuan. Ya ... benar wanita racun dunia. Hugo menghentak-hentakan kakinya lalu mendekat ke arah bangker. 

Duduk melamun sudah tiga hari tiga malam Ia di rumah sakit. Perasaannya lelah matanya perih meraih tangan mungil. Diperhatikan jari-jari lentiknya, dielusnya perlahan, digenggamnya kemudian sampai Sang Dewi mimpi mejemputnya.

                                          *  *  *    

Hugo Xavier Ridwan membuka mata. Matahari masih malu-malu, sinar gemilang tak sabar menerobos jendela. Udara dingin buatan menusuk kulit putihnya. Tiga hari sudah Ia berada di sini. 

Ketika tangan besarnya berasa digenggam menoleh. "Kamu sudah bangun?" 

Gadis itu mengangguk bingung memutar bola matanya. Mencari sosok yang dikenalnya tak Ia temukan. Semenit kemudian menatap Hugo yang tak bergerak di sampingnya. 

"Kaka ini siapa, ya?"

"Terus aku di mana ini?" 

"Ning di mana?" tanya Gadis itu tak jelas didengar. 

BERDAMAI DENGAN MASA LALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang