JILAT

17 0 0
                                    

Vihana sedang asik bersepeda di lantai dasar sambil nguyah cimol pedas. Ia gigit langsung dari pelastiknya. Sendal berhak tinggi bukan halangan baginya untuk menggayuh sepeda. 

Seorang sekurity menunggui duduk di anak tangga, sesekali kepalanya menggeleng dengan makhluk bernama Paradilla Vihana gadis manis berkulit coklat mata cemerlang ini setakilan selayak pria. 

Menurut orang jawa. Seorang gadis makan sambil berjalan  'waril' konon akan jauh dari jodoh. Bagi Vihana itu cerita kolot wong jodoh ada di tangan Tuhan. 

                                                 *  *  * 

"Tung, bok kalau makan jangan sambil jalan. Bahaya, Tung." Nasehat ibu saat Vihana pulang dari warung sambil makan es mambo yang di beli dari warung Bu Sri. Ibu mengomel tidak berhenti-berhenti takut anak gadisnya yang cantik nan lembut bak marmut itu jauh dari jodoh. Ibu takut anak satu-satunya susah jodoh. 

Panggilan entung saat Vihana kecil begitu melekat untuk tubuh gendut mirip ulat kelapa. Kebiasaan ibu memanggil anak gadisnya. Vihana pun tak pernah protes karena itu kenyataan tubuhnya yang gendut.

Dengan enteng Vihana menjawab. 

"Bu, Hana belum punya jodoh kan masih kecil, ya. Lagipula Hana nggak mau cari jodoh sampai dia datang sendiri, Bu. Ibu jangan risau Hana imut kaya marmut." Vihana menujukan gaya peace sangat menggemaskan. Membuat ibunya tersenyum dan berhenti mengomel.

Kata yang selalu digaungkan Vihana tidak akan pernah menjemput jodoh atau susah-susah mencarinya. Ia tidak sudi mencari pria baginya sungguh memalukan. Kecuali pria itu yang sudi datang sendiri. Oleh karena itu ia tak pernah memiliki kekasih atau pria idaman walau selintas di benaknya. 

Sampai suatu hari Vihana berkenalan dengan pria menawarkan beasiswa. Ia begitu senang berjingkrak-jingkrak di depan pria muda itu. Jika benar beasiswa yang ditawarkannya berarti Vihana bisa melanjutkan ke jenjang SMU. 

Sosok itu selalu diharap-harapkan oleh Vihana. Hubungan pun makin akrab. Namun Vihana hanya menganggap sebagai kaka karena dirinya masih terlalu kecil. Pria itu pun tidak mempermasalahkan ketika ia memberi sebuah cincin pun tidak membahasnya lebih detail maksudnya apa. 

Vihana yang masih polos pun tidak menanyakan apa-apa hanya rasa senang yang ada di hatinya. Ia pun tak berniat bertanya. Itu pemberian jadi ia ambil aja karena melihat ekpresi si pemberi pun terlihat senang.

Setelah lulus Vihana berharap beasiswa itu cair, tapi sampai ia nganggur selama dua tahun tidak juga menemuinya lagi. Ia baru kembali mendapat kabar dari orang itu setelah dua tahun pendaftaran siswa baru. Kabar itu sudah sangat terlambat namun biar bagimana pun Vihana masih berharap. Orang itu berjanji ketemuan saat reuni ke dua setelah lulus SMP. 

Ia begitu senang akan menghadiri reuni. Reuni itu sangat spesial karena ada guru pembimbing mereka dulu. Konon katanya akan memberi materi cara-cara bekerja secara mandiri bagi siswa yang tidak bisa melanjutkan. Walau hanya lulus sekolah menengah mereka bisa bekerja. Selain itu Vihana akan bertemu orang yang akan memberinya harapan. 

Hari itu Vihana ditelepon Seno untuk datang ke tukang ria pengantin tak jauh dari rumah Seno. Saat Seno menghubungi Vihana sudah di restoran Prancis ia terpaksa minta cuti. Pulang jam sembilan yang nyata restoran baru buka. Beruntung sekali Vihana dapat izin menurut manager ia termasuk orang yang tidak pernah bolos juga sangat rajin. Berbekal izin ia pulang menggayuh sepeda bermaksud menemui Seno. 

Seno tidak bisa menunggu lama dikarenakan ada urusan. Vihana harus tetap datang jasa itu sudah dibayar dari uang jajan Seno maka dari itu Vihana harus datang ia tidak boleh menyia-nyiakan jerih payah temannya.

                                 *  *  *  

Vihana tidak tahu ada lima pasang mata memperhatikan dari life. Gadis itu tertawa ceria bulak-balik menggayuh sepedanya. Hari itu hari pertama setelah sekian lama tinggal di Jakarta menaiki sepeda walaupun di lingkungan kantor. 

Tak peduli tatapan orang yang jelas saat itu sangat senang. Ditambah lagi rasa cilok pedas-pedas emoy dan bau kencur menyengat menambah rasa di lidah nagih. 

Hugo geram tapi tidak bisa marah karena Vihana menujukan sifat kekanak-kanakannya. Ia hanya ingin dirinyalah satu-satunya orang yang mengetahuinya. Hugo yakin banyak orang yang tertarik pada gadis itu dan akan semakin banyak saingannya. Ia melangkah keluar life ke empat temannya mengekorinya.

Gadis itu benar-benar ajaib pake helees pun masih bisa pake sepeda. Apa tidak bisa sedikit saja feminim? 

Tak sabar Hugo mendekatinya menjegal sepeda itu. Membopong tubuh Vihana dengan sebelah tangan. Sambil membisikan kata di telinga Vihana dengan erotis bikin yang mendengar merinding. 

"Turun! Haruskah kaka jilat!" ancam Hugo.

Vihana melotot mendengus kesal. "Apa?" tantangnya. 

Hugo berhitung munndur. Tubuh Vihana masih terperangkap di dada Hugo.  

"Tiga, dua, sa---" 

Oh, tidakkk. Vihana menyadari apa yang akan terjadi menjerit panjang! 

"Nooooo!" panik Vihana lari menjauh. Lima menit kemudian menghentak-hentakan kakinya sambil cemberut. 

Hugo terkekeh melihat tingkahnya. Ia mendekatinya lagi untuk mengajaknya makan siang.





💙💙💙💙 Senin 2 Mei 2022 

Selamat hari raya idul fitri buat semuanya. Mohon maaf lahir dan batin dan mohon koreksinya. Di tunggu lewat komentar

BERDAMAI DENGAN MASA LALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang