2. Pasukan Halu

248 20 5
                                    

Selamat membaca 😳

Ingat! Jangan terlalu banyak berharap, terlebih berharap kepada manusia!

Ambil yang baik dan buang yang buruk!

~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'


"Aku akan menjadi orang pertama yang akan menghapus setiap air mata yang keluar dari mata indahnya Bunda."

~Arfathan Ayub Affandi~




Fathan berlari tergopoh-gopoh memasuki ruangan di mana Gio dirawat. "Assalamualaikum, di mana Abang?"

Semua orang yang ada di ruangan itu serempak menoleh ke sumber suara.

"Abang, gimana kondisinya? Udah dibilangin jangan terlalu banyak makan yang manis, bandel, sih!" omel Fathan tak henti-hentinya.

Gio hanya tersenyum. "Alhamdulillah, Abang udah jauh lebih baik."

Fathan memberengut seraya bersedekap dada.

"Harusnya Abang udah punya istri, biar ada yang ngingetin dan cubit pipinya." Tutur Fathan sembari memegang tangan abangnya yang diinfus. "Udah dibilangin jangan terlalu sering makan yang manis-manis."

Gio hanya tertawa mendengar omelan dari sang adik.

Pandangan Fathan kemudian teralih pada Rindi yang masih menangis. Ia mendekat dan menghapus air mata sang bunda.

"Bunda." Fathan menggelengkan kepalanya, mengisyaratkan agar Rindi berhenti menangis. "Bunda udah makan?"

Rindi hanya menggeleng dan tak berhenti menangis.

"Makan dulu bundaku sayang!" titahnya lembut. "kalau Bunda juga sakit, nanti yang jagain Abang siapa, hayo?"

"Bunda nggak lapar, Sayang."

"Ih, nggak boleh gitu! Harus makan, Bunda! Fathan suapin, ya?"

"Fathan benar, Bund, kamu harus makan! Dari tadi kamu belum makan maupun minum apa pun." Sahut Novan yang juga ikut membujuk Rindi.

"Bunda... ."

Kali ini Gio yang membuka suara.

"Abang nggak papa, Bunda tenang saja! Sekarang, Bunda makan dulu!" ucap Gio lembut. "benar apa yang dikatakan Fathan, kalau Bunda juga sakit, nanti yang jaga Abang, siapa?" imbuhnya.

Gio meraih jemari bundanya kemudian dikecupnya berulang kali. "Bunda nggak boleh sedih! Abang nggak papa, kok. Tadi kata dokter, Abang bisa pulang besok sore. Bunda jangan khawatir!"

"Makan, ya, Bunda! Fathan suapin," bujuk Fathan. "aaa ... ."

Rindi sudah mulai tenang dan luluh oleh bujukan kedua putranya itu. Akhirnya, ia mau makan sesuatu setelah beberapa jam tidak mengonsumsi apa pun.

Tok tok tok

Tak berselang lama, datanglah seorang suster sambil membawa suntikan. Lalu, ia memeriksa keadaan Gio dan menyuntikkan insulin padanya.

"Saya sudah bisa pulang besok sore kan, Sus?" tanya Gio memastikan.

"Iya, Mas. Cepat sembuh, saya permisi dahulu." Pamit suster itu seraya tersenyum sopan.

"Cie... yang diperhatiin sama Suster cantik," ledek Fathan.

Gio menghiraukan ucapan Fathan.

"Ekhem, dingin banget sikapnya, Mas?" ledek Fathan lagi. "kayaknya suster itu suka sama Abang, deh." Tebak Fathan seraya menaik-turunkan alisnya.

CINTA SANG CEO (On Going)Where stories live. Discover now