3. Tugas Spesial

184 12 3
                                    

Selamat membaca😳

Ingat! Jangan terlalu banyak berharap, terlebih berharap kepada manusia!

Ambil yang baik dan buang yang buruk!

~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi seorang Arfathan Ayub Affandi karena ada beberapa rapat yang harus diselesaikan pada hari itu juga, belum lagi menangani kasus pembobolan brankas oleh salah seorang karyawannya. Dan ada satu masalah yang membuatnya sampai naik pitam, yaitu mengenai salah seorang karyawatinya yang mengalami pelecehan seksual oleh rekan kerjanya. Fathan sangat kecewa karena orang terdekat dan bahkan sudah ia anggap saudara sendiri ternyata yang melakukan semua itu, alhasil Fathan marah besar dan langsung memecatnya. Fathan tidak akan bisa membiarkan seorang wanita disakiti, apalagi sampai dilecehkan seperti itu. Baginya, wanita itu sangat istimewa, jadi harus diberlakukan sebaik mungkin.

Fathan memegangi kepalanya yang sedari tadi terasa pusing. Ia teringat akan sang bunda dan berniat meneleponnya. Sebelum panggilan tersambung, dengan cepat ia memencet tombol merah.

"Nggak, aku nggak akan membagi masalah ini ke Bunda. Aku nggak mau beliau kepikiran dan nantinya akan sakit," gumam Fathan. "lebih baik aku cari makan saja, cacing menggemaskan ini butuh asupan energi." Setelah melirik arloji, Fathan bangkit keluar ruangannya.

Belum jauh melangkah, Fathan melihat Dania bersama dengan Divya–korban pelecehan rekan kerjanya itu. Hati Fathan masih terasa sakit kala mengingat hal itu, ia juga melihat Divya yang masih ketakutan dan trauma.

Fathan menghampiri mereka, sontak membuat Divya ketakutan.

"Tenang, Divya! Dia Pak Fathan." Tenang Dania yang paham akan reaksi Divya.

"Kamu pasti akan mendapatkan keadilan itu, tenang saja!" ucap Fathan. "saya mengerti akan ketakutan kamu, tapi jangan sampai kamu berpikir untuk mengakhiri hidupmu. Allah membenci seseorang yang mengakhiri hidupnya dengan sia-sia. Ini memang sangat sulit untuk kamu lalui, akan tetapi kamu harus yakin bahwa kamu bisa. Jangan pernah membenci Allah dan takdir yang digariskan Dia untuk hamba-Nya! In syaa Allah, kamu bisa melewati ini semua, selalu berdoa sama Allah!"

Pandangan Fathan beralih pada Dania. "Kamu temani dia dulu, Dania!"

Dania mengangguk. "Baik, Bos."

Setelah itu, Fathan melangkahkan kakinya keluar kantor. Pandangan Dania tak henti-hentinya memandang ke arah bosnya yang sangat pengertian itu. Dania selalu berpikir bahwa seseorang yang nantinya menjadi istri bosnya itu akan sangat beruntung karena selain tampan, bosnya itu juga sangat memuliakan wanita.

"Aku ingin sekali menjadi perempuan beruntung itu, namun perbedaan di antara kita sangat jauh, Bos," gumam Dania.

Di sinilah Fathan berada, di sebuah rumah makan yang tak jauh dari kantornya, tempat makan yang menjadi favoritnya selama jam istirahat maupun di luar jam kerja. Rumah makan dengan nuansa alam ini sangat disukai oleh Fathan karena selain makanannya yang lezat, tempat ini juga sangat nyaman dan meneduhkan. Jika sedang bosan, Fathan pasti akan berlari ke tempat ini, entah untuk makan atau hanya sekadar bersantai.

"Mbak," panggil Fathan pada waitress yang melintas tak jauh dari tempat duduknya.

Perempuan itu langsung menampilkan senyum termanisnya dan segera menghampiri Fathan. "Eh, Bapak Fathan yang terhormat nan rupawan, mau pesan apa, Pak?"

Fathan menghembuskan napas lelah, sebenarnya ia merasa risih dengan sikap berlebihan orang di depannya ini, tapi apalah daya, ia harus tetap bersikap sopan dan jangan sampai mengajak duel orang tersebut, mengingat dia adalah perempuan.

CINTA SANG CEO (On Going)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt