4. Semanis Cokelat

138 11 4
                                    

Selamat membaca 😳

Ingat! Jangan terlalu banyak berharap, terlebih berharap kepada manusia!

Ambil yang baik dan buang yang buruk!

~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'

"Bunda... Ayah... Gio mau menikah satu bulan lagi," tutur Gio.

Uhuk

"APA?!"

"HAH?!"

Bufff

"APA, BANG?!" Fathan menyemburkan air yang sedetik tadi ia minum.

"Ih, Bang Fathan jorok banget," keluh Fiya.

"Namanya juga kaget," jawab Fathan enteng kemudian menepuk pipinya berulang kali. "Fathan nggak lagi mimpi, kan?"

Gio menahan tangan Fathan. "Nggak, Fathan. Sudah, jangan ditepuk terus pipinya, nanti sakit!"

"Aaa... abangnya Fathan sudah dewasa." Ucap Fathan seraya memeluk Gio dengan antusias yang membuat sang empunya hanya diam.

"Fathan nggak nyangka kalau Abang mau menikah. Fathan bakalan punya Kakak ipar, asik! Dan nggak lama lagi bakalan punya ponakan, hore!"

Fathan melepas pelukannya dan heboh sendiri. Ia tak habis-habisnya berbicara, tertawa, dan berlarian ke sana dan ke mari.

"Bukan anakku," batin Novan.

"Sebenarnya dia anak siapa?" heran Rindi dalam hati.

"Fiks! Bukan Abang gue," cetus Fiya dalam hati.

Novan menghampiri sang anak. "Duduk, Fathan! Kamu membahayakan kalau sedang kumat begini."

Ucapan Novan mengundang pukulan maut untuk mendarat di lengannya, siapa lagi pelakunya kalau bukan sang istri. Ia memberikan tatapan tajam setelah memukul Novan.

"Maaf," lirih Novan.

"Yuk, bisa, yuk, serius!" Fiya menengahi, ia sudah sangat pusing dengan tingkah keluarganya ini.

Setelah itu mereka kembali duduk ke tempat masing-masing kemudian membahas mengenai ucapan Gio tadi.

"Jadi, kamu benar-benar sudah siap dan mantap dengan pilihan kamu, Bang?" tanya Novan.

Gio tersenyum. "In syaa Allah, Gio siap, Yah."

Novan mengangguk dan tersenyum seraya menepuk bahu sang anak. "Menikah adalah salah satu sunnah Rasulullah, ia merupakan penyempurna separuh agama dan merupakan ibadah terpanjang yang akan dijalani oleh orang yang benar-benar sudah siap. Siap secara fisik, mental, pengetahuan, serta finansial.

"Kamu harus tahu bahwa menikah bukan hanya untuk sekadar bisa bermesraan dengan lawan jenis saja, tetapi menikah itu menyatukan dua hati yang tentunya memiliki perbedaan. Menikah itu berarti kita harus siap menerima segala kekurangan dan kelebihan dari pasangan kita, belajar mengenai arti kesabaran, saling terbuka dan tentunya jangan pernah menceritakan keburukan pasangan kepada siapa pun. Bismillah, semoga Allah memberikan kelancaran untuk niat baik kamu, Bang."

CINTA SANG CEO (On Going)Where stories live. Discover now