6. Full Ngenes

147 9 3
                                    

Selamat membaca 😳

Ingat! Jangan terlalu banyak berharap, terlebih berharap kepada manusia!

Ambil yang baik dan buang yang buruk!

~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'

Pagi ini, Fathan mengunjungi rumah makan di mana Vanya berada. Ia sudah mengetahui bahwa rumah makan itu ternyata milik Vanya. Ia pun sempat kagum atas pencapaian gadis itu, pasalnya di usia yang terbilang cukup muda, ia mampu mengelola bisnisnya dengan sangat baik.

Hari-hari ini Fathan terlihat sangat bahagia, terlebih jika sudah bertemu dengan 'Senorita', sang pujaan hatinya. Ia mulai memasuki tempat itu seraya tersenyum, senyum yang mampu membuat jantung para kaum hawa berdebar hebat.

"Selamat pagi, Senorita." Sapa Fathan kala melihat Vanya berdiri di dekat pintu dapur.

Vanya memandangnya sekilas kemudian memutar kedua bola matanya malas. "Dia lagi," gumam Vanya.

"Pagi ini terasa dingin, ya?"

Vanya menghiraukan ucapan Fathan.

Fathan berjalan dengan satu tangan berada di saku celananya. "Sama seperti sikapmu kepadaku."

"Kenapa tidak ada senyum yang terpancar dari bibirmu, Senorita? Apakah kamu sedang bersedih?"

"Berhenti berbual!" sinis Vanya. "sebenarnya tujuan kamu datang ke sini untuk apa?"

"Untuk bertemu denganmu," jawab Fathan enteng.

"Jika memang itu tujuanmu ke sini, sebaiknya kamu pergi sekarang juga! Aku sibuk!"

"Sibuk memikirkan aku?" goda Fathan.

Plakk

Vanya menampar pipi kiri Fathan.

"Kurang kerjaan banget mikirin kamu," kesal Vanya.

"Mereka bilang bahwa kamu seorang CEO, iya?" tanya Vanya. "sepanjang sejarah yang aku tahu bahwa seorang CEO itu sikapnya dingin, cuek, dan nggak banyak tingkah. Tapi apa ini?" Vanya menghembuskan napas kasar.

"Udah jail, tengil, usil, tukang gombal lagi. Ih, jauh-jauh sana!" usir Vanya, tetapi reaksi Fathan hanya tertawa tanpa dosa.

Vanya meremas jemarinya lantaran kesal melihat ekspresi menjengkelkan Fathan.

"Kenapa? Mau marah? Silakan, kalau perlu tampar lagi pipi aku!" Ucap Fathan enteng dengan senyuman di bibirnya.

"Kamu tahu Senorita? Melihat orang yang kita sayangi tersenyum itu membuat hati semakin tenteram. Akan tetapi saat aku bertemu denganmu, senyuman itu tidak pernah aku lihat, bahkan sedetik sekalipun."

"Pergi dari sini!" sentak Vanya.

"Senyumlah sedikit saja!" pinta Fathan.

"Aku bilang pergi dari sini! Kamu paham bahasa manusia nggak, sih?!"

"Hanya satu yang belum aku pahami, yaitu bahasa cintamu padaku."

Byurr

Vanya menyiram Fathan dengan air bekas minum kucingnya.

"Pergi sekarang juga!"

"Senoritaku ternyata galak juga," ucap Fathan. "baiklah, aku akan pergi."

"Sampai bertemu kembali dan jangan lupakan senyum itu, karena jika kamu tersenyum maka duniaku terasa aman dan tenteram."

CINTA SANG CEO (On Going)Where stories live. Discover now