Empat

5 1 0
                                    

Kanna terbangun karena gigitan nyamuk yang terus menyerang seluruh lengan dan kakinya. Perlahan Kanna membuka mata, tangannya bergerak menggaruk area kaki karena gatal akibat gigitan nyamuk, lalu erangan kecil lolos dari mulutnya setelah merasakan sensasi nyeri yang luar biasa.

Kanna beralih menepuk tangan untuk menangkap nyamuk yang mengerubungi kepalanya. Kanna kesal, dia mencoba berdiri, tetapi kembali jatuh karena kakinya sakit.

"Udah sadar?"

Kanna berjenggit. Matanya mendelik kaget saat menoleh dan mendapati sosok pria kekar sedang berdiri bersandar di sebelahnya. Pandangannya menatap tajam sosok Kanna yang mengenaskan.

"L-Lo ...."

Kanna tak mampu berucap. Apakah ini takdir? Kenapa dari sekian banyak orang, pria ini yang dia temui?

"Ini makanan sama obat."dia meletakkan kantongan di sebelah Kanna. "Bahkan lo udah jadi gembel setelah lima jam ninggalin rumahnya Lergi?"

Kanna tak terima dengan ucapan itu, tetapi yang dia bilang juga benar.

Kanna baru teringat sesuatu, dan dia bertanya pada Gani tentang dua preman yang mengejarnya. "Lo lihat ada dua orang yang datang ke sini lagi? Gue dikejar--"

"Maksud lo, mereka?"

Kanna mengikuti arah pandang Gani. Tepatnya pada pohon di seberang jalan, dengan dua orang pria yang terikat dengan tali pada pohon dalam kondisi tak baik. Wajah mereka babak belur, dan salah satunya terlihat tidak sadarkan diri.

"Lo yang nyelamatin gue?" tanya Kanna takut-takut. Sejak awal bertemu, Kanna sudah memiliki insting jika Gani memang orang yang berbahaya. Bisa dilihat dari tatapannya yang selalu awas.

"Nggak usah ge-er, gue hajar mereka karena omongannya nggak sopan," ujar Gani, masih sinis dan tak bersahabat.

"Sama aja lo nyelamatin gue." Tetapi Kanna tetap memberi senyum. Baginya, pertolongan Gani--yang sengaja atau tidak--sudah berarti besar di hidupnya. Belum lagi obat dan makanan yang Gani berikan, sepertinya Gani bukan orang jahat seperti di pikiran Kanna.

Gani berdecak, dia beranjak dari tempatnya, membuat Kanna sedikit panik. Apakah Gani tersinggung? Bagaimana jika Kanna bernasib sama seperti dua preman itu?

Tetapi Kanna salah, ternyata Gani berjalan meninggalkannya seolah tak terjadi apa-apa.

"Eh, tunggu!"

Kanna berusaha berdiri, walaupun kakinya masih terasa sakit. Kanna juga mengejar Gani sambil membawa makanan dan obat yang Gani berikan.

"Tunggu! Woi!"

"Gue punya nama!"

Gani berhenti, berbalik menghadap Kanna. Kanna terkejut, dan jatuh. Kakinya semakin sakit karena mengejar Gani. Walaupun begitu, Gani membiarkannya, tak ada niatan untuk membantu. Bahkan sekedar tatapan mengasihani pun tak terukir di matanya.

Beneran batu! Rutuk Kanna dalam hati.

Kanna kesakitan, berharap belas kasih Gani, tetapi manusia satu itu tak bergerak sedikit pun. Ingin protes, tetapi Kanna masih takut dengan tatapan mematikan Gani. Alhasil Kanna mencoba mandiri dan berhasil berdiri walau kesusahan.

"Lo mau kemana?" tanya Kanna takut-takut, lagi.

"Waras lo, nanyain itu ke gue?" sinis Gani. Bicaranya tak pernah santai seolah Kanna memang layak dimusuhi begitu.

"Please, gue ikut. Gue nggak tau mau kemana, gue juga nggak bisa berjalan tanpa tujuan dengan keadaan kaki gue yang kaya gini." Kanna memohon dengan sungguh. Setidaknya Gani sudah menyelamatkannya, Kanna bisa percaya jika Gani memang bukan orang jahat.

AnotherWhere stories live. Discover now