Tujuh

5 1 0
                                    


Kanna membuka perbannya dibantu oleh Bi Ika, diganti dengan perban baru yang lebih kecil. Sekarang Kanna lebih leluasa bergerak karena perbannya tidak sebesar dan setebal seperti ketika dia pulang dari rumah sakit.

"Empat jahitan itu nggak kecil, Bu. Nanti takutnya pendarahan kalau di bawa jalan, gimana kalau jahitannya kebuka lagi?" ujar Bi Ika agak ngilu melihat Kanna yang sudah mulai jalan-jalan.

"Aku hati-hati kok, Bi. Dan satu lagi, jangan panggil aku Ibu, nggak enak sama Bibi yang lebih tua."

"Tapi Saya nggak bisa manggil nama aja, Ibu Kanna 'kan tunangannya pak Lergi."

Kanna terkejut, "Eh?"

Kanna menggaruk pelipisnya, "Panggil Kanna aja, Bi." Ini pasti ulah Lergi yang bericara macam-macam pada bi Ika.

"Nggak bisa, Bu. Nanti Saya kena amuk pak Lergi."

"Gini aja, kalau kita lagi berdua, panggil Kanna aja. Kalau ada Lergi, baru pangil Bu."

"Memangnya boleh?"

Kanna mengangguk cepat. Tiba-tiba Kanna memeluk Bi Ika, membuat wanita tua itu keheranan dan sedikit panik.

"Aku kaya kangen seseorang, mirip sama Bibi, tapi nggak tau siapa."

Kanna sudah menceritakan kalau dia lupa ingatan, tapi Kanna tidak bilang kalau dia tiba-tiba muncul di rumah ini. Pasalnya tidak akan ada yang percaya dengan ucapannya. Kanna sendiri ragu kenapa Lergi percaya begitu saja dengannya. Bahkan Lergi tak pernah lagi menyinggung masalah itu.

______________

Entah kerasukan setan apa, Kanna malah menuruti ucapan Lergi saat di telepon. Kanna kembali menggambar wajah Lergi, kali ini versi Lergi yang serius. Terkadang Kanna tertawa sendiri, terkadang juga marah-marah sendiri mengingat kelakuan mesum Lergi.

Kanna hampir menyiapkan gambarnya, tetapi dia merasa bosan di akhir. Sudah empat jam dia berkutat dengan buku sketsa dan pensil, sekarang Kanna sudah tidak betah.

Padahal tinggal menyelesaikan detailnya, tetapi Kanna meninggalkan lukisan itu dan keluar dari kamar. Ketika sampai di luar, Kanna sadar jika hari sudah gelap. Tiba-tiba Kanna merasa deg-degan.

Bagaimana dia akan bersikap, ekspresi apa yang harus Kanna pasang di depan Lergi? Apa yang harus Kanna katakan ketika Lergi pulang?

Kanna hampir gila karena memikirkan itu. Membuat Gani yang lewat dari hadapannya mengatainya aneh.

"Ngobrol sama setan ya, lo?"

"Bukan urusan lo!"

Kanna berbalik meninggalkan Gani, takut jika pria itu akan memelototinya dengan tatapan yang tajam. Sampai sekarang, Kanna masih tidak berani jika harus beradu pandangan dengan Gani.

Kanna menuju ruang tamu, mondar-mandir dengan kaki pincangnya. Merasa resah dan tidak sabar menunggu kepulangan Lergi.

"Tunggu."

Kanna menampar pipinya sendiri.

"Enggak! LO KENAPA, SIH?"

Kenapa Kanna mendadak menjadi seperti orang yang dimabuk cinta begini?

Suara klakson mobil terdengar. Tak lama, suara gerbang yang dibuka juga terdengar. Kanna berjalan menuju jendela, mengintip dari sana siapa yang datang.

Ada dua mobil, satu milik Lergi dan satunya entah milik siapa.

Lergi keluar bersama seorang wanita, dan mobil yang dibelakangnya ternyata dikendarai oleh seorang pria yang tampaknya lebih tua dari Lergi.

Chegaste ao fim dos capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Nov 11, 2023 ⏰

Adiciona esta história à tua Biblioteca para receberes notificações de novos capítulos!

AnotherOnde as histórias ganham vida. Descobre agora