Enam

4 1 0
                                    

Lergi baru selesai mengerjakan pekerjaannya setelah hampir tengah malam. Dia belum mengunjungi Kanna seharian ini, dan dia rindu menjahili wanita itu. Ada perasaan bahagia tersendiri melihat Kanna berteriak kesetanan. Atau terkadang, Lergi suka melihat wajah Kanna yang memerah menahan emosi, lalu menerjang Lergi tanpa ampun, layaknya petinju dunia yang siap mematahkan seluruh tulang-tulang di tubuh Lergi.

Pintu ruangannya diketuk, Lergi mempersilahkan masuk. Ternyata Gani yang membawakan segelas kopi.

"Besok nenek lampir datang, gue bakal berangkat kerja lebih pagi. Gue pantau keamanan dari kafe, buat keamanan rumah gue serahin ke Jojo."

Tanpa tedeng alih-alih, Gani langsung pada intinya. Salah satu alasan Lergi mempertahankan Gani sebagai salah satu orang kepercayaannya, dan juga temannya yang paling bisa diandalkan.

"Bilang aja gue nggak pulang udah tiga hari," jawab Lergi dengan malas.

"Dia nggak kemakan umpan yang sama. Kalau dihitung, gue udah pakai alasan itu tiga kali, dia nggak bakal percaya lagi."

"Iya juga." Lergi mengetuk-ngetukkan jarinya di meja, "Lo boleh keluar."

Gani mengangguk.

Lergi memutar kursinya menghadap jendela, meregangkan sedikit ototnya yang kaku. Duduk berjam-jam di ruang kerja rasanya sangat bosan. Akhirnya Lergi memilih untuk mendatangi kamar Kanna.

Sesampainya di sana, Lergi melihat Kanna yang belum tidur. Terlihat Kanna sedang berkutat di meja dan tidak menyadari kehadiran Lergi.

Lergi mendekat dengan perlahan, langkahnya terlalu ringan, sampai-sampai Kanna tak sadar jika Lergi sudah berada di belakangnya. Lergi memperhatikan aktifitas gadis itu, sedikit membuatnya kaget dan menukikkan alis. Lalu Lergi menyunggingkan senyumnya.

Ternyata Kanna sedang menggambar, atau lebih tepatnya melukis?

Yang jelas, Lergi kagum karena Kanna sedang menggambar dirinya di buku sketsa. Dengan konsentrasi tinggi, dan detail yang sempurna.

"Tidur, ini udah malam," bisik Lergi di telinga Kanna. Menghentikan aktifitas gadis itu dan membuat tubuh Kanna menegang di tempatnya.

"Lergi!"

Kanna terkejut dengan terlambat, keterkejutannya tak bisa dia sembunyikan. Kemudian Kanna sadar jika Lergi yang ada di belakangnya, dia menutup buku sketsa dengan cepat, wajahnya memerah malu dan tak berani berbalik. Kenapa bisa sampai kepergok segala, sih?

"L-lo ngapain?"

"Pakai aku-kamu," peringat Lergi lalu mencubit pipi Kanna.

Jantung Kanna sudah tidak karuan, rasanya seperti mau melompat keluar dari mulutnya. Pasokan udaranya juga hampir menipis, dia lupa mengambil napas saking gugupnya.

Tunggu, kenapa dia gugup? Ya jelas! Dia hanya iseng mau menggambar dan entah mengapa ternyata otaknya masih bisa mengingat jika Kanna ternyata bisa menggambar sebelumnya. Dan juga, Kanna hanya tak sengaja menggambar Lergi, tidak ada artian lebih.

"Minggir dulu, aku mau lewat!"

Lergi menyingkir, membiarkan Kanna berdiri dari kursinya dan bersandar pada meja untuk menopang berat tubuhnya.

"Apa?" tanya Kanna dengan tatapan menantang. Berusaha keras menyembunyikan semburat merah di pipinya dan juga kegugupan yang melanda.

Lergi tersenyum tipis, rasanya Kanna ingin segera menghilang dari bumi saat ini juga.

"Gambarnya bagus," goda Lergi sambil melirik buku sketsa milik Kanna.

Kanna gelagapan tetapi berusaha tetap tenang, menghadapi orang seperti Lergi tidak boleh terlihat panik maupun takut. Lergi akan semakin menjadi dan semakin gencar menggodanya.

AnotherWhere stories live. Discover now