Part 5

85.5K 7.6K 1.3K
                                    


🥀🥀🥀

Haechan buka matanya perlahan, baru pukul enam pagi. Dan dia sama sekali tidak bisa beranjak dari kamar hampir dua hari lamanya, dikarenakan kaki-nya yang di perban oleh Dr. Choi kemaren masih terasa ngilu jika di pijakkan ke lantai.

Sementara berjalan menggunakan kruk membuat nafasnya tersengal dan beban tubuhnya jadi bertambah hingga sepuluh kali lipat.

Rugi sekali Haechan karna tak menyukai pelajaran olahraga waktu sekolah dulu, jadi sekarang tubuhnya sangat manja dan tak memiliki keseimbangan sama sekali.

Haechan menatap lurus keatasnya, memandangi tanpa berkedip lampu kristal mewah yang tergantung di langit-langit kamar.

Fikiran pemuda berkulit tan itu sudah melayang jauh, membayangkan bagaimana keadaan Mommy Ten saat ini, hingga pembalasan macam apa yang akan Haechan lakukan pada selingkuhan Seo Johnny jika dirinya sudah sembuh nanti.

Haechan tak bisa menyaksikan sendiri kesedihan yang dirasakan ibunya, begitu menyayat hati. Padahal kalau difikir-fikir kembali, mungkin kehidupan rumah tangganya lebih menyedihkan dari pada ini.

Tapi Haechan kuat, bahkan melebihi baja. Dan Ibunya belum tentu bisa sekuat ini.

Entalah, Haechan rasa hidupnya menjadi sangat kacau dan hambar semenjak pernikahannya dan Mark, banyak sekali beban yang harus dia pikul. Meskipun mati-matian Haechan tutupi, tapi tetap saja hatinya di dalam sana hancur lebur dan terasa kosong.

Tapi senyum kepalsuan itu harus tetap ia tampilkan, agar semua orang terdekatnya tak khawatir. Lagipula Haechan bukan type pemuda yang suka mengumbar masalah, apalagi berharap belas kasihan dari orang lain.

Suara pintu dibuka perlahan membuat Haechan tersadar dari lamunannya. Tanpa menolehpun, ia sudah tau pasti Bibi Kim si baik hati yang datang untuk mengantar sarapan pagi, karna memang sudah jadwalnya.

"Kau sudah bangun??"

Seruan suara berat pria barusan langsung membuat Haechan menoleh, bukan Bibi Kim, melainkan Mark Jung membawa nampan berisi makanan di tangannya.

Lama Haechan menatap pria itu dengan ekspresi kaget, hampir beberapa bulan mereka menjalin hubungan suami istri, namun baru pagi ini Mark membawakan sarapan untuknya.

Apakah ini mimpi?? atau hanya khayalan Haechan saja karna terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan beberapa hari ini.

Namun sosok pria itu nyata, ekspresi wajah datar dan sorot mata tajamnya membuat Haechan tersadar lagi.

"Habiskan sarapan, dan minum obat setelahnya, sebentar lagi Mommy Ten akan datang, dia khawatir karna ponselmu belum aktif hingga sekarang." ujar Mark sambil meletakkan nampan yang ada di tangannya keatas nakas samping tempat tidur.

Setelah mendengar penuturan pria itu, Haechan langsung mengangguk faham.

Tentu saja dia baik, ternyata hanya untuk berpura-pura di depan Mommy Ten.

'Dasar licik!' umpat Haechan dalam hati, sambil melirik isi nampan yang dibawa Mark barusan.

Hanya ada roti bakar dan segelas susu beserta air mineral, kemudian beberapa butir pil obat yang diletakkan di dalam piring kecil.

Haechan sempat mendesah kecewa,walaupun ia sakit, tapi nafsu makannya tak ikutan melemah kok, jadi seharusnya Mark bawakan asupan lebih banyak dari ini.

"Terima kasih." lirih Haechan sambil menghela nafas berat, setelahnya bersusah payah untuk duduk, sementara Mark hanya diam di tempatnya semula, memperhatikan setiap pergerakan pemuda itu.

AURORA [ MarkHyuck ]Where stories live. Discover now