Chapter 75 ♗

399 65 0
                                    

a/n: what took me so long to write this thing???

_________

Dylan duduk bersama Valias di bangku meja makan di ruangan lain. Dia melirik ruangan yang sebelumnya ikut serta mereka tempati. Putra tunggal Duke Adelard itu tidak bisa tinggal diam menunggu hasil dari diskusi yang dilakukan para mage di ruangan sebelah.

Suara Vetra sebelumnya terngiang-ngiang di sisi benaknya.

"Kami tidak berpikiran sampai jauh ke sana." Dia berucap terus terang tanpa sedikitpun niatan untuk menggunakan egonya.

"Itu kenapa kami menemui Koha Caessar terlebih dahulu." Perempuan itu berkata seraya memandang sang yang namanya dia sebut. "Koha Caessar. Jadilah Gubernur Sinfhar yang baru setelah ini."

Berikutnya seorang mage pria di umur empat puluhan mendatangi pintu khanah Caessar dan perhatian semua orang tertuju kepadanya.

Itu salah satu tenaga pengajar akademi mage. Dia datang menemui Caessar, lalu memahami situasi begitu melihat Vetra.

Dia menyadari kehadiran Valias, Dylan, dan Alister, lantas meminta mereka untuk sementara berdiam di ruangan sebelah.

Dylan mengernyit. Berniat membuat penolakan tapi di luar dugaannya Valias di sebelahnya malah menyetujuinya lalu bangkit berdiri.

Dylan tidak mengerti tapi dia akan mengikuti kemanapun Valias pergi selama mereka di Sinfhar jadi dengan hati enggan dia mengikutinya meninggalkan ruangan bersamaan dengan sang pelayan, Alister. Di waktu berikutnya dia menyadari kalau dia tidak lagi bisa mendengarkan apapun dari ruangan sebelumnya. Semacam ada sekat tak nampak yang sudah pasti dibuat oleh salah satu mage menyebabkan tidak ada yang berada di luar area ruangan bisa mendengar perbincangan yang berlangsung di baliknya.

Suara familiar Valias membuatnya refleks menoleh cepat ke arah remaja seumurannya itu. "Tidak perlu terlalu khawatir. Ini permasalahan mereka jadi mereka tidak ingin ada orang luar yang terlalu terlibat."

Tidak seperti biasanya Dylan mengerutkan kening ikut merasa tidak tenang selayaknya para mage yang sungguhan sedang memiliki masalah itu. "Tapi bukannya kita punya urusan dengan permasalahan yang dihadapi mereka juga? Kita harus mengerti sebenarnya bagaimana mereka akan menghadapi masalah itu. Jika ada bagian yang kita tidak setuju seharusnya kita berhak untuk menentang karena Nona Vetra dan teman-teman mage-nya sudah menjadi milik Hayden. Urusan mereka adalah urusan kita juga."

"Jika kita berpikir begitu itu artinya kita tidak menghormati batasan dan juga hak mereka," Valias berujar. "Bagaimanapun ini urusan mereka. Kita bisa membantu dan memberikan rekomendasi tapi pada akhirnya yang harus menyelesaikan masalahnya adalah mereka sendiri."

"Ditambah menyelesaikan masalah mereka bukanlah kewajiban kita. Kita di sini untuk mengawasi, dan juga melihat kota seperti apa Sinfhar."

Dari tempatnya Alister ikut menimbrung di sebelah Valias. "Target Tuan Muda bukanlah membantu Nona Vetra dan teman-temannya menyelesaikan masalah di Sinfhar, melainkan membuat mereka berhutang budi pada Anda dan akhirnya mengabdikan diri mereka pada Hayden, begitu, 'kan?"

Di saat Dylan diam terperangah dan Alister memamerkan senyumnya dengan begitu berbangga diri Valias yang mulanya tidak bereaksi akhirnya menganggukkan kepalanya. Membuat Dylan tidak bisa berkata-kata karena dia kira Valias bukanlah seseorang yang akan memiliki pemikiran seperti itu. Memanfaatkan moralitas orang lain untuk keuntungannya.

Dia bertanya dengan suara yang direndahkan pada Valias. "Lalu? Jadi selama di sini kau tidak akan melakukan apapun selain menonton dari samping, dan aku pun juga begitu?"

Valias menaikkan alisnya terhadap pertanyaan Dylan.

Dia lebih suka disuruh ikut berpikir dan dibuat ikut bekerja? "Itu niatnya. Kecuali mereka sendiri yang meminta bantuan kita maka kita tidak akan melakukan apapun selain mengamati."

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang