01 - W.P.R

203 16 0
                                    

Rasanya sangat aneh jika kau masih berada di sekolah tetapi sudah tidak ada lagi rutinitas berbagai mata pelajaran seperti biasanya, hanya tersisa mata pelajaran yang umum dan diujikan pada ujian masuk perguruan tinggi.

Semua siswa kelas tiga wajib masuk mengikuti pengulasan materi dan latihan ujian sepanjang rentang pasca ujian umum menuju ujian kenegaraan yang serentak di adakan seluruh Korea.

Pria berambut cokelat karamel seperti madu itu mendengus kesal setelah keluar dari kantor guru, ia mendapatkan teguran karena mengecat rambutnya. Ia mengira ia sudah boleh tidak masuk sekolah tapi ternyata ia masih harus datang seperti murid lainnya. Rasa malasnya untuk menginjakkan kaki ke kelas semakin tinggi.

Sebelum memutuskan untuk melangkah kembali ke ruangan yang seharusnya Xiao Dejun menyunggingkan senyuman dan segera mengirim pesan kepada dua temannya. Giselle dan Karina. Mereka diminta membawakan tas miliknya sementara ia dengan santai mengeluarkan lolipop dari saku jas lalu membuka bungkusnya sembari melenggang santai menuju gudang meja kursi, tempat nongkrong bersama kedua sahabatnya.

"Kalian berdua lama sekali" Keluh si rambut coklat tanpa mengalihkan pandangannya dari tablet di pangkuannya.

Gadis berambut panjang dan lurus yang datang lebih dulu hanya mendengus kesal sembari melemparkan tas yang ia yakini tidak ada isinya itu ke arah temannya, Dejun.

"Mereka memberikan bonus soal fisika"

"Satu-satunya bonus yang tidak akan kau sukai, percayalah" imbuh gadis dengan rambut sedikit mengambang dari belakang Karina.

Giselle memutar sebuah kursi menghadap Dejun. "Naskahmu?"

Dejun mengangguk, "Kalian sudah menemukan ide baru? Sungguh aku sedang tidak bisa berpikir karena didesak mengganti warna rambut oleh guru kalian" gerutunya kemudian.

Karina memukul meja di hadapan mereka yang membuat dua orang lain menatapnya bingung.

"Cerita tentang sekolahan bukan?"

Anggukan dari kedua temannya membuat Karina kembali melemaskan badannya dan menarik kursi untuk lebih mendekat, seketika ia memejamkan mata sembari menautkan kedua jarinya di hadapan, Dejun dan Giselle mengerti apa yang dilakukan Karina, itu adalah pose 'perlindungan' bagi mereka yang hendak menceritakan kisah hantu. Dejun dan Giselle mengikutinya, entah bagaimana itu bermula tapi ketiganya percaya bahwa jiwa-jiwa yang mereka akan bicarakan akan dapat datang mengacau jika dibicarakan.

Setelah tautan tangannya terudar seketika raut wajah Karina menjadi serius. "Ini tentang gedung lama sekolah"

"Yang ada di kaki bukit?" tanya Giselle yang dijawab anggukan oleh Karina yang berjalan mematikan lampu gudang tempat mereka berkumpul. Suasana menjadi lebih mencekam meski belum ada cerita terdengar.

Sekolah mereka tidak berada di tengah Kota ataupun kawasan padat lainnya, hanya saja semakin berkembangnya jaman pada beberapa dekade terkahir daerah mereka menjadi semakin ramai penduduk dan banyak lahan di tutup untuk kepentingan industri sehingga tempat tinggal mereka terasa seperti kota padat Seoul.

"Musim panas lalu kuceritakan kisah hantu di tempat itu pada nenekku"

"Bahkan nenekmu menyukai hantu?" celetuk Dejun yang mendapat delikkan tajam Karina.

"Nenekku bilang gedung itu tidak pernah dipakai, bahkan sebenarnya pembangunannya tidak pernah selesai"

Gedung tersebut memang tidak terlihat mencolok di antara gedung-gedung lain yang mulai meninggi di sekitar sekolah mereka. Namanya "Gedung Lama" yang dalam cerita adalah gedung yang pernah dijadikan gedung sekolah mereka dahulu.

Ghost x Hunter | HenXiao XiaoDery ✅Where stories live. Discover now