48. 〣 REXANNE INGAT 〣

45.6K 5.3K 365
                                    

Doubel up😚

♡HAPPY READING♡

Angin musim salju bergerak seirama dengan badai ringan, yang hilir mudik membawa butiran kristal halus dari langit kolom bumi. Di bawab langit malam yang gelap, beberapa kendaraan masih bisa lewat, dengan beberapa anak-anak muda yang masih nongkrong di gang-gang sepi.

Mereka seakan buta dan tuli, jika jam besar yang menggantung indah dan gagah, disebuah menara toko kue sudah menunjukan tengah malam.

Glorerys Hospital terlihat sudah sepi, dengan beberapa satpam yang duduk sambil menikmati secangkir kopi, dan selembar surat kabar.

Seorang dengan mantel tebal dan besar, berjalan dengan santai, melewati mereka dan membuka pintu kaca rumah sakit besar itu.

Langkahnya yang terdengar pelan namun pasti itu, menyusuri lorong-lorong rumah sakit, yang diterangi oleh lampu-lampu yang tertancap di langit-langit. Hingga kini, kaki yang dibaluti sepatu boots itu berhenti, dengan tangan menekan tombol lift.

Kotak berbentuk persegi panjang itu, membawanya menuju lantai lima belas khusus VVIP. Tubuh tegapnya berjalan dengan kedua tangan masih tetap berada di dalam saku mantelnya.

Pemilik tubuh itu berhenti saat sudah sampai di depan pintu, ia mengeluarkan tangan dinginnya untuk memutar ganggang pintu. Namun sayang, terdengar sebuah bunyi dari pintu berteknologi tinggi itu, membuatnya menyeringai. Lantas menatap sebuah hologram, yang tertancap di depan mata, dengan sebuah tulisan merah bertuliskan 'Failed'.

Dia menekan sebuah tombol hijau di samping huruf itu, lalu munculah sebuah tanda pengenalan. Dengan santai, jari itu menekan beberapa digit kode, hingga terdengar bunyi 'Klik' dari situ.

Ahirnya dia kembali memutar ganggang pintu, yang langsung terbuka dengan pelan. Mata tajam itu, dia menyorot sinis pada seseorang yang terbaring lemah, dengan bantuan alat-alat canggih yang langka di dunia.

Dia, lelaki itu mengambil sesuatu di dalam saku mantelnya. Sebuah pistol dengan kecepatan peluru terbaik dunia, yang telah dimodifikasi oleh agen-agen terbaik.

Kaki itu berjalan lebih dekat sambil menutup kembali pintu. Kamar ini terlihat luas meskipun masih samar-samar. Kamar yang hanya diterangi oleh sebuah lampu kecil di atas tabung oksigen, dan cahaya-cahaya kecil dari alat-alat canggih, yang mengintai tubuh yang terbaring lemah itu.

Lelaki itu berhenti saat sudah berdiri di samping brankar. Sebuah senyum mengerikan terpampang jelas dan begitu menyeramkan. Tangannya yang kanan mengangkat pistol itu, mendekatkannya pada dada sebelah kiri sang pasien.

"Selamat tinggal..."

Jari itu langsung menarik pelatuknya, dengan bisikan untuk mengiringi aksinya. Namun, mata yang terpejam itu sudah terbuka, sambil tersenyum padanya.

"Sedang apa D ?", ujar lemah lelaki tampan yang menatap dengan intens pada lelaki yang berdiri tegak, menatapnya dengan sorot kebencian.

"I will kill you now", balas pelan lelaki tegap itu.

Lelaki yang terbaring hanya terkekeh ringan, sambil menatap dengan mata menyipit pada lawan bicara.

"Nggak gue sangka, lo masih mau jadi antagonis", ujar lelaki itu sambil tertawa garing, yang tidak mendapatkan respon sedikitpun dari lelaki tegap itu.

"Membunuh gue?. Hell, sebelum itu bagaimana kabar Amour?", ujar lelaki itu sambil membelai senjata berbahaya, yang masih membelai dada kirinya.

Lelaki yang terbaring itu dapat melihat dengan samar, wajah sang lawan sedang mengeras. Apa lagi terbukti dengan tangannya yang bergetar karena emosi.

REX-Nya ALA [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now