09 - Pregnancy Test Matters

15.1K 630 0
                                    

Viora turun dari motor Razka ketika mereka sudah sampai di parkiran sekolah. Pagi tadi ketika bangun, Viora tak mendapati Dipta di rumah. Viora mengira bahwa Dipta sudah berangkat ke sekolah terlebih dahulu. Bersamaan dengan hal itu, Viora mendapat telfon dari Razka yang mengatakan bahwa pemuda itu ingin menjemputnya. Awalnya Viora menolak, namun Razka memaksanya.

Seperti biasa, Razka selalu menjadi pusat perhatian di sekolah. Kedekatan Viora dengan Razka yang merupakan Prince Charming sekolah mendapatkan kecaman dari berbagai pihak. Itulah alasan kenapa Viora merasa segan jika terlihat bersama dengan Razka di sekolah.

Namun, Razka tak peduli. Viora adalah sahabatnya sejak kecil. Terlebih, dia menaruh perasaan kepada perempuan itu. Razka bersumpah, dia akan melindungi Viora apapun yang terjadi.

"Makan dulu di kantin, ya?" tawar Razka.

Mendengar itu, Viora langsung menggelengkan kepalanya, menolak tawaran Razka.

"Nggak, Razka. Gue nggak laper," aku Viora yang sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Viora sejak semalam belum makan apapun, mustahil jika dia tak lapar sekarang.

"Bohong, lo selalu ngeluh laper waktu bangun tidur," kata Razka yang mengundang tawa Viora.

"Iya juga, sih. Tapi nggak mau, Razka. Nggak pengin," ungkap Viora. Alasannya tak ingin ikut bersama Razka adalah demi menghindari para fans fanatik Razka yang sebagian besar tak suka padanya.

"Nggak ada penolakan, Viora. lo harus sarapan," putus Razka menarik tangan Viora menuju kantin.

Namun, Viora menghentikan langkahnya dan menarik tangannya keras. Alhasil, karena tak seimbang dia pun terjatuh dengan posisi terduduk.

Melihat hal itu, Razka panik dan langsung berjongkok di hadapan Viora.

"Vi, lo nggak apa-apa, kan?" tanya Razka tak bisa menahan rasa khawatirnya. Dia tahu kondisi Viora yang kini tengah hamil. Terjatuh seperti itu tentu saja bukan suatu hal yang bagus.

"Nggak apa-apa, Razka," jujurnya.

"Perut lo?" Razka bertanya dengan nada rendah, tak ingin pembicaraan mereka didengar oleh orang lain.

Viora menggeleng. "Aman."

"Ya udah, kita ke kantin. Jangan melarikan diri, Viora!" Razka menatapnya dengan ekspresi wajah tak suka.

"Nggak, Razka. Gue nanti di-bully sama penggemar lo kalau kita kelihatan barengan terus." Viora akhir bisa mengungkap keresahannya sejak tadi. Dan hal itu membuat Razka berdecak.

"Bodoh! Kalau misalkan wajah tampan dan ketenaran ini bikin gue harus ngejauhin lo, gue pilih jadi jelek dan nggak terkenal, Vio," ungkap Razka sungguh-sungguh.

Viora tergelak seketika. "Gue yang nggak mau temenan sama lo lagi."

"Ah, gilak emang. Udah, kita ke kantin."

Tanpa memedulikan penolakan Viora sebelumnya, Razka membulatkan tekad untuk ke kantin bersama Viora. Lagi pula, tak hanya ada mereka berdua nanti. Teman-temannya yang lain pun pasti ada.

Lalu, kemudian Viora membeku seketika begitu Razka tiba-tiba mendekatkan dirinya. Memposisikan tangannya di tengkuk Viora dan kaki bagian belakangnya. Pemuda itu bangkit dengan Viora yang dia gendong di depan tubuhnya. Tindakan Razka berhasil membuat jantung Viora berdisko tak karuan. Walaupun tak bisa dipungkiri bahwa dia takut ada gosip tak jelas tentang kejadian ini.

"Razka, gila. Mau apa, sih?" pekik Viora meredam suaranya.

"Lo lama, Vio. Lo bakal terus nolak kalau gue nggak paksa kayak gini," ujar Razka seenaknya. Dia tak peduli dengan tatapan para teman-temannya yang memandang bingung sekaligus terkejut ke arah mereka. Pemuda itu terus berjalan ke kantin.

"Dilihatin banyak orang, bodoh! Turunin gue, Razka!" pinta Viora berbisik, mencoba merayu Razka.

"Berisik banget lo! Lo itu harusnya bersyukur bisa gue gendong kayak gini. Cuma lo yang punya kesempatan ini, Viora," sombong Razka yang mengundang decakan kesal dari Viora.

Perempuan itu merasa tak nyaman dengan pandangan orang-orang yang menatap penuh selidik ke arah mereka, tak sedikit pula yang menatap Viora dengan tatapan tak suka. Jujur, Viora takut dengan para penggemar Razka yang tak sedikit jumlahnya. Viora tahu, penggemar Razka rata-rata adalah cewek yang fanatik dengan pemuda itu. Dia yakin setelah ini akan ada yang melabraknya.

Memasuki kantin, semakin banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka. Namun, Razka tak memedulikan itu. Berbeda dengan Viora yang sudah begitu tak nyaman.

Akhirnya, Razka memilih tempat duduk yang di sana sudah ada Alvian, sahabatnya. Walaupun masih pagi, suasana kantin sudah begitu ramai mengingat ini adalah hari Jumat, hari di mana sekolah mereka melompati jam pelajaran pertama, atau dengan kata lain kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada saat jam kedua.

"Hai, Bu Bos!" sapa Alvian tersenyum ketika Viora didukkan oleh Razka di kursi.
"Perhatian banget, Raz," lanjut Alvian berniat menggoda.

"Namanya juga Bu Bos, Yan. Btw, lo udah pesen sarapan?" tanya Razka kemudian duduk di antara kedua orang itu.

"Belum, lagi baca berita tadi. Pada heboh di grup angkatan," ujar Alvian kembali fokus ke ponsel di tangannya.

Merasa ketinggalan berita, Razka mengambil alih ponsel di tangan Alvian. Matanya kemudian fokus membaca berita yang tertera di grup yang isinya merupakan siswa siswi satu angkatan mereka.

"Berita apa, sih, Yan?" tanya Viora menoleh ke arah Alvian. Mereka cukup dekat, itupun karena Razka. Jadi, Viora tak merasa canggung jika harus berbicara dengan Alvian.

"Ada yang nemuin test pack di ruang ganti, Vi. Anak-anak pada heboh, mereka nuduh Ajeng yang dari kelas IPS 5 itu, soalnya dia sering ganti-rugi cowok, mana cowoknya lebih tua dari dia," jelas Alvian dengan fasih, khas seorang perempuan jika sedang bergosip.

Mendengar penjelasan dari Alvian, Viora terdiam untuk beberapa saat. Ingatannya melayang pada kejadian kemarin di mana dia berada di ruangan Dipta. Dia ingat, test pack miliknya dia taruh di kantung baju seragamnya. Kemudian, jam berikutnya merupakan pelajaran olahraga. Dan Viora berganti pakaian di ruang ganti. Sudah bisa dipastikan, test pack miliknya pasti tak sengaja terjatuh. Dan yang menjadi perbincangan hangat saat ini adalah dirinya sendiri.

Jantung Viora berdetak dengan kencang setelahnya, dia takut setengah mati. Bagaimana jika semua orang tahu bahwa benda itu adalah miliknya? Bagaimana jika semua orang tahu bahwa dirinya hamil? Bagaimana jika pihak sekolah tahu dan dia dikeluarkan dari sekolah?
Ah, memikirkan itu Viora semakin pusing. Kira-kira, apa yang akan terjadi setelah ini?

Membayangkan kemungkinan-kemungkinan terburuk membuat Viora sangat takut.
Dia bisa mati jika semua orang tahu hal ini. Mau ditaruh di mana wajahnya jika semua orang tahu dia tengah hamil? Dan yang lebih mengejutkan lagi, dia hamil dengan salah satu gurunya sendiri. Dipta.

"Menurut lo gimana, Vi? Masak iya itu milik Ajeng?" Alvian kembali bersuara, hasratnya untuk menggosip sangat membara pagi ini.

"Gue nggak tahu."

Hanya itu yang bisa Viora katakan. Razka yang sudah selesai membaca obrolan grup pun menoleh ke arah Viora, bermaksud memastikan apa benar benda itu milik Viora.

Dan anggukan lemah yang Viora berikan membuat Razka menghela napas berat.

"Gais, katanya mau ada tes kehamilan masal, loh! Bu Siti yang bilang baru aja."

Semua orang di kantin menoleh ka arah seorang siswi yang baru saja menginfokan hal yang sangat penting itu.

"Seriusan? Gara-gara test pack yang ditemuin kemarin, ya?" sahut yang lainnya.

"Iya ... katanya yang terbukti itu milik anak sini, bakal dikeluarin."

My Little Wife Donde viven las historias. Descúbrelo ahora