ρ𝘳ꪮꪶꪮᧁ

889 61 0
                                    

"KIM DOYOUNG! KEMBALIIN KAOS KAKI GUE! GUE HAMPIR TELAT!" Teriak seorang pemuda seraya berlari menenteng sepasang sepatu.

Sedangkan orang yang dipanggil Kim Doyoung itu seolah tuli dan lanjut berlari, menghiraukan teriakan abangnya yang menyuruh Doyoung berhenti dan menyerahkan kaus kaki yang sangat sulit untuk ia curi itu.

"KIM DOYOUNG!! GUE UDAH HAMPIR TELAT!!" Teriak pemuda itu sekali lagi.

Doyoung masih tetap berlari. Mau tak mau, orang yang mengejar Doyoung harus menggunakan sedikit kekuatannya untuk menghentikan adiknya agar ia bisa cepat pergi ke sekolah.

Dengan sekuat tenaga ia melempar sepatu ditangan nya kearah Doyoung dan..

BUGH!

Tepat sasaran.

Doyoung terduduk seraya memegangi kepala nya yang berdenyut nyeri akibat lemparan keras dari sepatu abang nya itu.

"KIM JUNKYU! LO MAU GUE ANEMIA HAH?!!" Sungut Doyoung kepada abang nya yang bernama Kim Junkyu itu.

pletak!

Junkyu memukul pelan kepala Doyoung, "amnesia pe'a! Salah lo sendiri nggak mau ngasih kaos kaki nya ke gue!" Ujar Junkyu lalu seraya memakai kaos kaki dan sepatu nya.

Doyoung berdecak lalu berdiri dan berjalan menuju ruang makan seraya menenteng tas sekolah nya diikuti Junkyu.

Jisoo yang melihat itu pun hanya merotasikan mata nya malas, sehari pun tidak pernah mereka akur.

"udah berantem nya? Nih uang saku kalian! Bunda potong karna udah berantem pagi-pagi. Kalo abis, nggak boleh minta lagi." Ucap Jisoo kepada kedua anak nya lalu memberikan dua lembar lima puluh ribu keada Junkyu dan Doyoung.

Junkyu hendak membuka mulut untuk protes, namun Jisoo langsung memotong nya sebelum ia bicara.

"Gausah protes! Sana buruan berangkat! Nyepetin mata aja!" Ketus Jisoo lalu berjalan meninggalkan Junkyu dan Doyoung yang masih melongo.

                          ***

Pelajaran pertama telah usai, seluruh murid tengah berada di kantin termasuk anak trejo yang sudah duduk manis seraya memakan makanan yang mereka pesan tadi.

meja anak trejo hening, dua manusia yang biasa nya membuat rusuh kini diam.

Mereka Kim Junkyu dan Kim Doyoung tentu nya. Biasa nya mereka akan membuat kantin rusuh dengan berteriak tidak jelas, namun kini mereka berdua hanya saling melempar tatapan tajam.

Junkyu kesal, karna ia tadi telat dan harus membersihkan toilet. Ditambah lagi ia harus kena omelan dari guru killer yang suara nya cempreng dan tidak mengenakan telinga sama sekali.

Doyoung juga tak kalah kesal. karna abang nya itu. Ia harus menerima pusing yang luar biasa ditambah omelan dari guru kelas nya.

Jihoon melirik ke Junkyu dan Doyoung yang masih saling melempar tatapan tajam.

"ekhem, ini nggak ada yang mau bangun suasana?" Tanya Jihoon sedikit canggung.

Kantin ikut hening, menunggu jawaban dari pertanyaan yang diajukan Jihoon. Mereka juga bingung, biasa nya sekumpulan orang itu yang paling rusuh. Namun sekarang menjadi sangat hening.

"Ini salah lo!" Ucap Junkyu dan Doyoung bersamaan. Mereka tampak saling menuduh.

"Kok gue?!" Ujar Junkyu dan Doyoung bersamaan sekali lagi.

"Ya emang salah lo!" Catat itu teman-teman, kedua kakak adik itu kompak untuk pertama kali nya. Meskipun saling menyalahkan.

"Umumumu! Soswit banget kakak adek ini, kompak!" Kompor Jeongwoo seraya memonyong-monyong kan bibir nya.

Duo Kim masih saling melempar tatapan tajam.

"Permisi?" Ucap seorang wanita paruh baya dengan gaya berpakaian yag menurut mereka kuno.

Hyunsuk yang paling tua diantara mereka pun membuka suara, "ya? Ada apa?"

"Apa ada yang bernama, Junkyu, Asahi, dan Yoshi disini?" Tanya wanita itu.

Junkyu, Asahi, dan Yoshi yang merasa terpanggil pun berjalan maju menuju wanita itu.

"Kami bertiga, ada apa?" Ucap Yoshi mewakili Junkyu dan Asahi.

Ketika melihat orang yang ia cari, wanita itu tersenyum lalu sedikit membungkuk hormat ke anak trejo.

"Salam kenal, nama saya Sakura. Saya ditugaskan kesini untuk memberikan surat ini kepada kalian," Kata Sakura seraya menyerahkan surat itu kepada Asahi yang berada paling dekat dengannya.

Asahi menatap surat yang sudah ada digenggamannya sekarang, lebih baik ia membuka dan membaca surat itu lebih dahulu sebelum ia bertanya surat apa itu kepada Sakura. Pikir Asahi.

Groeten magie. Zonder verder oponthoud, word je morgen naar een magisch land gebracht. Bereid je voor en de dingen die je nodig hebt, je zult er lang blijven. We smeken je heel erg, je bent voorlopig de enige hoop op het magische land. Je hebt magisch bloed en het zal de magische landen enorm helpen om in de komende oorlog tegen de demonennatie te vechten. Wij, het tovenaarsland, hebben hoge verwachtingen van u. Dank u

-alxzievd

"Tunggu, itu bahasa apa?" Tanya Haruto yang tidak sengaja melihat tulisan di surat itu.

Junkyu yang berada disebelah Asahi pun merebut surat itu dan membaca isi dari surat itu.

Dan ajaib nya, Junkyu mengerti isi dari surat itu meskipun temannya yang lain kebingungan dengan bahasa apa yang dituliskan di dalam surat itu.

"Kurasa kita bisa berbicara di suatu tempat, disini cukup ramai untuk kita membahas ini." Kata Sakura, lalu dengan sekali jentikan. Mereka sudah berada di halaman rumah keluarga Kim atau rumah Junkyu dan Doyoung.

Mereka semua terkejut kecuali satu orang, "Njiran! Kok kita bisa langsung disini?!" Ucap Jihoon sedikit panik.

"Ini dinamakan teleportasi, kekuatan ini sudah biasa digunakan oleh bangsa sihir untuk berpindah tempat ke tempat yang diinginkan hanya dengan sekali jentikan atau setara satu kedipan manusia biasa." Jelas Sakura lalu mengode anak trejo untuk mengikutinya.

"Duduklah disini, aku akan menjelaskan apa yang terjadi sekaligus seputar sihir." Lanjut Sakura.

Mᴀɢɪᴄ Lᴀɴᴅ | ᵗʳᵉᵃˢᵘʳᵉWhere stories live. Discover now