BAB XXXI "Katenta"

341 47 15
                                    

Selamat malam semuaaa...

Huhuhu...udah berapa bulan nih baru update😭😭😭

Ada yang ingat berapa bulan?
Siapa yang kangen Mada dan Anila?

Maaf semua ini karena aku harus nulis daily salah satu plaform novel. Bersyukur salah satu ceritaku "AITHAN" di kontrak.

Tapi tenang aja aku akan selesaikan ceritaku ini. Tentunya buat kalian makin deg-degan semoga yah😄

SELAMAT MEMBACA...

JANGAN PELIT VOTE AND COMMENT YAH!

SEMANGATIN AKU TERUS YAH! COMMENT KALIAN SANGAT BERARTI😭😭😭

**********

Tali kekangan kuda dipacu tanpa henti masuk wilayah kerajaan Kahuripan yang telah berganti Kerajaan Jenggala. Rambut yang tergerai melambai tersapu angin. Kecepatannya membelah pusat kota. Para rakyat dan pendatang minggir menghindar dari kumpulan pasukan Drabha. Langit gelap tanpa bulan atau bintang datang. Drabha memelankan laju kuda berjejer rumah penduduk yang depannya diterangi oncor sebagai penerang. Wilayah itu tampak tenang tanpa aktivitas apapun. Hening.

Terdapat jejak kaki yang mengarah pada sebuah rumah dikelilingi batu bertumpuk kemerahan.

Drabha turun dari kuda dan mendobrak pintu gerbang dengan arca relief-relief detail, rumit dalam pahatan.  Sorot mata Drabha melirik anak buahnya memberikan isyarat untuk maju mengepung seluruh area. Rumah dengan pelataran luas dan luas juga didalamnya.

Langkah tegas mencari buruannya melewati pendopo masuk kedalam rumah inti.  Seorang lelaki muda tanpa pakaian hanya mengenakan celana dihiasi kain batik pudar membawa parang hendak menyerang. Tangan Drabha bergegas menarik pedangnya, bersiap melayangkan kepada siapapun yang menghalangi. Tak butuh waktu lama untuk mantan pasukan Bhayangkara terutama Drabha menghabisinya hal mudah cukup satu tebasan. Darah terciprat ke mata dan kain hitam sebagai cadar.

Semua pasukan hitam ke penjuru rumah. Beberapa penghuni mati terkapar bahkan belum sempat berteriak meminta tolong dengan luka tebasan pedang dileher mereka.

Mata elang Drabha mengawasi keadaan sambil menyusuri semua ruangan. Drabha mendengar suara langkah gugup dan bisikan kecil pada suatu ruangan diujung sana. Curiga jika seorang yang dia cari ada disana. Satu demi satu langkah Drabha mendekati pintu, berdiri didepan sana bersiap membukanya.

******

Tangan Mada semakin erat menggengam pedang di tangan. Derap langkah itu semakin cepat, tegas, keburu-buruan. Mada meniup lampu ceplik, berdiri di sisi pintu dalam gelap. Matanya memberi isyarat pada Langgar di sisi sebaliknya. Tangan Anila semakin erat menggengam tangan Mada berlindung dibalik tubuhnya seiring dengan degub jantungnya semakin cepat.

Berbeda dengan Mada tetap tenang, namun tetap tidak menghilangkan sedikitpun kewaspadaannya. Memberikan perlindungan dan rasa aman pada Anila. Orang yang dia sayangi. Langkah kaki itu berhenti, Mada bisa merasakannya di lantai-lantai batu. Malam semakin menjernihkan indra pendegaran. Pintu itu terbuka secara brutal.

*******
.
.
.

Pedang tajam berlumuran darah bersiaga, tangan Drabha mengerat lalu membuka pintu itu brutal. Napas orang itu memburu penuh rasa terbakar menyergap orang di dalam. Tring, Suara liukan pedang Drabha melayang kebatang leher orang itu. Cahaya temaram dari ceplik semakin jelas memperlihatkan siapa dia.

*********
.
.
.
Pedang tajam Mada langsung menyambut batang kepala orang itu. Dan, sebuah tarikan anak panah bersiap menembus jantungnya. Sekian lama busur itu kembali digunakan batin Langgar.

JAMANIKAWhere stories live. Discover now