BAB XLII Jagad Mati

267 32 4
                                    


MET MALAM MINGGU SEMUA ....

UNTUK KALIAN PARA PEMBACA YANG SETIA TERUTAMA JOMBLOWERS YANG DI RUMAH AJA HEHE.... PEACE✌🤞 DAN BINGUNG MAU NGAPAIN MENDING BACA AJA CERITAKU🤭😊

JAMANIKA UP LAGI YAAAA!

UDAH PENARAN? YAKIN?

Warning! Fokus! Bab ini penuh laga!

JANGAN PELIT VOTE DAN KOMEN!

INGAT JADILAH PEMBACA BERAKHLAK! JAUH-JAUH UNTUK PLAGIAT!


Selamat Membaca.......


Pasang musik  dibawah ini biar tambah mantap halunya


****************

Ting!

Suara dentingan pedang beradu. Sorot tajam Drahha dan Mada dibalik mata pedang bersilang saling menahan serangan. Sepanjang pertarungan Drabha agresif menyerang berkolaborasi dengan Pasukan Sadeng lainnya menghadapi Mada. Sayatan pedang tak henti diayunkan dilayangkan pada Mada. Mada lebih banyak menangkis dibanding menyerang.

"Saya tidak membunuh biyungmu, Drabha!" Mada menatap mata Drabha berusaha menyakinkan.

Drabha berdecih lalu menyeringai tidak henti memprovokasi Mada. Mendorong pedangnya kuat. "Peduli dengan omongan busukmu Cunguk!" sarkas Drabha. Mata terbakar amarah saat terlintas wajah ibunya.

"Kejar wanita itu!" teriak Blegur. Satu ayunan pedang mengerakkan sebagian pasukan berkuda.

Mada hanya diam menanggapi Drabha tenang. Sudut matanya menangkap separuh Pasukan Sadeng melipir mengejar Anila kearah hutan. Tidak ada waktu! Segera Mada memutar pedang dan membesat ke udara. Drabha reflek melakukan gerakan mundur. Mada berlari berusaha menghalangi Pasukan Sadeng lainnya. Jumlah mereka tak ada habisnya untuk dibantai. Mati satu tumbuh seribu.

"Wasem! Ora entek-entek! (Sial! Tidak habis-habis!)" ucap Mada. Tangannya tak berhenti menebas, menangkis dan menahan serangan dari depan maupun samping. Sudut mata Mada menangkap pergerakkan aneh dari arah belakang.

"Urusanmu denganku belum selesai!" Drabha mengayunkan pedang mendekatkan ke dada secara horizontal. Tangan sudah geram ingin menebas leher Mada. "Rasakan pembalasanku!"

Kita lihat! Sampai kapan kau bertahan melakukannya. Tangan Blegur bersidekap, dua sudut bibirnya tertarik tersenyum lebar memuncul gigi kuning perlahan menghilang. Mata tajam Blegur tak lepas mengawasi selayaknya sutradara mengontrol jalannya film laga secara live. Aura mematikan muncul siap menyusun rencana dibelakang Sang Pemain. Teringat perdebatannya dengan Drabha. Flashback

Di dalam Hutan Gunung Semeru. Pohon lebat menjulang menggelilingi bukit. Pasukan Blegur sejak tadi mengitai.

Drabha menarik kerah pakaian Blegur. Giginya gemeletukkan, matanya membara terbakar api. "Apa maksudmu? Merubah rencana sesuka hatimu. APA KAU BILANG JANGAN MEMBUNUHNYA!"

JAMANIKAWhere stories live. Discover now