RAGU JAWAB IYA

21 16 4
                                    

Tidak terasa hampir tiga puluh menit berlalu, orang tuanya belum juga datang, Kara sudah benar-benar ingin pulang, ia tidak betah berada di rumah sakit.

Nola tetap setia menemaninya, sejak ia di bawa ke sini, hingga hampir menjelang sore ini.

"La," panggil Kara yang berbaring melihat Nola sibuk bermain tiktok.

"Emm," sahut Nola yang sibuk latihan gerakan tiktok.

"Menurut lho, Arya datang gak nanti?" tanya Kara.

"Menurut gue sih gak, tapi gak ada salahnya sih, lho undang dia, tapi gue tetap gak restuin lho ya," jelas Nola.

Mendengar ucapan sahabatnya itu, Kara kembali terdiam. Kejadian tadi siang masih tidak bisa ia lupakan, di saat Arya meminjamkan dia sebuah jaket.

Tatapan Arya saat ia hampir terpeleset, masih benar-benar terasa baru beberapa detik yang lalu.

"Ih, liat aja deh lu Arya, bakal gue masukin lho di wish gue nanti," batin Kara geregetan karena terbayang akan wajah Arya.

Dilain sisi di saat ia sibuk scroll tiktok, Arya tiba-tiba teringat dengan Kara.

"Gimana ya dia sekarang," pikir Arya, yang teringat saat ia melihat Kara mimisan siang tadi.

"Arghh, ngapain juga gue mikirin tuh cewek, gak penting banget," Arya menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Eh bro-bro," Beni memecah keheningan.

"Apaan," seru yang lain.

"Katanya dua hari lagi Kara mau ulang tahun, jadi gak ya, apalagi sekarang dia lagi sakit kaya gini, secara kan lho pada kan tau, teman-temannya Kara tuh cantik-cantik dan hits banget," ucap Beni dengan mimik wajah yang sudah membayangkan apa.

"Terus? Lho mau apa? Jadi MC nya gitu," sahut Lutfi.

"Apaan sih Lut, ya cari cewek lah," sahut Beni sambil memberikan kedipan mata genitnya.

"Ar, kalo lho gimana? Ikut gak?" tanya Lutfi.

"Ikut apaan?" sahut Arya yang sibuk main dengan ponselnya.

"Lah gak denger nih anak, Kara mau ultah dua hari lagi," sahut Lutfi.

Mendengar itu, Arya langsung menghentikan tangannya menscroll layar tiktok, ia langsung terdiam dengan apa yang ia pikirkan sekarang.

"Dia ulang tahun?" batin Arya.

"Lah diam lagi, gimana lu ikut gak?" tanya Beni.

"Gak," sahut Arya dengan wajah datarnya.

"Jika gue jadi lu, dengan terlahir berwajah tampan gue udah maju dah dengan menunjukan diri gue yang cool," ucap Beni.

"Tapi sayangnya muka kayak Arya gak cocok berada di muka lu, terlalu aesthetic," timpal yang lain.

"Emang muka lu pada aesthetic, kek grobak bakso lu pada," Kesal Beni.

Sambil menggeser-geser layar ponselnya, Arya mencoba mengartikan apa yang ia rasakan, apa yang mengganggu pikirannya.

Di rumah sakit. Akhirnya yang tunggu
telah datang, ternyata mama Kara dan kakak-kakaknya datang, dengan beberapa peralatan untuk Kara, mulai dari bekal, baju, dan bantal kesayangan Kara.

"Ma, Pa, Kara mau pulang aja, gak betah di sini," ucap Kara dengan wajah melasnya.

"Kamu harus di rawat dulu ya, paling tidak besok aja pulang, Jangan sekarang, mama takut kamu kenapa-kenapa lagi," sahut Ayu.

"Iya, kamu di rawat aja dulu ya," sahut Ramlan.

"Eh iya, Nola ini tante bawain makanan, makan dulu yuk, makasih banyak lho, udah mau temenin Kara di sini," seru Ayu yang langsung menyiapkan makanan untuk di makan bersama.

KARAYAWhere stories live. Discover now