NAPAS BUATAN

18 9 14
                                    

"Eh ada orang," ucap Kara yang membulat matanya melihat seseorang lewat di depan mereka.

Arya yang kaget langsung kembali ke dalam kolam dan menyelam.
Kara yang panik dengan cepat berdiri dan bersembunyi di balik tembok di belakangnya.

Saat Kara sudah berada di tempat yang aman tidak terlihat, Kara mencari keberadaan Arya yang awalnya tadi ia lihat menyelam.

Kara menengok-nengok ke sekitar, ke belakangnya, tapi tak kunjung ia temukan Arya.

Betapa kagetnya Kara saat ia menengok ke samping, Arya muncul secara tiba-tiba dari dalam air dan membuat Kara hampir berteriak.

"Eh, eh, kenapa?" tanya Arya.

"Kamu bikin aku kaget," sahut Kara yang begitu basah kuyup.

"Gimana? Apakah orang itu sudah pergi?" tanya Kara yang menyuruh Arya menengok ke depannya, karena saat ini Arya berada di dalam kolam renang tepat di depan Kara.

"Iya, Sudah,"

Kini Arya tepat di dalam kolam renang, dan di depannya saat ini Kara. Dengan keadaan sama-sama basah kuyup. Kara melepaskan mahkota yang terjerat erat di rambutnya.

"Aw." Kara dengan pelan melepaskan mahkota yang begitu kuat di letakkan.

Arya yang melihat Kara kesulitan dengan mahkota di kepalanya, langsung naik ke atas, dan mencoba membantu Kara. Apalagi melihat gara-gara mahkota ini, rambut Kara kacau dan terlihat kusut parah.

"Sini aku bantu." Ucapan itu membuat Kara deg-degan parah tak menentu.

"Tenang Kara, tenang, dia cuma menolong kamu," batin Kara.

"Iya, makasih ya,"

"Dia cuma mau menolong lho, tolong tenang jantung." Kara sudah seperti mau berteriak sekencang-kencangnya.

"Udah selesai," ucap Arya.

Kara pun langsung menerima mahkota tersebut, dan Kara kembali merapikan rambutnya,dengan di bantu menggunakan air untuk sedikit menatap rambutnya yang kusut.

"Thanks." Ucap Arya yang bersiap-siap mau pergi.

"Buat apa?" tanya Kara yang menghentikan langkah Arya.

"Sudah menghindarkan gue dari fitnah," sahut Arya.

"Thanks juga, udah nolongin gue," sahut Kara.

"Iya," sahut Arya.

"Kalau lho mau pergi, di belakang itu ada pintu, lho bisa lewat situ, biar gak ketahuan yang lain, kalau lho kecebur," ucap Kara.

Tanpa menyahut kembali apa yang Kara ucapkan, Arya langsung pergi dengan cepat melalui pintu belakang yang di tunjukan oleh Kara.

Kepergian Arya membuat Kara diam membisu, kejadian tadi benar-benar seperti mimpi.

Kara menyentuh bibirnya pelan.

"Apa perasaanku saja ya, kalau Arya ada menciumku," batin Kara.

"Arghhh gak mungkin banget," ucap Kara.

Kara bangkit dari duduknya dan kembali berdiri.

"Arghhh!"

"Kara!"

"Nola!"

Keduanya sama-sama kaget. Hampir saja Kara terpeleset lagi karena kehilangan keseimbangan, begitu juga Nola yang langsung terbelelalak di buat Kara.

"lho ngapain di sini? Basah-basah begini? Gila ni anak, lho kan lagi ultah Kar," ucap Nola yang geleng-geleng heran melihat temannya ini.

"Ceritanya panjang, La," sahut Kara yang berusaha membawa gaun di tubuhnya ini yang terasa berat karena basah.

"Ayo dah kita ke kamar lho, bahaya banget kalau mama dan papa lho liat," sahut Nola.

"Iya udah bantu gue, berat amat nih gaun, risih banget," sahut Kara.

Mereka pun dengan cepat kembali ke kamar Kara. Dengan mengendap-ngendap seperti maling. Nola terus memperhatikan sekitarnya sambil membawakan baju Kara dari belakang dengan pelan.

Kara yang benar-benar mengigil di tambah gaun di tubuhnya ini begitu berat karena basah, dengan cepat Kara melangkahkan kakinya untuk segera sampai ke kamarnya.

"Seru banget ya, pesta Kara,"

"Iya seru banget,"

"Kar, ada orang," bisik Nola yang langsung menarik tangan Kara bersembunyi di balik pintu.

Dua perempuan yang berjalan ke arah toilet tanpa curiga dengan keadaan lantai yang basah. Beruntungnya Kara dan Nola dengan cepat lagi kembali melangkah ke kamarnya.

Hingga akhirnya mereka tiba di atas di kamar Kara. Dengan satu tarikan napas, akhirnya Nola bisa menyelamatkan Kara dari orang lain.

Nola dengan cepat langsung memilihkan gaun untuk Kara, sedangkan Kara bergegas pergi ke kamar mandi,  di kamar mandi ia melepaskan gaunnya, dan kembali berbilas mandi.

Hingga lima menit lebih Kara di dalam kamar mandi, akhirnya ia pun keluar.

"Cepat jelaskan kenapa lho bisa ada di kolam renang," perintah Nola yang sudah tak sabar.

Sambil memakai gaun yang di pilihkan oleh Nola, Kara memulai ceritanya sambil terputus-putus karena napasnya yang masih terasa sejengkal.

Melanjutkan dengan merias Kara kembali.

"Kok dia bisa ada di situ?" tanya Nola heran.

"Kata Arya, dia tuh awalnya mau santai gitu, eh gak tau nya di situ toilet cewek," sahut Kara.

"Terus kenapa kalian bisa kecebur?" tanya Nola.

"Nah itu, gue kaget, dia kaget, malah kecebur jadinya, jadikan dia itu di balik tembok tadi, dan gua itu kan mau nangkap tangan dia gitu kan karena gue pikir ni orang maling, eh malah yang gua tarik tangan Arya, syok banget! Jadinya terpeleset deh, dan tangan dia ketarik gue donk," jelas Kara panjang lebar.

"Gilaaaa! Iri gue!" Ucap Nola yang teriak teriak geregetan mendengar cerita Kara.

"Lho aja kek gitu ekspresinya, apalagi gue yang ngalaminnya, mo pingsan!" Sahut Kara dengan senangnya.

"Tapi,"

"Tapi apa?" tanya Nola penasaran.

"Entah ini perasaan gue ya, kok gue ngerasa Arya nyium bibir gue," ucap Kara.

"Hah! Yang bener!" Sahut Nola.

"Gak! Gak! Itukan perasaan gue aja, ya gak mungkin lah, masa dia mau nyium gue," ucap Kara.

"Ya bisa aja kan, Kar, secara lho kan gak bisa berenang Kar, atau mungkin pada saat itu lho pingsan?" tanya Nola yang langsung membuat Kara kembali mengingat kejadian tadi.

"Pingsan." Kara memegang pelipis kepalanya sambil mengingat kembali.

"Kayaknya nggak deh, soalnya pas gue bangun itu, Arya duduk di depan gue, diam aja, seperti biasa mukanya datar, mustahil banget tuh orang kek gitu," jelas Kara.

"Iya siapa tau kan dia ngasih lho napas buatan," sahut Nola.

"Napas buatan?"

KARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang