PEMBAHASAN BERLANJUT

6 2 0
                                    

Hujan kembali mengguyur kota. Kara berbaring nyaman di atas kasur berukurang king size ini. Rintikan hujan terdengar dari balik tembok kamarnya. Terlihat jelas hujan begitu deras dari balik jendela kamar. Ditambah Lampu kamar sengaja ia redupkan, ini membuatnya semakin nyaman dalam hangatnya selimut tebal ini.

Disebelahnya terdapat pula sebuah popcorn besar. Ia menikmatinya.

"Arghhhh!"

Suara begitu menguasai kamar ini. Kara berkali-kali menutup mata dengan tangannya, karena takut.

"Lari woy! Lari!" Desak Kara yang begitu kesal dengan nenek-nenek yang sedari tadi terus mengobrol.

"Astagaa! Apaan coba tu nenek jadi peran di situ!" Kesal Kara.

Dringg!

Kara yang begitu fokus, menggapai ponselnya yang berdering tak jauh dari tempatnya.

"Nola?"

"Hallo, La,"

"Hallo, Kar, gue di luar," ucap Kara.

"Hah? katanya lho ada acara keluarga," ucap Kara.

"Gak jadi Kar, jadi gue ke sini aja," ucap Nola.

"Wait, gue ke keluar." Kara mematikan ponselnya dan beranjak bangkit dari kasur.

Saat Kara keluar seisi rumah tampak sepi, hujan begitu deras, hingga gorden Kara ikut berantakan karenanya. Kara pun menutup jendela terlebih dahulu. Sebelum ia keluar menemui Nola. Kara pun berjalan menuju pintu depan, ketika semuanya di rasa sudah rapi.

"Eh! Tumben banget lho balik lagi," ucap Kara heran.

"Gue masuk ya, Kar, dingin banget," ucap Nola.

"Eh iya iya, masuk dah," seru Kara.

Nola yang sudah terbiasa di rumah Kara, begitu leluasa saja ia masuk terlebih dahulu, sedangkan terlambat beberapa detik untuk mengunci pintu depan.

"Lho sendirian, Kar?" Tanya Nola yang berdiri di atas tangga menuju kamar menghadap Nola yang masih berjalan menghampirinya.

"Ada kok, nyokap sama kakak gue di kamar," sahut Kara.

Mereka pun masuk ke kamar. Kara pun menghidupkan lampu kamarnya, dan merapikan tempat tidur yang begitu kacau berserakan ulahnya.

"Gue numpang ke toilet dulu, Kar," ucap Nola.

Kara menggangguk. Sembari menunggu Nola keluar dari toilet. Kara merapikan dulu kamarnya. Di rasa sudah rapi, ia juga turun ke bawah untuk mengambil beberapa cemilan untuk di makan di kamar.

Terlebih stok cemilan di lemari cemilannya juga mulai habis, Kara memasukan beberapa cemilan di dalam toples, dan mengambil beberapa buahan segar untuk di makan bersama.

Menggunakan sebuah keranjang miliknya, ia membawa semua cemilan dan buah-buahan ke kamarnya.

"Eh, udah selesai kah?" Tanya Kara.

"Iya nih, wih apaan tuh!" Seru Nola.

"Nih cemilan, kalo laper aja," sahut Kara.

"Oh iya, bubur masih ada tuh di kulkas, jadi kalo lo laper, bilang gue ya, nanti gue panasin," tambah Kara.

"Ya ampun, santai Kar, gak usah repot-repot," ucap Nola.

"Btw, lho mau cerita apaan? Penasaran nih,"

Nola terdiam. Dari sudut matanya Nola tampak menyimpan sesuatu, yang membuat Kara semakin penasaran. Ia terus menunggu agar Nola memulai apa yang ingin ia ceritakan.

"La, apaan?" Kejut Kara.

"Jadi, selama inikan gue ada bilang ke lho, kalau nyokap dan bokap mau menjodohkan gue kan, asal lho tau orangnya itu,"

"Siapa orangnya." Kara menghela napas kasar dengan Nola yang bercerita begitu terbata.

"Dia, kaka sepupunya Arga, Kar!"

"Namanya kevin," tambah Nola.

"Hah! Anjirr kok bisa? Gimana nyokap dan bokap lho bisa kenal sama dia?"

"Biasa masalah bisnis, orang tuanya Kevin ini, adalah sahabat bisnisnya nyokap bokap gue, jadi ceritanya kek jodoh-jodohan gitu, gila banget gak sih!"
Ucap Nola yang sudah tampak frustasi.

"Sebelumnya kalian pernah ketemu?"tanya Kara.

Nola menggelengkan kepalanya dengan lesu. Nola benar-benar di buat kesal, orang tuanya benar-benar tidak memikirkan perasaannya Nola. Padahal sampai sekarang Nola masih mengidamkan sosok pria yang masih ia sukai hingga sekarang.

"Ya udah kalian ketemu aja dulu, siapa tau suka, sudah saatnya lho muve on dari cowok yang lho idamkan itu," ucap Kara.

Nola menoleh ke arah Kara dengan tatapan sendunya. Ia menarik napas kasar dengan kekesalan di hatinya sekarang.

"Sebenarnya ada sesuatu yang ingin gue ceritain, tapi lho janji jangan cerita ke siapa-siapa?" Ucap Kara.

"Ada apa, Kar?"

"Keluarga gue dapat ancaman, gak tau dari siapa,"

"Hah, maksudnya?"

"Iya? Jadi gue dapat kiriman sebuah paket di dalamnya ada sebuah foto, dan asal lho tau, di belakang foto itu ada tulisan ancaman untuk keluarga gue, gue takut banget," ucap Kara.

"Astaga! Jangan-jangan orang iseng aja, Kar, secarakan kalian kaya raya, pasti ada lah orang yang iri-iri gitu," ucap Nola.

"Nah iya, semoga gak ada apa-apa aja sih,"

KARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang