RENCANA MAKAN MALAM

4 2 2
                                    

"Tapi, masalahnya kalau iseng, kok segitunya sih." Kara masih terbayang dengan tulisan tadi.

"Udah Kar, jangan dipikirin, mending kita lanjut cerita gue aja, ini lebih creepy banget bagi gue," ucap Nola.

"Iya deh, jadi gimana? Lanjut gitu?" Tanya Kara.

"Lanjut apaan? Gue gak ada hubungan sama tuh orang,"

"Iya, maksudnya lanjut gak ke perjodohannya?"

"Nah kalau itu, gue pengen batalin, gue gak mau nikah muda, anjirr!" ucap Nola kesal.

"Tapi nikah muda itu seru lho sebenarnya, tapi serunya sama orang yang di sukai," seru Kara.

******

Cemilan terhambur kemana-mana. Tv masih menyala sejak tadi malam. Remote tv juga entah hilang kemana, sejak tadi tangan tak berdaya ini keluar dari dalam selimut berusaha menggapai keberadaan remote untuk mematikan tv tersebut.

"Arghh!"

Menampakan roti sobek yang begitu berisi dari sudut manapun. Silau cahaya matahari menembus tirai, mengenai perutnya yang sixpack, dan menyilaukan matanya.

Ia menepis cahaya tersebut dengan tangan besarnya yang berotot, dengan menyipitkan matanya, menunjukan sorot ia begitu kesal terbangun dari tidurnya sekarang.

Ia menggapai sebuah beberapa buah kertas di atas mejanya.

Bali (sebuah kertas kecil)

Menghembus napas kasar. Ia pun bangkit dari kasur berukuran king size ini. Ia pun bersiap mandi dengan bayangan rute keberangkatan yang menyenangkan akan ia lewati sepanjang minggu ini.

Di balik bilik kamar mandi. Ia terus terbayangi dengan sosok pria yang terus menghantui pikirannya. Jika ia cocokan dengan kejadian kelam tersebut. Ini adalah masa yang ia tunggu-tunggu.

Ceklek!

"Den Arga? Tumben mandi lebih pagi dari biasanya," ucap bi Rusmi yang berdiri tepat didepan Arya sekarang yang baru keluar dari kamar mandi dengan telanjang dada.

"Eh, bibi, kok masuk gak bilang-bilang,"

"Maaf den, bibi tadi cuma mau nganterin jas ini," ucap bi Rusmi.

"Jas? Jas apaan bi?" Tanya Arga heran.

"Aden gak tau? Nanti malam kan akan ada acara penting di rumah ini, aden diminta nyonya untuk siap-siap," ucap bi Rusmi.

"Acara apa, Bi? Kok aku gak tau." Arya tertegun bingung.

"Kalo itu bibi kurang tau, aden mending tanya langsung sama ibu," ucap bi Rusmi.

"Bibi izin keluar ya den, mau lanjut masak," tambah bi Rusmi yang di balas anggukan Arga.

Arga yang masih berbalutkan handuk, terdiam saat mendengar ada acara penting. Yang anehnya, ini tidak seperti biasanya, ini terdapat sebuah jas yang terlibat, yang artinya ini adalah perintah tersirat kalau ia harus berhadir.

Bisa dikatakan ini adalah rapat keluarga yang bisa dihitung dengan jari, Arya di dilibatkan. Karena selama ini, ia hanya penonton di balik layar.

Arga pun bergegas bersiap, dengan kaos oblong dan celana boxer ia pun turun ke bawah, menemui ajeng. Tepat saat ia mau turun dari anak tangga, Ajeng keluar dari arah dapur.

"Mama?"

"Arga? Tumben banget jam segini bangun?"

"Hari ini ada acara apaan, Ma? Kok aku gak tau," ucap Arga.

"Oh iya? mama lupa, nanti malam ada acara makan malam, dan kamu harus hadir, jas yang mama titipkan sama bi Rusmi, udah kamu ambil kan?" Ucap Ajeng.

"Makan malam? Ini bahkan seperti suatu ritual yang diadakan begitu langka, acara keluarga? Mustahil sekali," batin Arga.

"Ini penting, dan kamu harus ada, jangan kemana-mana," tambah Ajeng.

"Tapi Arga hari ini mau ke Bali,"

"Tunda acara keberangkatanmu!"

"Gak bisa ma, ini penting!" Tegas Arga.

"Ini jauh lebih penting Arga, nurut ya, pokoknya mama gak mau tau, kamu gak boleh kemana-mana, jam tujuh malam tamu kita akan datang." Ajeng berlalu meninggalkan Arga.

Arga terpaku melihat langkah Ajeng meninggalkannya.

"Ishh!" Desis Arga.

Arga pun bergegas berjalan keluar. Dengan garis wajah tegasnya ia melangkah begitu jenjang meninggalkan bilik.

Seisi rumah tampak begitu rapi. Pewangi ruangan cukup bertebaran di setiap sisi memenuhi setiap bilik.

"Tamu penting seperti apa? Yang membuat mama begitu mempersiapkan acara makan malam begitu mewah seperti ini," gumam Arga melihat alat-alat makan sudah stay di tempat.

******

Jam dinding emas bak jam asitektur eropa bertengger di ruang tengah. Rasanya pagi baru tadi di sambut. Kini panas di luar sudah memberikan aba-aba kalau hari mulai siang. Jam menunjukan pukul dua belas siang.

Arga tak bisa kemana-mana ia tak boleh pergi kecuali atas izin dari Ajeng. Terlebih setelah kelulusan ini, Arga tak punya alasan lagi mau pergi mana yang lebih penting selain acara main gamenya di rumah Lutfi.

"Sial! Apaan coba, di kurung kek gini!" Kesal Arga dengan melepas pukulan ke samsat tinju, hingga samsat itu terpental kencang akibat pukulan tangannya.

"Ehem,"

Arga menoleh ke belakang.

"Mbak? Tadi mbak kemana?"

"Ada deh, kepo banget," ucap Ine.

"Ini acaraan apaan sih, sampai-sampai aku gak boleh kemana-mana, sedangkan mbak dibebasin aja," ucap Arga kesal.

"Nanti kamu tau sendiri." Ine berlalu meninggalkan Arga dengan tersenyum kecil mentertawakan adiknya yang sekarang begitu kesal dengannya.

Lapak penting [Grub whatsapp]

Arga
P
P
P

Lutfi
Woy tumben banget muncul nih orang! @Beni @Jeno @Rizki

Beni
Kenapa lu! @Arga

Rizki
Hahhahaa patah hati kali!

Beni
Lah hilang lagi tuh orang! Woy! @Arga

Jeno
Harap maklum lagi zona galau

Arga
Kalian bisa ke rumah gue gak.

Jeno
Lagi galau bro?

Arga
Banyak nanya lo pada! Ini banyak makanan disini, kalau lambat, habis!

Lutfi
Serius bro? Kebetulan banget nih di kos gak ada makanan

Beni
Yang bener nih, biar gua otw @Arga

Arga
Sejak kapan sih gue gak serius kalau soal makan, buruan!

Jeno
Skuyy! Otw @Rizki gue jemput lu

Rizki
Siap bos!

******

Mereka semua tiba didepan gerbang. Tepat kedatangan Lutfi, selang satu menit kemudian Beni tiba, dan beberapa menit Jeno dan Rizki juga tiba. Mereka pun langsung masuk ke dalam gerbang.

Dring

"Halo"

"Kami di muka cok, bukain pintu,"

"Oke oke gua turun,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang