Bab 19.1 Bulan Di atas Tanah Faroe

741 128 3
                                    

Mulmed : The Sound of Snow Falling - Story of Yanxi Palace OST

Happy Reading! ^^

.

.

.

Yu Wen tengah berjalan bersama A Chen untuk kembali ke tendanya saat melihat seorang budak wanita setengah telanjang berlari ke arahnya dengan ekspresi panik. Rambut hitam panjang wanita itu terlihat kusut, beberapa luka lebam terlihat jelas di kulit putihnya.

Dari arah belakang, tiga orang prajurit berlari mengejar. Mereka terlihat sangat marah, dua diantaranya membawa pisau pendek dalam genggaman.

"Tangkap dia!" Seorang prajurit berteriak keras dari belakang punggung budak wanita itu. "Tangkap dia! Dia membunuh seorang prajurit."

Yu Wen bergeming. Di belakang punggungnya, A Chen berdiri, ketakutan. Tanpa kesulitan berarti Yu Wen menangkap tangan budak wanita itu, memaksanya untuk berhenti. Ia masih bergeming saat tubuhnya dipukul, ditendang secara membabi-buta oleh budak wanita itu.

"Dasar manusia rendahan! Kau lebih rendah dari binatang!" Wanita itu berteriak keras, memaki, meludahi Yu Wen berkali-kali.

"Pengkhianat! Apa yang kauberikan kepada mereka?" Wanita itu berhenti meronta, menatap lekat kedua mata Yu Wen penuh amarah. "Apa yang kauberikan, hah? Harga dirimu!"

"Berikan dia kepadaku!" Salah satu dari tiga prajurit bicara dengan nada memerintah. Perlahan ia bergerak mundur saat pandangannya bersirobok dengan Yu Wen. "Berikan dia kepadaku!" perintahnya lagi, sedikit gugup kali ini.

Mulut Yu wen terkunci rapat. Ekspresi pria itu tidak terbaca. Ia masih diam saat wajahnya kembali diludahi.

"Bunuh aku! Apa lagi yang kalian tunggu?" Jeritan wanita itu terdengar frustrasi. Sudah lebih dari satu minggu ia dijadikan budak seks prajurit-prajurit Maximus. Ia ingin mati, tapi wanita itu bersumpah akan mati membawa musuh bersamanya.

Yu Wen menarik napas panjang. Dengan gerakan pelan jemari pria itu bergerak menuju leher sang budak. Suara retakan tulang cukup keras terdengar. Ekspresi Yu Wen masih tidak berubah saat tubuh wanita itu perlahan merosot, terbujur kaku di atas tanah dingin.

.

.

.


Perubahan sikap Yu Wen terhadap Ega terlihat sangat jelas. Pria itu jelas memberikan jarak diantara keduanya. Ega berusaha menahan diri saat mendapat laporan perihal Yu Wen yang membunuh seorang budak wanita.

Mengetuk-ngetukkan jari ke atas meja kayu, Ega menatap lekat Yu Wen yang berjalan masuk ke dalam tenda milik sang jenderal dengan ekspresi biasa. Tidak ada rasa bersalah, takut atau apa pun di sana. Ega hanya menatap kekosongan dalam netra Yu Wen saat pandangan mereka bersirobok.

Ega menyandarkan punggung ke sandaran kursi. Matanya mengunci pandangan Yu Wen. "Apa hakmu membunuh budak itu?" tanyanya, tanpa ekspresi. "Kau marah karena aku membunuh anggota karavan itu dan menjadikan wanitanya sebagai budak. Benar begitu?"

Yu Wen bungkam. Ekspresi datarnya masih belum berubah.

"Apa aku harus mengingatkanmu jika kau bagian dari kami?" Ega kembali bicara setelah tidak mendapat tanggapan dari lawan bicaranya. "Apa kau merasa dirimu spesial karena Pangeran Maximus memperlakukanmu secara khusus?"

Ada jeda pendek sebelum Ega kembali bicara. "Sebenarnya apa yang kauinginkan?" Suara Ega terdengar putus asa kali ini. Menghukum Yu Wen tanpa persetujuan Maximus pasti akan menimbulkan masalah kemudian, tapi melapas Yu Wen tanpa hukuman setimpal pasti akan menimbulkan masalah diantara prajurit yang lain. "Aku tidak ingin menghukummu—"

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Where stories live. Discover now