09🌇

15 7 2
                                    

Vote nya sayang(⁠◕⁠દ⁠◕⁠)



....






Happy reading (⁠๑⁠˙⁠❥⁠˙⁠๑⁠)








Typo bertebaran y



Kilatan petir begitu jelas di awan, pertanda akan turunnya hujan. Seorang laki-laki dengan hoodie hitam serta celana abu-abunya, berjalan dengan perlahan, menyusuri gang. Seperti, tidak memiliki semangat untuk menjalankan harinya.

Dia membuka pintu pagar besi, yang berada di belakang rumah besar. Langkahnya terhenti sejenak, menatap ayunan tua yang berada di belakang rumah.

Seketika bayangan masa kecilnya terlintas begitu saja, masa dimana dia masih bisa tertawa lepas bersama kakak dan bundanya.

"Mas Eja udah pulang?"

Alvian Senja Dinata

Kalian masih ingat dia? Dia murid baru di sekolah SMAN SANSKERTA 78, murid baru yang masuk ke kelas XII IPA1, kelas Tedy. 

Suara perempuan berumur 40 tahun-an itu, terdengar begitu jelas di telinga Al. Panggil saja mbak Ayu, dia bekerja sebagai ART di rumah Al.

Mbak Ayu sudah bekerja di rumah ini sekitar 20 tahun. Dia menjadi saksi pertumbuhan Al, dari bayi hingga sekarang berumur 18 tahun.

"Iya mbak," Al mengangguk.

"Mas Eja, mau makan sama apa?" Tanya mbak Ayu seraya menyimpan sapu lidi.

Al menggeleng pelan, "aku belum laper,mbak" jawab nya.

Setelah mengucapkan itu, Al pergi begitu saja meninggalkan mbak Ayu dengan mata yang menatapnya sendu.

"Bu, mas Eja udah pulang, tapi mas Eja nggak seceria dulu waktu ibu masih ada. Tapi saya janji bu, saya bakalan jagain mas Eja semampu saya," gumam mbak Ayu.

.....

Kedua netra mata Al menatap foto dirinya dengan wanita yang bisa kita bilang, bundanya. Didalam foto itu terlihat senyum bahagia yang tercipta dari keduanya. Tangan mulus milik bunda melingkar di lehernya, memeluk penuh dengan kasih sayang.

Setelah lama menatap foto itu, dia melepaskan baju putih seragamnya. Gerakan tangan nya terhenti ketika melihat lengan atas nya memar. Kejadian kemarin tiba-tiba muncul di benak nya.

"Kenapa pulang?"

"KENAPA PULANG!? Kamu tuli?"

"Masih berani kamu nginjek kaki kamu di rumah saya? Saya nggak akan terima, kehadiran orang gila di rumah ini."

"Ayah... Senja nggak salah, senja nggak gila ayah."

Setelah Al mengucapkan itu, dia langsung di hadiahi pukulan oleh stik golf, yang membuat lengan atasnya memar.

Bibirnya terangkat ke atas, mengulas senyum miris. Tubuhnya merosot ke lantai, memegangi memar yang begitu terasa sakit.

Air matanya menetes, saat dia mengingat bayangan dirinya yang sedang di pukuli. Dia sadar, perlakuan yang di terimanya 2 tahun yang lalu, akan terjadi lagi seiring dengan jalannya waktu.

Drrtt... Drrt...

Benda pipih yang berada di kantong celananya bergetar, menandakan ada yang menghubunginya. Al menghapus air matanya, ketika melihat siapa yang menghubunginya lalu Al mengangkat panggilan itu.

Mentari untuk SenjaWhere stories live. Discover now