2. Mengemis cinta

6.7K 430 13
                                    

Gery adalah seorang anak yang kesepian, hidup di dalam kemewahan rumahnya ternyata tak mampu membuat hatinya bahagia. Sejak dulu, bahkan sebelum dirinya mengalami cacat, keluarganya sudah tak acuh padanya. Tak heran, dengan keadaan Gery yang kini semakin sulit, keluarganya malah menjauh lebih jauh dari jangkauannya. Mala, ibunya yang sudah lama tak dijumpainya, kemarin sempat mengingatkan Gery bahwa dirinya hanya merepotkan, dan orang-orang tak ingin mendekatinya. 

Sejak lama, Gery terus bertanya-tanya apa yang salah hingga membuat keluarganya menjauh, tapi hingga kini dirinya belum menemukan jawaban itu. Gery bahkan tak mengerti apa yang sebenarnya diinginkan keluarganya darinya, dan di mana letak kesalahannya. Kehidupannya kini semakin monoton, ia hanya bisa berbaring di ranjang atau duduk di kursi roda, sendirian, di kamar, tanpa teman bicara. 

Jangan harap Gery memiliki seorang teman, karena kenyataannya, ia tak memiliki satupun. Gery hidup dalam kesendirian yang menyiksa, seakan terjebak dalam ruang hampa tanpa harapan. Sungguh, hidup Gery begitu sepi hingga menyayat hati.

"Dek, kata ibu suruh mandi. Terus sarapan bareng," kata Iwan, ternyata sesusah ini membujuk Gery yang tengah naik turun emosinya. Kata dokter, hal itu mungkin terjadi karena perubahan fisiknya membuat Gery stress karena belum bisa menerima. 

"Aku nggak mau! Maunya di mandiin Bunda!" Jawabnya dengan ketus. Katakanlah Gery itu anak kecil, padahal umurnya akan menginjak 17 tahun ini. 

"Iya, tapi kata ibu Adek suruh mandi dulu sama Bapak. Ibu masih masak." Dibandingkan supir, Iwan lebih pantas menjadi ayah baginya. Pria itu yang mengurus segala keperluannya ini itu, tidak pernah lelah dengan sifatnya yang kekanakan, bolehkah Gery berharap jika sang ayah juga bersikap demikian. 

"Ya udah nunggu Bunda selesai masak, Bapak pergi aja." Gery menaikkan selimutnya sampai menutupi muka, dirinya tetap kekeuh atas pendiriannya, sudah dibilang jika ia tidak mau disentuh oleh orang lain. Gery ingin keluarganya yang mengurusnya. 

Iwan akhirnya kalah, ia juga tidak bisa memaksa jika Gery sudah tidak mau. Ia pun berjalan pergi meninggalkan kamar itu, lalu menuju ruang makan yang sudah diisi oleh ke-tiga majikannya, sementara Mala tengah ada di dapur, membantu ART yang bekerja untuk memasak. 

"Mana Gery?" Tanya Mala, tak melihat anak tengahnya datang bersama Iwan.

"Maaf Bu, Adek Gery nggak mau di mandiin sama saya, katanya dia mau sama ibu," kata Iwan jujur, bisa ia lihat jika Mala mendengus kesal mendengarnya, Iwan tahu jika majikannya ini pasti merasa kesal dengan kelakuan anak tengahnya tersebut.

"Ya udah, nanti saya yang bujuk dia. Pak Iwan sarapan aja dulu, sudah saya pisahkan." Mala merasa muak dengan tingkah anak tengahnya itu, sudah tau saat ini tidak bisa apa-apa, tapi anak itu banyak tingkah. Sejak kemarin, Gery membuat dirinya kesal saja.

"Kenapa Bun?" Tanya Adam, kepala keluarga tersebut menatap bingung sang istri yang pagi-pagi sudah terlihat marah. 

"Si Gery, mau diurusin sama Pak Iwan nggak mau. Masih mending ada yang mau ngurusin, bikin kesel aja," gerutunya sembari mengambilkan nasi untuk Adam, Gara dan juga anak bungsunya, Hera. 

"Ya udah biarin aja ngapa, nanti juga capek sendiri," jawab Adam tak acuh. Sejak Gery pulang kemarin, Adam belum melihat keadaan Gery seperti apa, bagaimana kabarnya, atau pun sekedar mencari tahu anaknya itu sudah sehat atau belum, dirinya terlalu malas menanyakannya. 

"Tapi kalo dibiarin dia pasti ngelunjak Yah, bakal tambah ngerepotin nanti," keluh Mala, ia tidak setuju dengan perkataan Adam yang mengatakan bahwa Gery harus dibiarkan.

Gara yang turut hadir di sana hanya diam seribu bahasa, menelan rasa sakit yang terus mengiris hatinya saat mendengar ucapan sarkas dari ibunya. Ucapan yang bagaikan paku di dada itu terasa begitu menyakitkan, walau ia bukanlah pihak yang dituju. Lantas, bagaimana jika Gery yang mendengarnya secara langsung? Bukankah hatinya akan luluh lantak, tercabik-cabik oleh pedih yang tak tertahankan? Tapi Gara mencoba untuk tidak peduli, Gery bukan urusannya.

Kisah Untuk Gery [End]✓Where stories live. Discover now