7. ☁️

25.1K 2.8K 233
                                    

PAGI ini Taeyong memulai aktivitasnya seperti hari-hari biasanya. Mulai dari mandi, sarapan dengan roti tawar tanpa selai, membuat ia ingin menangis saat merasakan rasa hambar padahal ia sangat menyukai rasa manis. Mau bagaimana lagi, uang yang ia dapat tidak seberapa, belum lagi Taeyong juga harus membeli kebutuhan yang lain, membayar tagihan listrik serta air. Hidup sendiri, dengan pekerjaan yang hanya mendapatkan upah sedikit tidaklah mudah. Andai saja ia bisa menikah dengan Jaehyun nya, pasti hidupnya tidak akan sulit lagi.

Taeyong berdecak lelah saat berjalan kaki menuju kedai tempat ia mengambil susu untuk dijual. Sungguh ia sudah lelah untuk berjalan terus. Belum lagi kemarin ia benar-benar ditinggalkan Jaehyun begitu saja, padahal ia tidak bermaksud menghilang dan membuat Jaehyun khawatir dan marah padanya.

Sedikit lagi maka ia akan sampai. Taeyong bernafas lega ketika sudah masuk ke dalam kedai, yang sudah ramai dengan beberapa karyawan lainnya. Ia mengambil air dingin pada kulkas minuman lalu menenggaknya hingga setengah.

"Hah." Tenggorakannya akhirnya merasakan sejuknya air minum, ia sungguh haus.

"Kau belum mendapat upah pagi ini, tapi kau sudah minum satu botol air." Ucap Lucas yang datang membawa kotak yang berisi beberapa botol susu pada meja.

"Kenapa kau pelit sekali? Tidak bisakah kau mentraktirku hanya untuk satu botol air?"

"Aku tidak pelit, hanya saja kau suka tidak tahu diri. Bukankah aku pernah mentraktir mu ramen? Dan setelah itu, selama satu minggu berturut-turut kau selalu meminta makan padaku." Lucas salah satu karyawan tetap dikedai ini, tidak seperti Taeyong yang hanya sebagai penjual keliling. Namun tetap saja, gajinya tidak seberapa, ia juga mempunyai kebutuhan yang lain.

Taeyong mendengus, akhirnya berjalan mendekati Lucas, melihat pria itu yang sedang menyusun botol-botol susu. "Berapa botol yang harus ku jual hari ini?" Tanyanya.

"Hari ini kau cukup beruntung. Kau hanya mengantar pada satu pelanggan, ia memesan dua belas botol. Dia sudah membayarnya, jadi tidak perlu menagih uang nya nanti."

"Hanya dua belas? Itu artinya aku hanya mendapat lima ribu won. Apa tidak ada tambahan?" Pinta Taeyong.

"Sepertinya dia orang kaya, dilihat dimana alamat nya berada. Kau bisa meminta upah tambahan padanya, sebagai ongkos kirim."

"Wah, benarkah? Memangnya boleh?" Tanya Taeyong antusias.

"Hm." Lucas hanya bergumam malas.

Lucas menempel kan kertas putih kecil yang sudah ditulis dimana alamat yang harus Taeyong antar diatas kotak kerdus yang sudah ditutup rapat.

Ternyata alamatnya tidak jauh, Taeyong masih sanggup untuk berjalan lagi, dari pada harus mengeluarkan uang untuk angkutan umum. Tapi, sepertinya Taeyong tidak asing dengan alamat rumah ini, entahlah.

Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk Taeyong berjalan, akhirnya ia sampai didepan rumah si pelanggan. Mulutnya menganga melihat pagar yang menjulang tinggi didepannya. Sudah ia duga, alamatnya memang tidak asing! Senyumnya kemudian mengembang, rasa penatnya hilang begitu saja.

Ini rumah Jaehyun!

Taeyong bahkan tidak sadar jika, seorang penjaga sudah menegurnya beberapa kali karena terus berdiri dengan senyumnya.

"Hei, nak. Apa yang kau lakukan?"

Taeyong tersentak, kemudian membungkuk hormat pada si penjaga yang lebih tua darinya.

"Aku ingin mengantar susu." Jawabnya.

"Oh, berikan padaku. Aku akan memberikannya pada tuan Jung." Saat penjaga itu ingin mengambil alih kotak yang dipegang Taeyong, ia mundur beberapa langkah, tidak mengizinkan penjaga itu mengambilnya.

TAEYONGIE - JAEYONG Where stories live. Discover now