17. Hari yang Melelahkan

114 14 3
                                    

☆ Note: Ambil yang baik, buang yang buruk. Bijaklah dalam membaca!
☆ Jangan lupa untuk meninggalkan vote dan komen kalian, jangan hanya sekedar membaca karena author juga butuh semangat huhu...
☆ Follow instagram author @mrvn.ganteng @yosh.raa
☆ Kalau rame, jangan lupa buat share story ini ke temen kalian ya

raa☆ Kalau rame, jangan lupa buat share story ini ke temen kalian ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🏀🏀🏀

Setelah selesai diomeli dan dihukum oleh Pak Bagas, Marven dan Kean akhirnya keluar dari ruangan tersebut.

"Anjir... Pegel tangan gue," keluh Marven menggertakkan tulang jari-jarinya.

Pasalnya, mereka baru saja menyelesaikan hukuman disuruh menulis perjanjian sebanyak 300 kali.

Kean menghela napasnya panjang, "sakit kuping gue gila, Pak Bagas pantesnya khutbah di atas mimbar, bukan depan kita."

"Lah iya, mungkin kalo Pak Bagas ikut lomba pidato bisa-bisa jadi juara satu."

"Tingkat internasional."

"....."

Hening. Keduanya sama-sama menoleh secara bersamaan kemudian Marven langsung mendorong lengan Kean.

"Gue gak ngomong sama lo, anj*ng!" umpatnya.

"Gue juga gak ngomong sama lo!" balas Kean kesal.

Hingga akhirnya, keduanya pun berpisah menuju kelas masing-masing.

***

Sepulang sekolah, Marven dan Destya pun berjalan bersamaan dikoridor sambil berlompat-lompat seolah tidak terjadi apapun. Genta dan Ezra yang berjalan dibelakang keduanya hanya menggeleng kecil.

Hingga tak lama kemudian, terlihat Zia dan Rama yang baru saja keluar dari ruang OSIS. Sepertinya pasangan tersebut telah menyelesaikan rapat penting seperti biasa.

Ketika Marven dan Destya berjalan menari-nari melewati Rama dan Zia, Marven kemudian menyapa keduanya. "Oi, diem-diem bae!"

Zia acuh, terus menunduk seakan tidak mendengar apapun. Sementara Rama hanya menoleh dan tersenyum kecil.

Ketika mereka sudah berjalan menuju parkiran, Genta lalu bertanya, "lo gak marah gitu? Temen lo diambil sama orang baru."

Marven memasang helm nya dan mengernyit bingung, "kenapa gue harus marah? Itu kan hak dia mau temenan sama siapa," sahutnya.

Benar juga. "Tapi lo sama Zia kan udah bareng selama 14 tahun, ege." Kali ini Ezra yang berujar.

"Udah lah... Gak usah dipikirin. Selagi dia bahagia, terus gue harus apa? Yakali gue dengki."

MARVENDRA : Trouble Maker Boy [ END✔ ]Where stories live. Discover now