Bagian 41 : Dendam

990 198 45
                                    

Jisoo menatap cermin kamar mandi dengan kesal. Setelah mencuci rambutnya sampai bersih, ia termenung kosong melihat pantulan dirinya. Kini kedua mata Jisoo menghidupkan yang sedang murka dalam kegelapan.

Disamping rasa dongkol bercampur amarah, Sooya mencemooh Jisoo yang terjebak pernikahan palsu. Dalam ruang yang diproyeksikan Jisoo, Sooya menertawai Jisoo sangat keras. Sengaja membuat wanita itu naik pitam, ia berniat mencuatkan emosi Jisoo agar dapat ia kendalikan.

"Memang hanya kita berdua. Kau dan aku yang bisa saling mengerti dan memahami. Bukankah sejak awal sudah kukatakan bahwa si brengsek itu mencurigakan?" Ucap Sooya.

"Itu sudah lewat, dia sudah mengakui kesalahannya dulu padaku. Dan sekarang, aku tinggal memaafkan dan melupakan pengkhianatan yang telah dia beri." Jawab Jisoo.

"Melupakan dan meninggalkannya, bukankah lebih baik kita kabur dari sini dan pergi sejauh mungkin dari mereka semua?"

"Secepat itu? Bagaimana kehidupan anak kita nanti? Aku tak ingin dia tumbuh tanpa seorang ayah."

Sooya menghela nafas panjang. Dia tak menyangka, jalannya hidup sendiri kini dipersulit sebab kehadiran makhluk kecil tak diinginkan.

"Bersama atau tanpanya, kita bisa hidup membesarkan anak kita sendiri." Ucap Sooya, "Selama ini tanpa bantuan orang lain, kita bisa bertahan hidup di dalam hutan. Lantas mengapa sekarang kau begitu takut hidup sendirian tanpanya?"

"Apa kau masih mencintai seorang penipu yang sudah menjerumuskanmu ke dalam penjara?" Terus Sooya kembali. Jisoo diam tak berkutik.

"Bodoh namanya kalau kau masih mengandalkan dirinya yang tak bisa bergerak apa-apa, membantumu Jisoo!" Pekik Sooya dengan emosi. Kesabarannya mulai habis kala Jisoo tak termakan kata-katanya.

Jisoo diam, pikirannya langsung melalang jauh mengingat pengkhianatan yang telah Taehyung lakukan. Kendati di lain sisi, hati kecilnya berkata ia memilih menetap dan bertahan pada laki-laki tersebut.

Jisoo tersenyum getir. Dia yakin dan percaya, Taehyung dapat membebaskannya dari vonis hukuman yang belum ditetapkan pengadilan. Menggelengkan kepalanya kecil, ia berusaha tetap berpikir positif.

Ketika ia melihat perutnya yang buncit, hatinya mendadak terasa damai dan tenang. Ia jadi teringat, ucapan psikiater yang menyuruhnya mengontrol emosi demi sang buah hati. Agar kedengkian pada jiwa Sooya dapat mereda, Jisoo harus ekstra menahan diri.

"Eomma akan berjuang keras hanya untuk dirimu. Jadi, putri Eomma juga harus kuat." Monolog Jisoo.

***

Menjalani sesi wawancara investigatif selama 4 jam dalam ruang khusus. Jisoo ditemani pengacara yang Taehyung sewa, menjawab setiap pertanyaan yang diajukan.

"Terdakwa akan diadili oleh pengadilan dalam putusan mahkamah bulan depan. Sampai saat itu tiba, kau akan berada dalam pengawasan kami di lapas yang telah disediakan."

Mata Taehyung membola besar. Ia terkejut pada pernyataan Sehun. Menyaksikan sesi wawancara itu dari balik ruang rahasia yang tak terlihat. Dalam kaca tak tembus pandang, Taehyung melihat Jisoo begitu lemas dan pucat setelah mendapat pernyataan tersebut.

"Lapas apa yang dimaksud Sehun?!" Geram Taehyung tak terima sambil menendang kursi di sekitarannya.

"Tentu saja penjara. Jika seperti itu, dia tak akan berbuat ulah lagi." Sahut Shindong di sudut ruangan.

"Tapi istriku sedang mengandung! Pasti ada sedikit keringanan penahanan untuknya." Balas Taehyung, berbalik badan.

"Berhenti menyebutnya istrimu Taehyung! Apa kau tak jijik mengakui status palsu itu?" Pekik Heechul dengan kesal.

BEST PARTWhere stories live. Discover now