4. [Juara Umum]

40 11 3
                                    

Assalamualaikum semua..
🍒Cerita ini fiksi & murni sebuah khayalan, jadi apa yang tertera disini belum pasti sama persis dengan yang sebenarnya ya...🍒

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tak seperti biasanya kali ini sekolah ramai kedatangan orang tua/wali murid. Di pagi sabtu ini, kami para siswa dikumpulkan di lapangan sebelum masuk ke kelas untuk pengambilan rapor.

Semua siswa dari kelas 1 sampai 3 berbaris memenuhi lapangan. Semua guru yang hadir juga ikut berbaris di sudut depan menyaksikan para juara kelas yang dipanggil maju kedepan.

Para peringkat 3 tertinggi di kelas sudah diumumkan sekarang yang tertinggal hanya pengumuman juara umum.

Aku, nayya dan arin berbaris sejajar di depan dengan para peringkat kelas lainnya.

"Udah pasti ami nih" kudengar nayya dan arin berbisik pelan dibelakangku, yang kuyakini mereka pasti membahas siapa diantara aku dan joshua yang jadi juara umumnya.

"Menurutku juga begitu sih tapi bisa aja joshua, kan kemarin ami udah ngerebut posinya mungkin kali ini ia tak akan menyerahkanya dengan mudah" ucap arin dengan semangat yang begitu terlampaunya sampai kedengeran oleh yang lainnya. Aku menundukkan wajahku malu, karena demi allah joshua menatapku tajam tak bersahabat di seberang sana, kurasa kepalaku mendidih karena tatapannya itu.

"...Ssst udah jangan dibahas lagi..." cicit ku pelan sambil menyenggol pelan tangan nayya sekilas yang berada tepat dibelangku.

Kemudian aku kembali bernafas lega saat tak mendengar suara debat mereka lagi.

"Selamat untuk kalian para peringkat juara kelas, sekarang tibalah saatnya untuk mengumumkan sang juara umum" kata pak kepsek yang kebetulan menjadi sang mc nya.

"..........."

"Juara umum kelas 2 dengan perolehan nilai rata-rata 95 dipegang olah anak kami yang bernama.........."

Jantungku berdegup kencang berirama, jujur aku ingin namaku terpanggil namun disisi lain jika tidak aku akan menerimanya dengan lapang dada dan menjadikannya pelajaran untuk kedepannya.

"Sekali lagi kami ucapkan selamat kepada .............."

"............."

🌵🌵🌵

"Makasih ya mah karena udah sekalian ngambilin rapornya ami" ucapku saat kami sudah berada di koridor sekolah.

"Iya mi gak apa-apa" Mama arin menampilkan senyum menawannya sambil memegang pundakku, membuatku juga ikut terjangkit virus bahagianya.

Aku sudah menganggap mamanya arin sebagai mamaku sendiri, ia selalu baik padaku, bukan sekali ini saja ia mengambilkan raporku, setiap kali ayah berhalangan untuk hadir ke sekolah, mamanya arinlah yang selalu menjadi wali untukku menggantikan ayah.

"Justru mama yang kesenangan mi, karena ngambilin rapornya sang juara umum" ucap arin sambil merangkulku tiba-tiba dan mengkedipkan matanya (ber wink) ke arah mamanya.

"Yah kamu memang benar rin, mending ami aja yah yang jadi anaknya mama" ucap mama arin membuat arin yang berada disebelahku membulatkan matanya tak percaya, nah kan rin kamu sih pakai mancing-mancing mamamu sendiri.

"Ih mamaaaaa kan anakmu ini juga pintar lo dapat peringkat 3"

Arin menghampiri mamanya sambil merangkul lengannya, aku menatap mereka tersenyum. Hubungan ibu dan anak yang manis, yang selalu kuidam idamkan.

"Bye amii" teriak arin di dalam mobil membuatku menggelengkan kepala, aku tersenyum dan melambaikan tangan pada arin dan mamanya yang sudah menaiki mobil dan berlalu pergi.

Goodbye Oppa!! Aku Memilih Sang Penciptaku (END)Where stories live. Discover now