7. Long Time No See

456 51 19
                                    

Jendra melajukan mobilnya ke kelab yang biasa ia kunjungi bersama teman-temannya. Setelah keluar dari rumah, Chandra mengiriminya pesan kalau ia sedang berada di sana bersama yang lain. Tanpa pikir panjang, Jendra langsung menuju ke sana.

Tak butuh waktu lama, Jendra sampai di kelab langganannya yang berada di  kawasan elit Ibukota. Setelah menunjukkan kartu member VIP miliknya, Jendra langsung menuju ruang VVIP tempat Chandra berada. Meski Jendra dan teman-temannya suka pergi dan bersenang-senang di kelab, mereka tetap memilih tempat VVIP karena tidak suka dan tidak nyaman dengan keramaian.

Begitu membuka pintu ruangan, Jendra membeku. Matanya terpaku pada sosok wanita cantik dengan rambut hitam panjang yang terurai dengan indah. Pandangan mereka bertemu. Sang wanita tersenyum manis hingga membuat Jendra kehilangan akal.

"Jendra, woy! Ngapain lo berdiri di situ? Buruan sini!" Suara cempreng khas Chandra kembali menyadarkan Jendra. Dengan patuh, Jendra pun melangkahkan kakinya mendekat kepada Chandra dan duduk di samping pria itu.

"Katanya lo tadi pulang? Ngapain tiba-tiba datang?" tanya Chandra sembari menyesap gelas minumannya, sedangkan tangannya yang satu sibuk mengusap punggung gadis cantik berpakaian minim di sampingnya.

Jendra melengos begitu saja, tanpa menjawab pertanyaan Chandra. Perhatiannya kini terfokus pada sosok wanita cantik bersurai hitam yang terlihat anggun dengan balutan gaun berwarna hitam yang melekat pas di tubuhnya.

"Gue nggak jamin mata lo bakal baik-baik saja setelah ini," sindir Chandra dengan senyum miringnya. "Jangan cuma lihat-lihatan. Samperin sono. Kangen kan lo?"

Rasanya Jendra ingin menguncir mulut besar sahabatnya itu. Namun, ia urungkan niat itu demi menjaga kesan di depan Giselle, wanita yang dulu pernah mengisi hatinya.

"Hai ...." Jendra menyapa Giselle sedikit malu. Jika saja lampu ruangan itu terang, sudah bisa dipastikan Jendra akan diolok-olok Chandra karena wajahnya sudah memerah.

"Gitu doang?"

Rasanya Jendra ingin menggeplak kepala Chandra. Seenak jidat sahabatnya itu menjawab dengan nada menyindir dan mimik wajah yang menyebalkan. Membuat Jendra kesal saja.

Giselle tersenyum manis. "Long time no see, Jendra. How are you?"

Jendra bergeming. Tubuhnya membeku dan tatapannya terpaku pada wanita cantik di hadapannya itu. Mata bulat Giselle yang terlihat seperti bulat sabit saat tersenyum, berhasil membuat Jendra lumpuh. Giselle, wanita cantik yang pernah mengisi hatinya, tidak banyak berubah. Malah menurut Jendra, wanita itu lebih cantik dan terlihat dewasa. Namun, perpisahannya dulu dengan Giselle tiba-tiba menyadarkannya. Wanita itu dulu yang pergi meninggalkannya di saat Jendra sudah jatuh cinta setengah mati.

"I'm good," jawab Jendra singkat dengan wajah datarnya.

Giselle tersenyum mendengar jawaban Jendra, maklum. Ia sadar bahwa dulu ia telah pergi meninggalkan Jendra, menyia-nyiakan perasaan pria itu. Jika kini Jendra membencinya, Giselle sangat memakluminya.

"Jen—"

"We need to talk," potong Jendra cepat sebelum Giselle menyelesaikan ucapannya. "Face to face."

Giselle mengerti apa yang dimaksud Jendra. Wanita itu melirik Chandra yang tengah sibuk bercumbu dengan gadis berpakaian minim di sampingnya. Akhirnya, Giselle pun mengangguk dan mengikuti langkah Jendra tanpa mengganggu kesenangan Chandra.

Dear Nana : Stuck on YouWhere stories live. Discover now