Who Is Riku?

491 69 21
                                    

Cahaya iris crimsonnya yang indah nampak memudar. Kini binar yang selalu menampilkan kesan ceria terlihat hampa dan penuh kekosongan. Ia menatap kosong ke arah lantai dengan menundukkan kepalanya. "Aku mengerti. Maaf telah melanggar perintahmu," ujarnya.

"Perasaan tidak diperlukan sama sekali. Kau hanya perlu terus maju dan meraih tempat tertinggi"

Mengangguk sekali sebagai jawaban, dengan tatapan mata yang masih diarahkan ke bawah, si manik crimson melangkahkan kaki ke luar tak lupa membawa tas berukuran cukup besar. Tanpa sadar ia mengepalkan erat telapak tangannya. 'Menyebalkan'

Terus melangkah, menapaki setiap jalanan dengan pandangan mata yang masih sama seperti sebelumnya. Senyuman khas miliknya tidak terukir saat ini. Merasa bingung harus memasang ekspresi seperti apa untuk hari ini, ia melamun selama perjalanan. Dia dimarahi dan dihukum namun ia sama sekali tidak merasakan apapun, tepatnya ia sudah terbiasa. Tuntutan tidak menunjukkan ekspresi cukup menekannya selama ini.

Sementara seseorang berjalan sedikit cepat untuk menyusulnya. Kebetulan ia secara tidak sengaja berpapasan dengannya. Ia mengikutinya dari belakang hingga jarak semakin dipersingkat. Dapat ia lihat raut wajah si surai merah yang berbeda dari biasanya. Sangat aneh hingga membuatnya khawatir. "Nanase-san," panggilnya.

"..."

Tidak ada jawaban dari orang yang dipanggil membuatnya merasa sedikit kesal karena diabaikan begitu saja. Bersamaan dengan memegang pergelangan tangan untuk menghentikan langkah kaki si surai merah, kali ini ia memanggilnya cukup keras, "Riku!--"

*deg

Usahanya berhasil membuat si surai merah tersadar dari lamunan dan sontak berhenti di tempat. Ia mendapat tatapan terkejut dari seseorang yang baru saja dipanggilnya 'Riku'. Tidak-- bahkan dirinya sendiri juga terkejut dengan mulutnya yang asal menyebut nama depan orang itu tanpa izin.

Manik crimsonnya melebar dengan semburat merah tipis yang terlukiskan di kedua pipinya. "Te-Tenn-san? Barusan memanggil nama depanku..?!"

"Keceplosan!" balasnya sedikit panik.

"Tolong panggil saja seperti tadi! Kumohon!" pintanya yang tidak mampu menyembunyikan senyum lebar yang tadi secara otomatis terukir di wajahnya. Ia juga memasang puppy eyesnya.

Membuang kepala ke samping untuk menghindari jurus andalan si surai merah itu, Tenn membatuk sekali, lalu membalas, "Ekhem. Te-terserah kau saja"

"Benarkah?! Asik!" pekiknya girang.

Sementara Tenn hanya menghela nafas kecil ketika melihat Riku tersenyum manis dan berjalan seperti anak kecil yang baru saja dibelikan mainan. 'Tadi dia menatap hal sekitar dengan pandangan kosong tapi sekarang dia kembali berlagak seperti anak kecil'

"Oh iya, mulai hari ini kita akan tinggal di asrama kan ya. Aku menantikannya!" ucap Riku tidak sabaran.

"Ya. Memang apa yang menarik dari tinggal di asrama?" balas Tenn bertanya.

Memasang pose berpikir sembari tetap melanjutkan langkah kakinya, Riku berdehem panjang. "Hemmmmmm..... Bisa tinggal bersama, bisa sering ketemu, bisa makan bareng dan masih banyak lagi. Ah!--" jelasnya memutus perkataannya yang masih belum selesai. Ia menoleh pada Tenn yang berjalan di sebelahnya dengan menampilkan senyum lebar. "Aku bisa selalu bertemu dengan Tenn-san"

Sedikit membelalakkan mata, iris amaranth pink itu sontak menatap lekat pada lawan bicaranya. Merapatkan bibirnya sesaat, ia pun membuka mulut, "Kenapa kau senang sekali bertemu denganku?"

Sedikit menyipitkan kedua matanya, Riku memasang senyum yang terkandung beberapa kesan di dalamnya. Pada akhirnya ia memberikan jawaban, "Karena Tenn-san berhasil menarik perhatianku. Rasanya seluruh kesepianku akhirnya berkurang. Habisnya... Aku itu..." Ia memotong kalimatnya. Senyuman berkesan sendu kini terlihat jelas. 'Tidak diinginkan'

IN ANOTHER LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang